Aku dan Suster Laurentina PI mengikuti
kegiatan pembuka NYD (Nusra Youth Day) khusus untuk OMK (Orang Muda Katolik) di
Biara Penfui Nasipanaf pada Minggu (1/7/2018). Acara yang dihadiri orang muda se-provinsi
NTT yang ditugaskan live in di lingkungan
Kelompok Umat Basis dalam lingkup biara susteran Penyelenggaraan Ilahi Nasipanaf
Penfui ini berlangsung selama kurang lebih satu hari. Sebagai tuan rumah, tentu
kami dan para suster menyiapkan tempat yang nyaman bagi terlaksananya kegiatan dalam
mendukung kaum muda.
Pada malam harinya, usai kegiatan, kami melanjutkan
misi di penjemputan jenazah PMI. Ini merupakan jenazah yang datang di awal
bulan Juli 2018 dan menempati urutan ke-20. Secara pribadi, miris melihat
kondisi pemulangan jenazah yang marak beberapa waktu belakangan ini. Bayangkan
saja dalam bulan Juni, terhitung sudah ada 11 jenazah PMI yang kami sambut di
Kargo Bandara El Tari Kupang.
Suster Laurentina PI mendoakan jenazah KK saat tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT |
Kali ini kami menjemput jenazah atas
nama KK yang berasal dari Ekateta, Fatului Barat. Sebenarnya jenazah
dijadwalkan tiba pada pagi hari, namun akhirnya di tunda hingga malam hari
pukul 23.07 WITA. Berdasarkan keterangan dari kelurga, KK sudah bekerja di PT Citra
Lestari Malaysia pada tahun 2012. Setelah bekerja selama kurang lebih 6 tahun, ia
membawa serta sang isterinya. Keduanya terpaksa harus menitipkan kedua putera
mereka yang masih berumur 10 dan 7 tahun untuk diasuh oleh keluarga dari pihak
isterinya di kampung halamannya.
Kasus seperti ini tentu tidak asing
lagi. Sudah ada beberapa pasang PMI yang nekad bekerja di luar negeri dan meninggalkan
anak mereka untuk diasuh oleh pihak keluarga di kampung halaman. Mereka berniat
mengadu nasib di negeri orang untuk mencari keberuntungan, namun naas, ajal
datang menjemput disaat yang tak terduga.
Diusianya yang masih muda yakni 27 tahun, PMI yang berprofesi sebagai
supir di sebuah kebun sawit ini meninggal karena mengalami muntah darah. Anak
bungsu dari enam bersaudara ini segera dilarikan ke rumah sakit namun tidak tertolong
dan menghembuskan nafas terakhirnya.
“Begitu
mendengar kabar duka ini, kami berusaha mempertanyakan pengurusan uang asuransi
kerja jenazah dari PT yang bersangkutan, namun tidak ada keterangan apapun.
Sepertinya PT tidak mengeluarkan apapun. Tidak bisa kita biarkan,” ujarnya
lagi.
Berdasarkan
pengakuan keluarga, jenazah dan isterinya bekerja di PT tersebut melalui jalur
resmi dan memiliki dokumen yang lengkap. Keluarga ingin menuntut hak yang seharusnya
di peroleh oleh jenazah KK setelah proses penguburan jenazah selesai.
Ketika
jenazah KK tiba di kargo, isterinya yang dalam keadaan hamil diketahui masih
dalam perjalanan dari Malaysia menuju ke tanah air.
“Kita
mulai saja doanya. Isterinya masih dalam perjalanan, tidak tahu pasti jam
berapa akan tiba dari Malaysia ke Kupang,” ujar salah satu keluarga.
Suster
Laurentina PI segera mengajak pihak keluarga besar untuk mendoakan jenazah sehingga
bisa beristirahat dengan tenang dalam pangkuan Allah Bapa dan keluarga diberikan
penghiburan.
Setelah
berdoa, keluarga membawa jenazah ke rumah duka menggunakan mobil ambulans dari BP3TKI.
Ketika mobil jenazah berlalu, seperti biasa, Kargo mendadak sepi. Kami kembali
ke biara ketika waktu menunjukkan pukul 23.45 WITA. Malam semakin larut dan sama
mencekamnya seperti malam sebelumnya ketika kabar jenazah tersampaikan. Berita duka
selalu membuat hari-hariku was-was. Semoga tidak ada duka di hari esok. Semoga.
***