Akhir-akhir ini semakin banyak jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi baik lewat bandara maupun lewat laut. Gelombang deportasi besar-besaran terjadi hampir setiap hari. Deportasi ini terjadi karena banyaknya calon TKI yang tertipu oleh PJTKI palsu, sehingga harus terlantar di Tanjung Pinang dan sekitarnya. Selain itu, TKI yang sudah bekerja di luar negeri (Malaysia, Arab Saudi, Hongkong, Taiwan dll) banyak yang mengalami penyiksaan dan penganiayaan dari majikan dan melapor ke polisi setempat, namun dalam posisi yang lemah daya tawarnya padahal mereka tidak bersalah. Posisi inilah yang menyulitkan buruh migran sehingga harus dideportasi. Efek dari deportasi ini adalah gangguan kejiwaan/psikologis dan gangguan fisik. Keadaan ini diperparah dengan perlakuan petugas dalam perjalanan deportasi, terutama yang menggunakan kapal laut. Sementara itu, Departemen Sosial hanya menyediakan jasa angkutan deportasi kapal laut dan Bis Damri, tanpa memberikan tindakan pengobatan dan pemulihan kesehatan bagi buruh migran deportan ini.
Peduli Buruh Migran merupakan salah satu lembaga sosial yang sangat memperhatikan kenyataan ini. Setiap minggu, mereka selalu mendampingi para deportan yang datang di Pelabuhan Tanjung Priok. Di antara para deportan, ada beberapa yang datang dalam keadaan sakit parah dan perlu penanganan medis yang khusus di Rumah Sakit, namun tidak ada pihak yang mau membiayai biaya perawatannya. Hal ini membuat Peduli Buruh Migran mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI untuk bekerja sama dalam menangani para deportan yang sakit ini. PKR KWI akhirnya membantu memasukkan pasien tersebut ke RS Saint Carolus dengan surat jaminan, dan membayar tagihannya setelah pasien yang bersangkutan sehat kembali. Bantuan yang diberikan oleh Crisis Center /PKR-KWI adalah:
a. Membantu pemakaman bayi TKI
Bayi yang meninggal adalah bayi Ny. Turini, TKI asal Cirebon. Turini dideportasi karena saat ada operasi/razia, tidak bisa menunjukkan paspor karena dokumen tersebut dipegang oleh majikan. Pada saat deportasi, Turini mengalami pendarahan dan langsung dirujuk ke RS Koja, dengan kondisi bayi prematur dan juga keracunan air ketuban. Karena kesehatan yang terus memburuk, akhirnya Sang Bayi meninggal pada tanggal 9 Agustus 2008, sehari setelah kelahirannya. Karena Departemen Sosial mengatakan bahwa tidak ada anggaran biaya pemakaman, maka CRISIS CENTER/PKR-KWI kemudian membiayai pemakaman bayi tersebut di TPU Budi Dharma Cilincing sebesar Rp. 1.500.000. Sang Ibu belum sempat memberi nama, sehingga pada nisan bayi tersebut ditulis nama MIGRAN WATI.
b. Membantu biaya perawatan TKI yang terkena HIV/AIDS (Suyanti)
Suyanti bekerja di Malaysia selama 8 bulan lewat PJTKI di Tanjung Pinang. Wanita asal Kendal ini sering diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya dan jarang diberi makan. TKI ini dideportasi karena kesehatannya yang memburuk tanpa pengobatan yang memadai sehingga kondisinya semakin menurun. Pada saat deportasi, Suyanti dirujuk ke RS Koja, namun oleh RS tersebut dikeluarkan secara paksa, sehingga perawatan dipindahkan ke RS Carolus sejak tanggal 14 s/d 22 Agustus 2008. Di RS Carolus akhirnya terdeteksi bahwa pasien yang bersangkutan menderita HIV/AIDS. Biaya perawatan TKI ini selama di RS Carolus adalah Rp. 9.842.560.
c. Membantu biaya perawatan TKI korban penyiksaan yang mengalami trauma dan patah tulang kaki (Nurcahyani)
Nurcahyani bekerja di Malaysia selama 2 tahun 2 bulan. Majikannya sering menyuruh membeli narkoba dan Nurcahyani sering menolak sehingga mulai dianiaya dari disiram air, dipukul kepalanya, diinjak perutnya dan dirotan punggungnya sehingga kaki kanan dan tangan kanannya patah, dan akhirnya lumpuh sebelah. Kemudian Nurcahyani dibawa ke penjara tanpa perawatan dan akhirnya dipulangkan ke Indonesia.
Setibanya di Tanjung Priok tanggal 12 Agustus 2008, karena keadaannya kristis, maka Nurcahyani langsung dilarikan ke RS Carolus. Disana trauma, TKI asal Jember itu meronta-ronta dan berteriak ingin bunuh diri. Namun, dengan perawatan dari RS Carolus, keadaannya membaik dan diijinkan pulang. Total biaya perawatannya adalah Rp. 9.408.310.
d. Membantu TKI yang terkena kanker dan akhirnya meninggal (Hasnah)
Hasnah merupakan TKI asal Sumbawa Timur. Pada saat bekerja di Malaysia, Hasnah menderita kanker payudara dan akhirnya minta dipulangkan. Sampai di Indonesia, dirujuk ke RSUD Koja namun tidak mendapatkan perawatan yang layak. Akhirnya, karena kondisi yang semakin buruk, Hasna meninggal pada tanggal 6 September 2008. Namun, tidak ada sanak saudara yang mendampingi. Atas biaya dari Rumah Duka St. Carolus, akhirnya Hasna dapat dimakamkan secara layak di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur.