#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (24)
Hari ini, Minggu (26/8/2018) aku dan Suster Laurentina
PI mengantar jenazah atas nama LN (54) asal Cibal Manggarai yang meninggal di Malaysia
secara tiba-tiba karena sakit yang mendadak. Jenazah LN sudah tiba pada Jumat (24/8/2019) lalu di Kargo Bandara El Tari Kupang dan menginap di RSUD W.Z. Yohanes Kupang selama2 malam dan diberangkatkan pada hari ini melalui keberangkatan kargo.
Namun saat sampai di kargo, ternyata yang kami temui bukan hanya peti dari LN, melainkan ada dua peti lagi yang berjejer disampingnya. Total semua jenazah ada 3 dalam kurun waktu yang sama termasuk jenazah LN.
Namun saat sampai di kargo, ternyata yang kami temui bukan hanya peti dari LN, melainkan ada dua peti lagi yang berjejer disampingnya. Total semua jenazah ada 3 dalam kurun waktu yang sama termasuk jenazah LN.
Aku terkejut melihat ketiga deret peti tersebut.
Ternyata dari 3 peti jenazah, ada satu yang bukan PMI dan meninggal karena
sakit keras. Rencananya jenazah juga akan dikirim ke Maumere. Sementara satu jenazah
lainnya merupakan PMI atas nama TN (43) yang meninggal karena infeksi
pernapasan di Malaysia. Sehingga total jenazah yang telah kutangani
terhitung April hingga Agustus 2018, sudah ada 31 jenazah PMI yang
dipulangkan.
Berdasarkan pengakuan sepupunya, Risna, jenazah atas
nama TN sudah bekerja di Malaysia selama kurang lebih 17 tahun di sebuah
kilang di Kuala Lumpur. Ia diketahui meninggal saat pagi hari di dalam kamarnya
tanpa memiliki riwayat penyakit apapun. Dari pengakuan sepupunya, terdapat
bekas biru dan memar di leher kirinya. Namun ketika polisi memeriksa keadaan
jenazah, polisi mengaku tak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan yang dialami
PMI.
Dalam penjemputan jenazah kali ini, pihak keluarga
tidak melaporkan pemulangan jenazah kepada BP3TKI, melainkan menyerahkan
sepenuhnya kepada agen mayat yang ada di Malaysia dan juga Kupang.
Jenazah TN dan LN di Kargo Bandara El Tari Kupang |
Menurut Risna, pihak PT sudah menyetor uang
sebanyak Rp.30.000.000 untuk biaya pemulangan jenazah dari Malaysia
menuju Kupang. Sementara untuk pemulangan jenazah dari Kupang ke daerah
asal, Maumere, wajib ditanggung oleh keluarga sejumlah Rp.11.000.000.
Uang itu akhirnya terkumpul juga meskipun merupakan hasil pinjaman dari beberapa
anggota keluarga yang ada di kampung halaman, di Desa Kota Uneng,
Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, NTT.
Uang dengan nominal tersebut segera diberikan
kepada agen mayat yang ada di Kupang melalui transfer bank atas nama Willem.
Ternyata realita di lapangan tak seindah yang dibayangkan. Bukan malah mengurus
jenazah dengan baik, pada saat jenazah tiba di Kupang, pada Jumat (24/8)
siang, si calo yang berprofesi sebagai Dosen Hukum Universitas Cendana Kupang
malah menghindar dengan berbagai alasan.
Risna memperjuangkan pengurusan pemulangan jenazah
melalui nomor handphone si calo yang
diberikan dari agen mayat di Malaysia.
Dengan berusaha tegar tanpa tangisan air mata, ia
menelpon berapa kali si calo atas nama Wellem untuk segera
datang ke kargo siang itu juga. Semua keluarga tampak bingung
dan stres. Mereka sama sekali tak menyangka disaat detik-detik keberangkatan
jenazah, justru jenazah belum terdaftar di kargo dan juga airlines apapun. Apalagi
jenazah juga belum diperiksa oleh pihak karantina yang ada di bandara.
Tak hanya itu, kemarahan keluarga semakin meningkat
ketika mengingat kejadian yang sama yang dialami
saudara sepupunya pada bulan Juli 2018 lalu. Jenazah atas nama AM yang masih ada hubungan
saudara dengan TN juga dipulangkan dalam bentuk jenazah dan bermasalah di tangan
calo yang sama, Willem. Pada saat itu, keluarga melaporkan kepada pihak polisi sehingga
Willem mau tidak mau wajib mengurus pemulangan korban dan hal itu kembali
terulang.
Keluarga mengaku menyesal tak melapor pada
BP3TKI. Tak beberapa lama kemudian, Willem datang dan membela diri dengan
santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ia segera menghadap pihak kargo dan hendak mengurus
kepulangan jenazah. Tentu sangat sulit untuk mengirim jenazah dalam keadaan
mendadak di hari yang sama, apalagi persyaratan pemulangan jenazah sama sekali
belum di urus.
Willem akhirnya memberikan pilihan lain yakni
memulangkan jenazah menggunakan kapal laut. Tentu saja pihak keluarga
tidak setuju karena mereka sudah membayar Rp.11.000.000 untuk tiket pesawat,
bukan untuk tiket kapal.
Aku miris melihat realita yang ada. Kupandangi wajah si
calo yang terlihat santai dengan kesepuluh jarinya mengenakan cincin batu akik
dan penampilan rambut gondrongnya yang dikucir layaknya seorang Joko Tingkir
(pahlawan dalam legenda). Tubuh kurus keringnya menambah kesan sangar sebagai
seorang calo.
Keluarga kembali berkomentar dan beradu mulut
dengannya. Keluarga juga berani meminta kembali uang Rp.11.000.000 yang sudah
diberikan. Tak mau melepas mangsa begitu saja, akhirnya komentar keluarga
didengarkan. Willem mengusahakan untuk mengirim jenazah dengan pesawat ke
Maumere tepat pukul 11.15 WITA. Sementara Rina yang mengawal kepulangan jenazah
mulai dari Malaysia hingga ke kampung halaman akan berangkat pada pukul 13.00
WITA (itupun jika ada penumpang yang batal berangkat).
"Tak
apa, yang penting jenazah sudah aman dulu. Kalau saya menyusulpun tak
masalah," ujarnya saat jenazah sudah berhasil masuk ke dalam X-Ray
Kargo.
Ya Tuhan, semakin nyata dan terbuka
ternyata permainan calo saat ini. Mereka (sindikat) bahkan tak memiliki
urat malu lagi saat semua orang tahu tentang profesinya sebagai calo
jenazah PMI. Selama ini yang kutahu permainan calo terselubung dan tak berani
muncul kepermukaan, namun kali ini aku dapat dengan jelas melihat pelakunya di depan
mataku sendiri.
Si calo (baju hitam) dengan rambut terkuncir dan cincin akik di keseluruhan jarinya saat berdebat dengan keluarga TN |
Beberapa kali mata si calo Willem beradu pandang denganku ketika aku
mengamati dari kejauhan. Sedikit was-was memang, tapi aku yakin Tuhan akan
selalu menyertaiku kemanapun aku melangkah.
Semoga arwah TN dan LN yang sudah kami tangani
dapat beristirahat dengan tenang dalam cahaya abadi bersama Bapa disurga dan
keluarga tabah serta segera bangkit dari kedukaan. Amin
***