Pada tanggal 26 Maret 2007, PKR-KWI bertemu dengan Lembaga Pengem-bangan dan Pelayanan kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma serta Komunitas di Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, untuk membi-carakan rencana kerjasama dalam mengadakan pelatihan tanggap bencana. Rencana kerjasama tersebut dirumuskan didalam:
a. Pengantar:
Pasca Letusan Gunung Merapi yang terjadi tahun lalu, masih membutuh-kan perhatian dan pemikiran terkait dengan usaha penyelamatan warga se-kitar lereng Gunung Merapi. Hal ini menjadi penting lebih-lebih terkait dengan bencana lahar dingin. Pada satu sisi, bahaya lahar dingin dapat terjadi sewaktu-waktu karena guguran lava yang masih bertumpuk di pun-cak Merapi seiring dengan besarnya curah hujan di puncak Merapi yang terjadi pada musim penghujan ini. Di sisi lain, pasir kiriman yang datang dari puncak Merapi telah menjadi salah satu sumber penghasilan bagi para penambang pasir. Kenyataan lapangan memperlihatkan bahwa sering ter-jadi masyarakat lereng Merapi begitu antusias memanfaatkan kekayaan pasir Gunung Merapi tersebut. Ini dapat dilihat pada banyaknya kelom-pok-kelompok penambang pasir di wilayah aliran lahar. Kelompok-ke-lompok penambang tersebut seakan-akan kurang memperhitungkan faktor keselamatan jiwa. Untuk itulah menjadi sebuah kebutuhan mendesak un-tuk menumbuhkan kesadaran masyarakat sekitar Lereng Merapi sehu-bungan dengan peringatan dini terhadap bahaya lahar dingin.
Untuk Pusat Kuliah Kerja Nyata Universitas Sanata Dharma di bawah ko-ordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Univer-sitas Sanata Dharma, Yogyakarta bekerjasama dengan PKR-KWI dan be-berapa pihak terkait bermaksud menyelenggarakan penyuluhan terhadap potensi bahaya yang mungkin dapat timbul akibat aktivitas vulkanik: ba-gaimana dapat dikembangkan usaha penyelamatan para warga terhadap bahaya lahar dingin dan bahaya gas vulkanik (Gas H2S) di Gunung Merapi.
b. Lokasi Warga Gunung Merapi: Sasaran Para Penerima Program Tanggap Bencana:
Kelurahan Umbulhardjo, Kecamatan: Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta serta Kecamatan Turi, dan Kecamatan Pakem.
c. Para Penerima Program Tanggap Bencana
75 orang: para kader yang akan melanjutkan program pelatihan ini kepada para warga disekitar tempat tinggalnya sebanyak 375 orang, para peneri-ma yang tidak langsung atau indirect beneficiaries sebanyak 3000 – 4000 warga di Cangkringan.
d. Tema Acara:
“Sarasehan dan Penyuluhan warga Lereng Merapi untuk Penyelamatan Dini terhadap Bencana Lahar Dingin bahaya gas vulkanik (Gas H2S) Merapi.”
e. Tujuan:
1. memberikan pemahaman dasar terhadap kemungkinan bahaya lahar dingin Gunung Merapi;
2. memberikan pengetahuan langkah-langkah penyelamatan pertama jika sewaktu-waktu bencana lahar dingin datang;
3. membangun koordinasi antar warga dalam mempersiapkan diri meng-hadapi bahaya lahar dingin Gunung Merapi
4. Membangun langkah awal untuk membentuk jaringan antar warga da-lam pendistribusian informasi terkait dengan aktivitas Gunung Merapi.
f. Bentuk Acara:
1. Sarasehan untuk tokoh dan penggerak masyarakat di Sekitar Lereng Merapi
2. Penyuluhan Umum untuk warga Lereng Merapi
Ad 1. Sarasehan:
Acara sarasehan mengundang beberapa ahli di bidang vulkano-logi, meteorologi dan geofisika, serta penggerak masyarakat bi-dang komunikasi.
- DR. Radmono Purbo (Ka Bidang Pengawas Vulkonologi Gu-nung Merapi)
- Lesto A. Kusumo (Pengamat Cuaca untuk Gunung Merapi dan Sekitarnya)
- Piet (Perintis Sistim Penyiaran Cuaca Merapi)
Peserta sarasehan adalah tokoh dan penggerak masyarakat, serta perwakilan ibu dan anak dari masyarakat di Kecamatan Turi, Cangkringan, dan Pakem. Sejumlah: 75 orang.
Ad 2. Penyuluhan:
Acara Penyuluhan menghadirkan kelompok penyuluh masyara-kat tradisional Yogyakarta, yang menggunakan metode pentas tradisional. Kelompok penyaji materi Tanggap Bencana adalah warga setempat yang mempunyai keahlian dibidang vulkanolo-gi, pengamat cuaca untuk Gunung Merapi, perintis sistem penyi-aran cuaca Merapi dan kelompok kesenian tradisional. Grup ini terdari 3-4 orang. Peserta penyuluhan adalah warga desa di wila-yah Kecamatan Turi, Cangkringan, dan Pakem.
g. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan:
Sarasehan diselenggarakan pada:
Hari- Tanggal : Jum’at, 20 April 2007
J a m : 15.00 – 19.00
Pembicara : DR. Radmono Purbo, Bpk. Lesto A. Kusumo, Bpk Piet.
Tempat : Bumi Perkembahan Wono Gondang, Desa Umbulharjo, Kec. Cangkringan- Sleman
Penyuluhan diselenggarakan pada,
Hari-Tanggal : Sabtu, 21 April 2007
J a m : 19.00 – 21.00
Pembicara : Den Baguse Ngarso dengan komunitasnya
Tempat : Bumi Perkemahan Wono Gondang, Desa Umbulharjo, Kec. Cangkringan – Pakem.
h. Susunan Panitia:
1. Penasehat : Dr. G. Budi Subanar
2. Penanggung Jawab : Drs. H. Purwanta, M.A.
3. Koordinator Lap. : Bpk. Bambang Sugeng
Catatan: Fasilitas tempat dan tenaga merupakan partisipasi dan subsidi masyarakat.
Untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut di atas, diperlukan semacam pemanasan dalam bentuk kegiatan yang lebih pendek, yang diselengga-rakan selama 2 hari dimulai pada tanggal 20 Maret 2007 jam 17.00 s/d 22.00 dan tanggal 21 Maret 2007 jam 17.30 s/d 24.00 WIB. Materi pela-tihan pada tanggal 20 Maret 2007 disampaikan oleh Bapak Subandrio dari Badan Geologi, Dep. Energi dan Sumberdaya Mineral tentang Ancaman Bahaya Lahar Gunung Merapi Paska Erupsi 2006 adalah:
1. Penjelasan tetang apa itu lahar dan lahar panas? Dan bagaimana lahar dan lahar panas itu dihasilkan? Serta syarat terbentuknya lahar.
2. Intensitas lahar sebagai penyebab terjadinya lahar.
3. Sejarah lahar di Kali Gendol dari tahun 1846 sampai tahun 1969.
4. Peta guguran lahar ke beberapa lereng Gunung Merapi.
Kesimpulan dari pemateri tentang potensi bahaya lahar adalah kemungkinan ancaman lahar terhadap pemukiman penduduk relatif kecil. Bahaya lahar akan lebih mengancam pada para penambang pasir yang bekerja di badan sungai. Ancaman bagi masyarakat di sekitar lereng Gu-nung Merapi adalah meletusnya Gunung Merapi.
Pemateri yang kedua adalah Bapak Piet dari Masyarakat Pemantau Gu-nung Merapi. Pemateri bertugas untuk memantau seluruh aktifitas Gunung Merapi dan kemudian menyampaikan hasil pantauannya kepada masya-rakat yang tinggal di lerang Gunung Merapi. hal tersebut dilakukan oleh Pak Piet agar masyarakat di lereng Gunung Merapi dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan karena aktifitas Gunung Merapi yang berbahaya seperti guguran lahar panas, lahar dingin, dan goncangan akibat aktifitas di kawah Gunung Merapi.
Sedangkan pemateri terakhir adalah Bapak Lesto. Pak Lesto menyam-paikan tentang bagaimana cara menyampaikan berita-berita yang beliau dapat dari para komunitas pemantau Gunung Merapi kepada masyarakat luas melalui sarana radio handy talky dan radio komunitas.
Kegiatan tersebut di atas membawa para peserta kepada kebutuhan baru, yaitu diperlukannya sebuah alat komunikasi yang memiliki jangkauan yang lebih luas. Mereka akan dapat berkembang secara lebih berdaya gu-na kalau tersedia radio komunitas. Untuk itu Departemen Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma (DPPM-Sadhar) bersama masyarakat menyusun sebuah proposal.