Perjalananku
dan Suster Laurentina PI tidak mengenal kata henti dalam melakukan sosialisasai
bahaya human trafficking kepada masyarakat
di sekitar Soe selama 4 hari, mulai Sabtu (20/10) hingga hari ini, Rabu (24/10).
Sebelum kembali ke Kupang bersama dengan teman-teman dari AP (Associated Press), kami telah terlebih
dahulu mengikuti misa di Soe yang dimulai pada pukul 05.30 WITA di salah satu
gereja yang tidak jauh dari tempat kami bermalam.
Usai
misa, kami sarapan pagi, kemudian packing
dan beranjak dari Soe menuju ke Kupang dengan menggunakan 2 mobil. Kami
berjalan beriringan. Rencananya, sebelum teman-teman dari AP berangkat kembali
ke daerah asal masing-masing, mereka ingin mengikuti Suster Laurentina PI untuk
memberangkatkan jenazah yang tiba pada Selasa (23/10) lalu ke daerah asalnya di
Ende pada hari ini. Jenazah atas nama DDE meninggal karena sakit. Ini merupakan
jenazah ke-44 yang sudah kujemput selama keberadaanku di Kupang.
AP mendokumentasikan pemberangkatan jenazah DEE di Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT |
Kami
menunggu hingga mobil kargo datang untuk mengangkut jenazah ke ruang pemberangkatan.
Jenazah DDE baru bisa masuk kedalam mesin X-Ray
pada pukul 11.00 WITA. Teman-teman AP mendokumentasikan semua kegiatan yang
dilakukan oleh Suster Laurentina PI dalam pelayanan kargo mulai dari
berbincang-bincang dengan keluarga, mendokan jenazah hingga jenazah dinyatakan
lolos verifikasi dari mesin X-Ray
kargo.
Setelah
jenazah berhasil melewati mesin X-Ray,
tamu kami dari AP segera berpamitan untuk pulang ke daerah asal masing-masing.
Mereka berterimakasih dengan kesediaan Suster Laurentina PI untuk mendampingi
mereka ke rumah para korban perdagangan orang dan juga rumah korban yang
anggota keluarganya hilang hingga saat ini.
Mereka
juga berhasil mendokumentasikan semua kegiatan yang telah kami lalui dari hari
pertama hingga terakhir. Aku salut melihat tim mereka yang bekerjasama dengan baik, mulai
dari kameramen, reporter hingga editor yang sama-sama mengisi kekurangan satu
dengan yang lainnya. Rencanya, semua hal yang telah mereka dapatkan di lapangan
dapat dikelolah dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang dapat membuka mata publik terhadap permasalahan yang
terjadi dan mempengaruhi kebijakan pemerintah lokal maupun universal.
Pemberangkatan jenazah DEE melalui mesin X-Ray Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT |
“Terimakasih
banyak ya suster. Nanti kami proses dulu semuanya dan kalau sudah jadi akan
kami kirimkan kepada suster ya linknya,” ujar mba Ninik, salah satu teman dari AP
sambil menyalam dan memeluk Suster Laurentina PI diikuti oleh Mba Mas Fahri, Pak
Tatan dan Kristen (asal Australia).
Mereka
mengatakan akan mengulas kisah dibalik peliputan khusus (sejenis investigasi
jurnalistik) yang mampu menyadarkan khalayak luas akan permasalahan perdagangan
orang yang tengah melanda beberapa bagian di negara Indonesia, secara khusus
Indonesia bagian Timur, NTT.
Sorenya,
kami mengikuti perayaan misa syukuran kaul kekal ke-6 frater Claretian dan
sekaligus merayakan 25 tahun berdirinya Pra Novisiat Claretian. Misa dimulai
pada pukul 18.00 WITA dan berakhir pada pukul 21.00 WITA. Acara kaul kekal ini
menambah sukacita bagi seluruh keluarga besar Claretian yang ada di Indonesia
dan juga Timor Leste.
Selesai
misa syukuran, kami santap malam bersama dan menikmati penampilan dari AMC
(Anak Muda Claretian) dan beberapa sumbangan persembahan tampilan dari susteran
OSF serta hadirin yang ingin tampil. Kemudian aku dan Suster Laurentina PI segera
berpamitan kepada para pater dan akhirnya tiba di biara pada pukul 22.30 WITA.
***