Epi Santi, 31 tahun , merupakan TKI asal Jalan Pancing No. 133 Belawan Sumatra Utara. Pada Tanggal 9 Desember 2008 Epi bersama 299 TKI lainnya turun di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kondisi yang sangat lemah, karena kehamilan yang sudah 9 bulan ditambah dengan ketuban pecah sejak dalam perjalanan (didalam kapal). Karena melihat kondisi yang demikian maka pihak Kesehatan Pelabuhan bersama dengan Peduli Buruh Migran (PBM) mengantarkan ke RSUD Koja untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Pada tanggal 10 Desember 2008 jam 12.12 WIB Epi menjalani operasi caesar untuk mengeluarkan kedua bayinya, dan sekitar pukul 14.00 WIB ia sudah dipindahkan keruang perawatan. Namun sampai malam ia tidak mendapatkan obat sama sekali, dengan alasan belum ada perintah dari atasan. Melihat kondisi demikian PBM tidak tega dan akhirnya mereka membelikan obat sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Dan kedua bayi Tki tersebut masuk ruang inkubator (karena kondisinya lemah menghisap air ketuban).
Karena sang Ibu tidak membawa pakaian sama sekali, sdri Lili selaku koordinator Peduli Buruh Migran mohon bantuan PKR KWI untuk menyediakan perlengkapan setelah persalinan. PKR KWI melalui Sr Eugenia kemudian memberikan daster, perlengkapan mandi, perlengkapan bayi dan perlengkapan pasca persalinan.
Tanggal 13 Desember 2008 pihak PBM diberitahu pihak RSUD Koja bahwa pasien TKI sudah boleh pulang dan bayinya dinyatakan sehat. Tepat pukul 17.00 WIB mereka menjemput TKI tersebut dan membawa ke Shelter Gembala Baik (dititipkan) karena tidak memungkinkan kalau diantar pulang langsung ke Belawan dalam kondisi bingung.
Tanggal 15 Desember jam 08.00 WIB, kondisi kedua bayi lemas dan membiru. Peduli Buruh Migran kemudian mengajukan permohonan kepada PKR KWI, untuk memasukkan kedua bayi tersebut beserta ibunya ke RS Carolus. Setelah mempelajari proposalnya, akhirnya PKR KWI menyetujui untuk membantu memulihkan kondisi ibu dan kedua bayinya tersebut.
Sesampai di Carolus, kedua bayi tersebut diperiksa dan ternyata diketahui bahwa mereka terserang infeksi serta keracunan ketuban, dan harus menjalani perawatan intensif untuk menyelamatkan nyawanya. Akhirnya mereka menjalani perawatan di St Carolus selama kurang lebih dua minggu, dengan biaya perawatan sekitar Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah).
Setelah dirawat, kesehatan kedua bayi kembar Denny dan Dessi berangsur-angsur membaik, bahkan Denny yang tadinya tidak bisa menggerakkan tangannya sudah mulai bisa. Setelah kedua bayi tersebut benar-benar sehat, mereka bisa dipulangkan dan kembali ke Rumah Singgah Gembala Baik di Jatinegara, Jakarta Timur.