Thursday, March 5, 2009

BANTUAN KEPADA KORBAN LUMPUR LAPINDO

Sejak terjadinya luapan lumpur Lapindo pada bulan Mei 2006, penderitaan warga yang terkena dampak lumpur seakan tidak pernah berhenti. Ribuan rumah terendam lumpur, puluhan pabrik tidak beroperasi, ribuan buruh kehilangan pekerjaan dan ratusan anak kehilangan sekolah. Seluruh infrastruktur, seperti jalan tol, jalan raya, dan rel kereta, alami kehancuran perlahan Setelah dua tahun bencana tersebut terjadi, penderitaan warga tidak juga berkurang. Sampai saat ini mereka masih tinggal di pengungsian, posko dan tenda yang disediakan tanpa ada suatu kepastian. Akibatnya, selain kelaparan dan tanpa harapan, banyak korban yang mengalami tanda-tanda tertekan jiwanya. Melihat kenyataan ini, Suster Marisa, OSU lewat CRISIS CENTER/PKR-KWI memberikan sumbangan uang tunai sebesar Rp. 20.000.000 (Dua puluh juta rupiah). Uang tersebut diserahkan kepada Pastor Kepala Paroki Santa Maria Annuntiata, Porong, Sidoarjo, Romo A Luluk Widyawan untuk disalurkan sesuai dengan kebutuhan korban.

Penyaluran bantuan dilaksanakan oleh Romo Luluk dengan Seksi Sosial Posko SanMAriAnn, Paroki Santa Maria Annuntiata, Sidoarjo, Posko SanMariAnn, para relawan binaan seksi sosial, serta pendamping korban lumpur Lapindo. Dana tersebut disalurkan dengan rincian sebagai berikut:

a. Bantuan diberikan dalam bentuk paket sembako, yaitu berupa 5 kg beras, 1 kg gula

    pasir, 5 buah mie instan dan sabun

b. Bantuan diberikan kepada 400 orang 

c.   Lokasi pemberian bantuan adalah di Besuki Timur, di tepi tol lama.

Besuki Timur dipilih sebagai tempat pemberian bantuan karena:

  1. Desa ini bulan Februari lalu terkena peleburan lumpur akibat tanggul yang jebol. Akibatnya ladang garapan, sawah, tempat mereka bertani, bertambak dan beternak mereka ludes, karena luberan lumpur maupun luberan lumpur kering membuat tanah rusak
  2. Warga wilayah ini belum terlalu tersentuh bantuan oleh LSM-LSM lain
  3. Walaupun wilayah ini rawan dengan makelar bantuan (orang yang mencari bantuan atas nama korban, namun bantuan tersebut tidak sampai ke tangan korban), namun posko San Mari Ann memiliki penghubung yaitu warga yang loyal dan dapat dipercaya
  4. Secara sosial warga wilayah ini rapuh dan mengandalkan ikut saudara/teman yang bekerja di Surabaya atau Pandaan, entah bekerja di pabrik atau ikut orang. Tanpa skill dan kemampuan, mereka hanya menjadi buruh rendahan. Atau bekerja seadanya, menjadi pekerja proyek pengurukan Lapindo, berjualan seadanya (maklum lumpur menjadi obyek wisata baru) sampai yang paling buruk ialah meminta-minta kepada kendaraan yang lewat di jalan desa mereka, (maklum, jalan kampung mereka kini dipadati kendaraan jurusan Surabaya-Malang, Banyuwangi, Jember) yang lewat jalan pintas.

Agar tidak salah sasaran, 400 paket bantuan tersebut dikirimkan ke Gereja St. Andreas, Porong terlebih dahulu. Dari gereja stasi, bantuan akhirnya diditurunkan di rumah Mohammad Irsyad, yang dijadikan sebagai Posko bantuan untuk warga Besuki Timur, dan akhirnya dibagikan kepada 400 KK di wilayah tersebut.