Friday, July 19, 2019

Jenazah ke-50

#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (41)

Kami harus menutup tahun 2018 ini dengan suasana duka penyambutan jenazah PMI asal Desa Bakunase, Kecamatan Koka Raja, Kupang NTT yang dikirim dari negara penempatan di Malaysia pada Senin (31/12/2018) pukul 12.00 WITA. Wanita tutup usia 51 tahun ini dikenal dengan nama LR atau biasa di panggil DH. Ibu dua anak ini meninggal karena mengidap penyakit kronis Advanced breast carcinoma.

Ketika kami tiba di kargo bandara El Tari Kupang, NTT pihak keluarga sudah menunggu dan memenuhi ruang jenazah Kargo. Salah satu dari keluarga yang hadir  mendekap foto almarhum LR dengan raut wajah penuh luka. Berdasarkan keterangan keluarga yang menjemput, LR sudah bekerja selama 16 tahun di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga dan meninggalkan kedua anak lelakinya di kampung halaman.

Suster Laurentina PI dan keluarga LR menunggu di ruang jenazah Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT
"LR sudah lama di sana dan bekerja di salon. Ya sebenarnya sudah beberapa kali gonta ganti pekerjaan, dulu sempat jadi pembantu rumah tangga. Namanya juga mencari uang,” ujar seorang mama yang masih bersaudara dengan almarhum.

Menurutnya, dalam kurun 3 tahun terakhir, dengan hasil jerih payahnya, LR berhasil mendirikan sebuah usaha warung makan di Malaysia dan bisa mengembangkannya.

“Dia bisa memalsukan namanya dengan menggunakan nama salah satu warga Malaysia di sana untuk dapat memperoleh izin usaha untuk bisnis warung makannya. Ya lumayanlah usahanya,” ujarnya lagi sambil berpindah posisi. Tampaknya ia tidak ingin ditanya lebih lanjut.

“Baiklah, setidaknya aku tahu mengenai asal-usul jenazah,” gumamku.   

Ketika kuamati beberapa anggota keluarganya yang duduk di bangku ruang jenazah, pada umumnya mereka merupakan keluarga yang berada. Sebagian besar diantara mereka yang hadir, termasuk anak kandung almarhum, menggunakan kalung dan cincin emas yang berukuran cukup besar. Penampilan mereka juga modis. Pemandangan ini sedikit mencuri perhatianku karena dari sekian banyak jenazah yang kujemput, mungkin ini adalah satu-satunya jenazah tergolong sukses di negara perantauan. Ia bahkan berhasil menjadi tuan pemilik sebuah warung makan. Patut diapresiasi bukan?

Kendati demikian, aku atau mungkin juga keluarganya di kampung tak pernah tahu bagaimana perjuangannya hingga bisa mencapai titik itu. Bisa saja di awal permulaan bekerja di negara penempatan ia merupakan korban perdagangan orang dengan membawa dokumen palsu dan dikirim melalui jalur tidak resmi. Bisa jadi banyak permasalahan yang dihadapinya sebagai pembantu rumah tangga, hingga beralih profesi bekerja di salon hingga pada akhirnya memiliki warung makan. Buktinya dari pengakuan salah satu mama, LR masih memalsukan identitasnya hingga ia meninggal dunia.  

Sembari menunggu kedatangan jenazah, pihak keluarga LR menolak menggunakan jasa ambulans dari BP3TKI Kupang yang sudah terparkir di samping ruang jenazah Kargo. Pihak keluarga sama sekali tidak ingin berurusan dengan pihak pemerintah.

Dalam sejarah penjemputan jenazah, ini kali pertama aku melihat bahwa keluarga bersih keras tidak ingin menggunakan jasa BP3TKI. Mereka justru sudah mempersiapkan ambulans untuk mengangkut jenazah dengan biaya pribadi. Wajar saja, orang berada sedang mempertahankan status sosialnya dengan penolakan jasa pengangkutan mobil jenazah secara gratis dari pemerintah.  

Peti jenazah LR dipindahkan dari kereta Kargo ke ambulans
Jenazah LR yang tiba di kereta Kargo segera dipindahkan ke mobil ambulans yang sudah disediakan keluarga. Akhirnya setelah jenazah berada di dalam ambulans, kami segera menyambutnya dalam doa. Toh pelayanan kargo tak mengenal status sosial dan SARA kan? Ya, kami menyambut semuanya di dalam doa tanpa memandang siapa mereka.

        Hal ini merupakan perwujudan dari pesan Paus Fransiskus pada hari Migran dan Pengungsi tahun 2014 lalu yang mengajak umat untuk menyikapi tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh migrasi zaman dalam empat kata kerja: sambut,  lindungi, majukan  dan integrasikan. Menurut Paus Fransiskus, kata kerja tersebut merupakan suatu gambaran misi Gereja untuk orang tersingkir yang perlu disambut, dilindungi, dimajukan dan diintegrasikan. Dengan mempraktikkan keempat kata kerja itu, tentu akan membantu membangun kota Tuhan dan manusia, maka penyambutan jenazah dalam doa adalah salah praktik yang nyata.

Setelah berdoa, pihak keluarga segera menutup mobil ambulans dan menuju rumah duka. Sebelum pintu ambulans ditutup, kulihat kedua anak dari almarhum yang sudah tergolong dewasa, tak mampu menahan air mata. Si bungsu segera memeluk peti mamanya dan terjatuh pingsan sebelum masuk ke ambulans. Suster Laurentina PI dan Mama Pendeta Ina segera membantu memapahnya ke dalam ambulans dan membaringkannya di samping peti jenazah. Sementara seorang pria memegangi peti jenazah sambil menangis sesenggukan. Didekapnya foto ibunya di dadanya dan merebahkan tubuhnya ke atas peti. Ia seperti tak sanggup menerima kemalangan yang menimpanya di akhir tahun ini. 

Anak bungsu LR pingsan dalam penyambutan peti jenazah
Tak ada malam tahun baru, tak ada suasana bahagia, yang tersisa adalah kenangan manis yang berbalut duka dan tangis perpisahan untuk selamanya. Aku bisa merasakan kesedihan dan rasa terpukul kedua anaknya tersebut. Tak ada lagi ibu yang dahulu bisa memberikan segalanya untuk mereka, hingga pergi bekerja di luar negeri dan merantau selama 16 tahun hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka ternyata harus tegar dalam duka di detik-detik pergantian tahun 2018 melepas seorang ibu yang berjuang siang dan malam untuk mereka dan rela terpisah jarak dan waktu. untuk mencari nafkah keluarga. Namun kini sosok tulang punggung itu telah terbujur kaku dan tidak lagi bisa diandalkan. Bagi orang yang diperjuangkan terpaksa harus berdiri di atas kakinya sendiri. 

Kisah duka dari para PMI di tahun 2018 ditutup dengan kisah duka dari LR yang merupakan jenazah ke-104 berdasarkan data BP3TKI Kupang dan jenazah ke-50 berdasarkan pengalamanku. Beda jenazah, beda kisah dan di setiap kisahnya selalu terselip duka dengan senandung yang berbeda.

Kedua anak LR rebah di atas peti jenazah LR di dalam ambulans sebelum meninggalkan Kargo 
Tuhan, semoga Engkau mengampuni segala dosa almarhum dan memberikan penghiburan bagi keluarga besar seluruh PMI yang ditinggalkan, secara khusus keluarga jenazah yang tiba di tanah air di detik-detik pergantian tahun 2018 ke tahun 2019 ini. Biarlah mereka bisa melepas tahun yang lama dan menyambut tahun yang baru dengan penuh iman dan tetap berpengharapan akan Engkau. Semoga di tahun yang baru tak ada lagi jenazah PMI yang meninggal di negara penempatan dan dipulangkan ke tanah air dalam peti jenazah. Semoga.     

***