Hari
ini, Jumat (18/5/2018) aku menjemput jenazah atas nama RDS yang berasal dari
Desa Silawan Kabupaten Belu di Bandara El Tari Kupang. Jenazah keenam yang
kujemput selama di Kupang ini dijadwalkan tiba pada pukul 12.30 WITA, maka 30 menit
sebelum jenazah tiba, aku sudah menunggu di Kargo Bandara El Tari Kupang.
Berbeda
dengan penjemputan jenazah sebelumnya, hari ini Kargo sangat ramai. Aku
terkejut karena dihari yang sama, terdapat 3 jenazah yang berada di dalam Kargo.
Satu jenazah berasal dari Malaysia ke Belu (jenazah PMI yang akan kami sambut) sementara
dua jenazah lainnya bukan PMI yakni jenazah dari Maumere ke Oebelo dan jenazah dari
Kupang menuju ke Maumere.
Meskipun
Kargo sangat ramai, hingga jenazah dipindahkan dari kereta Kargo ke ambulans, kami
tak menemukan satupun dari anggota keluarga PMI yang muncul kecuali perwakilan Gubernur
NTT Frans Lebu Raya, Kadis Nakertrans (Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi) NTT, Darmawan yang mengirimkan ucapan duka untuk
keluarga. Disamping ambulans juga ada perwakilan dari PT Putra Pertiwi Jaya
Lestari, Christina yang turut menghantar jenazah dari negara penempatan ke
kampung halaman.
Nakertrans NTT mewakili Gubernur NTT menyampaikan ucapan turut berdukacita |
Selang
beberapa menit kemudian, pihak keluarga (bapak tua dan bapak kecil korban) menghampiri
mobil jenazah dengan isak tangis yang tak terbendung. Mereka segera memeluk
peti jenazah yang sudah dimasukkan kedalam mobil ambulans dan meraung tiada henti. Pendeta Emy segera
memeluk dan menenangkan keluarga yang masih terpukul. Setelah suasana sedikit
tenang, ia memimpin doa melepas kepergian jenazah sebelum diberangkatkan ke
kampung halaman.
Bapak Tua memeluk peti jenazah RDS |
Usai
berdoa, pihak Kadis Nakertrans NTT, diwakilkan oleh Darmawan memberikan ucapan
turut berduka sedalam-dalamnya kepada keluarga korban sebesar Rp. 2.500.000 dan
karangan bunga sebagai tanda berduka dari Gubernur NTT.
Berdasarkan
keterangan dari Nakertrans, almarhum PMI yang dipulangkan ke tanah air ini sebelumnya
berangkat melalui jalur resmi dan terdaftar di PT Putra Pertiwi Jaya Lestari.
Olehkarena itu, pihak dari PT secara khusus mendampingi jenazah dari Malaysia
hingga ke kampung halaman untuk memastikan bahwa jenazah tiba dengan selamat
dan dimakamkan secara layak. Pengurusan uang duka dari BP3TKI dan asuransi
kerja dari PT masih dalam tahap pengurusan dan akan segera diberikan kepada
pihak keluarga yang berduka.
Saat dikonfimasi, Christina mengungkapkan kronologi kematian jenazah yang sudah lama mengidap penyakit paru-paru
akut.
“Ketika kami
melihat almarhum sesak nafas, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk
diperiksa. Dokter memvonis ia mengalami infeksi paru-paru akut yang sebenarnya sudah lama tidak ditangani. Selama kurang
lebih 6 hari, ia mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit dan pada
hari ke 7, ia tak bisa bertahan lagi lalu menghembuskan nafas terakhir,” terangnya.
Ia juga menambahkan bahwa jenazah merupakan anak kedua dari 7
bersaudara dan menghembuskan nafas terakhir diusianya yang ke 25 tahun.
Setelah proses dokumentasi selesai, pintu ambulans segera ditutup dan sirene mulai dibunyikan untuk mengiringi perjalanan jenazah yang dapat ditempuh dengan jalur darat ke Belu. Sebelum pintu ditutup, aku melihat kedua bapak tua memeluk peti jenazah dan duduk disampingnya.
Teman-teman
koalisi Anti Human Trafficking mengapresiasi perhatian dari Gubernur yang sudah mulai terbuka
dan memberi perhatian atas jenazah PMI yang dipulangkan dari negara penempatan
ke tanah air. Semoga mereka tak lagi MENUTUP MATA dan TELINGA terhadap semua
kasus kemanusiaan serupa yang kerap menimpa NTT.
“Semoga
saja.”
***