Friday, August 3, 2018

Perdagangan Orang Adalah Dosa


Hari Senin, 30 Juli 2018, Sahabat Insan mengikuti sebuah acara yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Anti Perdagangan Manusia Sedunia yang ditetapkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Acara yang dikemas secara sederhana oleh JPIT (Jaringan Perempuan Indonesia Timur) tersebut dilaksanakan di halaman Kantor Gubernur NTT dengan tema: "Perdagangan Orang Adalah Dosa".  


Banyak kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya oleh JPIT dalam memperingati Hari Anti Perdagangan Manusia tahun ini, antara lain: lomba mewarnai untuk anak SD yang dilaksanakan di Perpustakaan Daerah Kupang dengan tema: "Beta Cinta Kampung", lomba karikatur, serta lomba cipta puisi. Puncaknya, pada malam tersebut diadakan doa lintas iman untuk mengingat para korban perdagangan manusia (baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup) bersama keluarga. Selain itu, diadakan juga pameran foto di halaman depan Kantor Gubernur NTT. Terdapat foto-foto pelayanan yang dilakukan oleh relawan, aktivis, biarawan biarawati dan kaum religius Kupang dalam menangani korban perdagangan manusia dan jenazah PMI yang dipulangkan dari Malaysia. Selain itu, terdapat foto korban pelecehan, eksploitasi dan intimidasi dengan wajahnya yang lebam. Tak hanya itu, ada juga kuburan batu bertuliskan RIP yang disekelilingnya dihiasi lilin-lilin duka. Di bagian kanan gedung terdapat foto karikatur hasil dari perlombaan bertemakan Human Trafficking yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 28 Juli yang lalu.

Dari beberapa pesan kemanusiaan, terdapat pesan kemanusiaan yang disampaikan oleh Suster Laurentina, PI sebagai berikut:  Manusia itu diciptakan secitra dengan Allah dan harus dihargai sebagaimana ciptaan Allah. Hampir setiap hari kita mendengar berita yang memilukan bahwa mereka disiksa, bahkan mati. Mereka pergi meninggalkan keluarga dan anak mereka dengan harapan akan hidup lebih baik, namun yang terjadi adalah demikian. Bagaimana masa depan anak-anak yang ditinggalkan sebagai penerus bangsa? Pelayanan melayani buruh migran adalah pelayanan membela kehidupan. Kita selalu harus berusaha memanusiakan manusia. Bekerja untuk keadilan ciptaan Allah, bukan bekerja karena kepentingan individu atau kelompok tertentu. Kematian dan penderitaan mereka sebenarnya adalah sebagai simbol matinya nurani kita terhadap persoalan kemanusiaan ini. Sampai kapan pendeitaan ini harus berakhir? Kita semua mempunyai tanggung jawab ini. 

Dalam pesan tersebut, tercantum foto suster yang sedang mendampingi sebuah keluarga untuk menerima jenazah seorang ibu telah bekerja selama 3 tahun sebagai buruh di perkebunan sawit di Malaysia dan yang meninggal karena sakit saluran pernafasan seperti pernah diceritakan dalam Berbagi Kisah: Duka Keluarga Penerima Jenazah Migran

Acara dimulai dua jam lebih lambat dari jadwal yang ditentukan, yakni pukul 19.00 WITA.  Setelah dibuka dengan kata pembukaan yang disampaikan oleh panitia, relawan Sahabat Insan, Arta, diminta maju untuk membacakan puisi hasil karyanya yang juga turut disertakan dalam lomba puisi dengan judul “Elegi Tak Terperi”.  Acara kemudian dilanjutkan dengan orasi yang disampaikan para aktivis, pemuka agama dan juga salah seorang korban yang kasusnya sampai saat ini masih diperjuangkan dalam persidangan. Usai menyampaikan orasi, diadakan pembakaran lilin seraya menyampaikan doa di depan kuburan batu yang sudah disediakan, sebagai penghormatan bagi mereka yang dipulangkan dalam bentuk jenazah. 



Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh perwakilan dari pemimpin agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Muslim. Melalui koalisi lintas iman ini, semua pihak diharapkan dapat terus memperkokoh barisan perjuangan untuk melawan perdagangan orang. Di akhir acara, panitia membacakan nama-nama pemenang kegiatan lomba yang telah dilaksanakan dalam rangka menyongsong hari peringatan Anti Human Trafficking ini.