Tuesday, December 22, 2020

Rekoleksi Akhir Tahun Tim Pelayanan Kargo Bandara El-Tari Kupang

Laporan Jeny Laamo dari Kupang


Hari Sabtu, 19 Desember 2020, Tim Pelayanan Kargo mengadakan rekoleksi akhir tahun bertempat di Aula Frateran Bunda Hati Kudus, Oesapa.  Gagasan ini muncul dari Suster Laurentina, SDP sebagai suatu bentuk ungkapan hati selama beberapa tahun bekerja di bidang kemanusiaan namun belum memiliki waktu yang tepat untuk berkumpul bersama Tim Relawan Pelayanan Kargo. Ide ini pun muncul secara tiba-tiba, lalu melakukan pembicaraan dengan jaringan yang melayani di Kargo Bandara El Tari Kupang dan disambut dengan baik.

Untuk kegiatan rekoleksi ini banyak hal yang dipersiapkan seperti tempat rekoleksi diselenggarakan, lalu acara yang akan dibuat, peserta kegiatan rekoleksi sampai persiapan kado Natal untuk peserta rekoleksi. Pada akhirnya, setelah melewati semua proses itu akhirnya rekoleksi relawan Tim Pelayanan Kargo bisa terjadi dan hari ini adalah hari pertama. Rekoleksi ini akan berlangsung selama dua hari satu malam di Fratreran Bunda Hati Kudus. Peserta rekoleksi ini terdiri dari perwakilan JRUK (Pak Herman Seran dan Ibu Natalia Bisik), Rumah Harapan (Kakak Decky, Mama Pendeta Ina, Mama Pendeta Emmy, Michelle dan Yenny), IRGSC (Kakak Ardy), lalu dari JPIC (suster Laurentina SDP, suster Anna SDP, suster Matilda SDP, suster Elisa SDP), dan dari JPIT (Juandini, Lya Kailo, Sri Dakamoli). 

Friday, December 18, 2020

PERTEMUAN IRGSC: Model dan SOP Untuk Pemulangan dan Reintegrasi Sosial Korban TPPO

 Laporan Jeny Laamo dari Kupang


Hari Kamis, 10 DESEMBER 2020, aku mengikuti pertemuan di IRGSC (Institute of Resource Governane and Social Change). Pertemuan ini sudah diselenggarakan selama tiga hari. Suster Laurentina SDP mengikuti pada hari pertama dan kedua sedangkan aku mengikuti hari ketiga dan bertugas sebagai operator, membantu suster saat melakukan presentasi. Dalam rapat ini hadir berbagai pihak, baik LSM maupun instasi pemerintah seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, PIAR NTT, dan pihak gereja. Pertemuan yang dilakukan selama tiga hari ini memperbincangkan tentang Model dan Prosedur Standar Operasional untuk Pemulangan dan dan Reintegrasi Sosial Pemulangan Korban TPPO. Untuk hari ini, yang membawakan materi adalah Mama Pendeta Pao Ina Bara Pa-Ngefak dari JPIT, Suster Laurentina SDP, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

Mama Pendeta Ina membawakan materi tentang JPIT dalam penangangan masalah perdagangan manusia. Sejak 2014, JPIT bersama dengan jaringan mulai fokus pada isu perdagangan orang. Dimulai dari kasus penyekapan 26 perempuan asal NTT di Sarang Burung Walet Kota Medan yang menyebabkan meninggalnya dua orang dan luka fisik bagi beberapa korban lain, sejak itu isu perdagangan manusia mulai diperhatikan oleh berbagai pihak di NTT. Dalam beberapa penelitian bersama dengan jaringan, JPIT menemukan bahwa modus paling utama dalam kasus perdagangan manusia adalah migrasi kerja. Migrasi kerja sendiri tidak selamanya berarti perdagangan manusia, tetapi proses pengiriman tenaga kerja keluar daerah dan keluar negeri sangat rentan terhadap perdagangan manusia. Itulah mengapa korban terbesar perdagangan orang di NTT adalah para tenaga kerja migran. Faktor pendorong orang pergi bekerja adalah budaya mencari kerja dan budaya merantau orang NTT yang entah sudah dimulai dari kapan, kemiskinan (orang miskin menjadi rentan dan tidak berdaya) dan pemiskinan (korupsi yang dilakukan menyebabkan masyarakat menderita karena tidak ada akses terhadap jalan, air bersih, yang akhirnya mendorong orang untuk keluar dan bekerja), pendidikan yang rendah sehingga muda ditipu dan dimanfaatkan oleh pelaku, lapangan kerja terbatas, ada diskriminasi/persoalan gender, kebutuhan akan uang tunai, KDRT (anak dari keluarga broken home), budaya patriarki (tanggungjawab seorang kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga keberadaan perempuan yang tidak memiliki akses atas tanah dan sebagainya dalam lingkaran keluarga). Sedangkan faktor penariknya yaitu gaya hidup/orientasi sosial (banyak cerita sukses yang jadi daya tarik, mereka yang pulang dengan memakai emas menjadikan itu sebagai bukti bahwa mereka sudah sukses di tanah rantau), penipuan yang dilakukan oleh calo dengan berbagai cara seperti oko mama (masuk melalui budaya oko mama terhadap orangtua), doa (pendekatan melalui oknum tim doa), pacaran (bujuk rayu melalui media sosial), janji palsu (calon PMI diming-imingi oleh pelaku bahwa disana mereka hanya mengerjakan pekerjaan rumah dengan upah yang tinggi), penculikan anak.

Wednesday, December 2, 2020

Partisipasi Suster-Suster ADM dalam Caritas Christmas Cross Challenge (4C)

 



Partisipasi Suster-Suster Hati Kudus dalam Caritas Christmas Cross Challenge (4C)

 


Pesan Suster Francesco Marianti, OSU untuk Caritas Christmas Cross Challenge (4C)

Selama sebulan penuh, Bapa Kardinal Ignatius Suharyo bersama-sama dengan 17 Uskup, 900 lebih rohaniwan-rohaniwati Katolik, dan 2100 kaum awam akan melakukan aktifitas bersepeda, berlari dan berjalan kaki untuk menggalang dana bantuan Natal bagi para guru honorer di berbagai wilayah tanah air. 

Melalui akun instagram sanurunners, Suster Franscesco Marianti, OSU pun tidak ketinggalan memberikan dukungannya kepada anak-anak didiknya yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dengan penuh semangat, Suster mendorong para Sanurians untuk menyukseskan penggalangan dana ini. 

https://www.instagram.com/p/CIE6WV3BeZP/?igshid=ouxtf8zs4516


Yuk teman-teman sanurians, mari kita bergembira ria, membantu, beramal bagi KARINA

Jalan sejengkal, jalan setapak, semua berharga, bagi Tuhan dan sesama

Ayo kawan-kawan Sanurians, perlihatkan semangat juangmu

tetap tegap, teguh, dan tetap tekadmu,

jalan terus, sesuai dengan rencanamu, pasti menang karena kebersamaanmu

Jalan-jalan ke pasar baru, di sana beli perkutut

Mari sanurians kita maju, pasti menang karena kebersamaanmu


Artikel di Tribunwow.com: Penggalangan Dana Untuk Guru Honorer (Caritas Christmas Cross Challenge - 4C)

Lewat Olahraga Virtual, Kardinal dan 17 Uskup Gelar Penggalangan Dana demi Guru Honorer


Ignatius Kardinal Suharyo, Pelindung Caritas Christmas Cross Challenge 2020 dan peserta olahraga lari. 




 


















TRIBUNWOW.COM - Sebuah rekor unik dipecahkan di dunia olahraga lari, sepeda, dan jalan cepat pada Selasa (1/12/2020).


Seorang kardinal, 17 uskup, 900 lebih rohaniwan-rohaniwati Katolik bergabung bersama 2100 pelari, pesepeda, pejalan cepat di seluruh Indonesia serta sedikitnya 17 negara Eropa, Amerika Utara, Asia, Timur Tengah.

Mereka akan beraktivitas selama sebulan penuh untuk menggalang dana bantuan Natal bagi para guru honorer di berbagai wilayah tanah air.


“Keterlibatan kardinal, belasan uskup, serta hampir seribu pastor dan suster, belum pernah terjadi dalam sejarah penggalangan dana melalui olahraga secara virtual di Indonesia mau pun di dunia,” ujar Dr. Antonius Widyarsono SJ. Pater Widy seperti rilis yang diterima TribunWow.com, Selasa (1/12/2020).

 

Artikel selanjutnya dapat dibaca di  https://wow.tribunnews.com/2020/12/01/lewat-olahraga-virtual-kardinal-dan-17-uskup-gelar-penggalangan-dana-demi-guru-honorer