Aku dan Suster
Laurentina PI kembali melakukan tugas pelayanan Kargo dalam menjemput dan mengantarkan jenazah dari Kargo Bandara El
Tari Kupang ke Desa O’obibi Kecamatan Kot'olin, Kabupaten Timor
Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur pada Kamis (14/6/2018). Ini merupakan
jenazah ke 12 yang aku tangani semenjak bertugas sebagai tenaga relawan di
Kupang, NTT. Angka
ini cukup fantastis, mengingat belum genap setengah tahun sudah hampir 50 jenazah
yang ditangani oleh BP3TKI (belum termasuk jenazah yang diurus
langsung oleh keluarga).
Jenazah AN tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT |
Sudah
beberapa kali jenazah yang tidak dilaporkan kematiannya kepada BP3TKI datang
bersamaan dengan jenazah yang telah dilaporkan kepada BP3TKI. Seperti yang
terjadi dua hari yang lalu, Selasa (12/6) ketika hendak menjemput jenazah PMI dari Malaysia yang
ditangani BP3TKI asal Camplong, ada juga jenazah PMI dari Malaysia asal Papua juga
tiba di Bandara El Tari Kupang tanpa sepengetahuan BP3TKI.
Selang
dua hari setelah itu, Kamis (14/6) kami kembali menerima jenazah PMI atas nama AN
yang meninggal karena mengidap penyakit maag Kronis. Sebelum berangkat ke
Malaysia, diketahui bahwa ia mengubah namanya menjadi nama saudara sepupunya yang masih hidup
dan bekerja di kampung halaman ketika mengurus dokumen di Pontianak.
Dari
keterangan saudara yang menjemputnya, diketahui bahwa AN merupakan anak bungsu dari
empat bersaudara dan telah merantau selama 4 tahun di Malaysia. 3 bulan yang lalu, ia menyempatkan
pulang ke kampung halamannya di Desa O’obibi, NTT untuk mengunjungi dua orang
anak perempuannya dari isteri pertama dan satu orang anak laki-laki dari isteri
kedua.
Jenazah AN disambut oleh keluarga dan kerabat dekat |
Jenazah
tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang pada pukul 10.48 WITA dan disambut dalam
doa oleh mama pendeta Ina, perwakilan beberapa keluarga dan perwakilan koalisi Anti Human Trafficking, NTT. Kami dan rombongan berangkat menggunakan mobil jenazah dan mobil dinas BP3TKI pada pukul 11.00
WITA.
Setelah
menempuh perjalanan panjang melewati Pantai Kolbano selama kurang lebih 4 jam,
kami tiba di lokasi duka pada pukul 15.00 WITA. Sepanjang perjalanan memasuki
desa yang berbatu terjal dan menanjak, semua warga desa berbaris disepanjang
jalan. Sirene mobil jenazah yang cukup memekakkan telinga mengundang rasa
penasaran semua warga. Beberapa kali mobil ambulans kesulitan dalam menaiki tanjakan batu karang pada jalan setapak yang belum tersentuh aspal.
Ketika
mobil jenazah berhenti tepat di depan rumah duka, suara tangis yang memilukan
hati mulai bersahut-sahutan. Tak terasa mataku mulai berkaca-kaca. Apalagi
ketika mendengar mereka berteriak histeris memanggil ayahnya.
“Bapak,,,,,,,,,,,,,,,,,,Bapak,,,,,”
teriak kedua puterinya yang meloncat-loncat tiada henti sambil menepuk tanah.
Sekesali mereka berguling dan menyatu dengan tanah sambil menengadahkan tangan ke arah peti jenazah.
Keluarga menyambut jenazah dalam isak tangis dan air mata |
Belum
lagi suara tangis bersahut-sahutan oleh semua keluarga besarnya. Ingin lari
dari semuanya, tapi kakiku tak sanggup. Apalagi ketika aku harus mengambil
gambar untuk mendokumentasikan peristiwa duka. Sungguh tidak sanggup rasanya. Seketika aku merasa bagian dari keluarga yang berduka ini. Kubayangkan bagaimana jika aku berada di
posisi puteri-pterinya yang histeris membangunkan jenazah seorang ayah. Tuhan,
aku mohon lindungilah kedua orangtuaku dan jauhkan dari kemalangan, bisikku
dalam hati. Tak sadar airmataku menetes.
Ketika
suasana sudah sedikit tenang, pihak Nakertrans Provinsi, diwakili oleh Bapak
Darmanto dan pihak BP3TKI yang diwakili oleh Bapak Timotius menyampaikan ucapan
turut berduka cita sekaligus memberikan uang duka kepada pihak keluarga yang
diwakili oleh mama AN yang sudah sangat tua.
“Kami dari pihak
Nakertrans Provinsi memberikan uang duka sebesar Rp. 2.500.000 semoga bisa
menjadi penghiburan bagi keluarga yang berduka” ujar Pak Darmanto.
“Kami dari
BP3TKI Kupang, disaksikan seluruh pihak telah memberikan uang duka sebesar Rp.
2.000.000. Semoga bisa membantu meringankan beban kedukaan keluarga,” ujar Pak Timotius.
Semua
dokumen dibubuhi materi 6000 dan wajib distempel basah oleh Kepala Desa untuk
kemudian di cap jari oleh mama AN dan saksi yang diwakili oleh keluarga besar AN.
Pendatanganan bukti penerimaan uang duka oleh keluarga |
“Pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah ini sebagai wujud nyata kepedulian pemerintah NTT
terhadap PMI. Meskipun AN tidak melalui jalur yang resmi, sebagai pemerintah
yang mengayomi, kami tetap mengurus kepulangannya tanpa membebankan biaya
kepada pihak keluarga. Meskipun demikian, bukan berarti dengan memberikan
bantuan ini, kami mendukung tindakan pengiriman PMI Ilegal,” tegas Pak Timotius
saat memberikan kata sambutannya.
Ia
menekankan bahwa untuk menjadi seorang PMI adalah suatu pilihan hidup yang
tidak bisa dilarang dan dikekang oleh siapapun. Olehkarena itu, jika ada
keinginan untuk bekerja keluar negeri harus mendaftarkan diri secara resmi ke
BP3TKI sesuai prosedur sehingga segala haknya sebagai PMI dapat terpenuhi
dengan baik. Hal ini juga bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terburuk saat bekerja di negara penempatan.
Usai
memberikan kata sambutan, pihak keluarga memberikan selendang khas Timor sebagai
tanda ucapan terimakasih kepada BP3TKI, Nakertrans Provinsi, suster Laurentina PI
dan juga aku yang telah mengantar jenazah AN. Setelah itu, kami dijamu makan
siang ala kadarnya dan setelahnya berpamitan untuk kembali ke Kupang pada pukul 16.00
WITA.
Berdasarkan
kesepakatan keluarga, jenazah akan dimakamkan pada keesokan harinya Jumat
(15/6) pada pukul 10.00 WITA. Semoga arwah pak AN dapat beristirahat dengan
tenang dalam pangkuan Allah Bapa dan semoga keluarga diberikan ketabahan.
Aku
bisa bernafas dengan lega ketika tiba di biara PI pada pukul 20.30 WITA. Aku segera
mandi dan merefleksikan semua yang telah kulalui sepanjang hari ini. Semoga Tuhan
juga tetap melindungi dan memberikan kekuatan kepada semua orang yang memiliki
perhatian khusus dalam menangani kasus Human
Trafficking di provinsi jenazah ini.
***