Thursday, April 23, 2020

Bingkisan Kebutuhan Pokok Untuk Masyarakat Terdampak Covid19 di Palu

Pandemi wabah virus corona covid-19 sedang melanda seluruh dunia, tidak terkecuali di Inonesia. Pada bulan Maret 2020, Pemerintah untuk pertama kalinya mengumumkan adanya penderita positif corona di Indonesia, dan sejak saat itu semakin hari jumlah penderita semakin bertambah dan wilayah yang terkena semakin meluas. Pemerintah lalu mengambil langkah cepat, yaitu menghentikan kegiatan perkantoran dan menyarankan untuk bekerja dari rumah (work from home), serta juga menutup sekolah-sekolah dan diganti dengan proses belajar online. Penghentian kegiatan operasional ini tentu saja berdampak pada perekonomian warga, terutama rakyat kecil yang menggantungkan pendapatannya dari kegiatan harian. Para pedagang kaki lima, warung-warung, pegawai hotel dan restoran, transportasi online, dan masih banyak lapisan masyarakat yang tiba-tiba kehilangan mata pencaharian. Kejadian ini juga terjadi di Palu dan sekitarnya, tempat Suster Eugenia, PBHK dan tim JPIC FNSD melakukan pelayanan untuk para korban tsunami. Oleh sebab itu, beberapa hari terakhir Suster beserta tim melakukan kegiatan pembagian bahan-bahan pokok bagi masyarakat yang perekonomiannya terganggu karena wabah ini. 

Pada hari Rabu, 15 April 2020, tim kerja Jpic Fdnsc turun lapangan mengadakan bakti sosial membagikan tanda kasih kepada masyarakat yang saat ini mengalami gangguan perekonomian akibat Covid 19. Hari ini tanda kasih ditujukan kepada masyarakat Sidera. Bingkisan kasih tersebut berupa beras 10 kg, minyak goreng 2 liter dan gula 1 kg. Untuk beberapa keluarga yang sudah lansia dan sakit, bingkisan itu langsung diantarkan ke rumah mereka, sedang untuk yang lain dapat mengambil sendiri di rumah Kepala Dusun 2 karena kegiatan ini dilaksanakan di sana. Pembagian bantuan ini melibatkan pemerintahan setempat agar proses dapat berjalan dengan lancar dan tertib mengingat anjuran dari pemerintah untuk tidak mengadakan keramaian. Selain itu, warga yang datang juga diwajibkan untuk mengunakan masker. Puji Tuhan, proses pembagian berjalan dengan lancar dan terima kasih kepada Pemerintah Desa yang sudah menfasilitasi kegiatan ini. 







Pada hari Jumat. 17 April 2020, kegiatan pembagian tanda kasih sebagai bentuk kepedulian Jpic Fdnsc terhadap masyarakat yang mengalami gangguan perekonomian akibat Covid 19 dilanjutkan dengan mengudang anak-anak dari SMKN 7 Talise untuk hadir ke posko mengambil tanda kasih tersebut berupa 10 kg beras, 2 liter minyak goreng , 1 kg gula putih dan Sprite 1,5 liter.  Tanda kasih tersebut dapat diambil di posko karena rumah tempat tinggal mereka terpencar. Ada yang datang dari pantai barat, dari Napu, dari Palolo, dari Donggala, dan sekitar kota Palu.






Selanjutnya pada hari Sabtu, 18 April 2020, penyaluran tanda kasih sebagai bentuk kepedulian Jpic Fdnsc terhadap masyarakat yang mengalami gangguan perekonomian karena covid 19 dilanjutkan dengan mengudang penerima beasiswa wilayah kota Palu ke posko. Masing-masing keluarga menerima beras 5 kg, minyak 2 liter, gula 1 kg, sprite 1,5 liter dan biskuit roma 450 gr. Beberapa keluarga yang sangat membutuhkan diberikan beras 10 kg. Masyarakat datang ke posko beasiswa merah putih dengan tetap mengindahkan peraturan pemerintah kota Palu; menghindari kerumunan dengan mengatur jadwal kehadiran, menyiapkan tempat cuci tangan, tetap jaga jarak, dengan memberi penghalang antara petugas dan tamu yang datang dan mengenakan masker. Bila ada yang datang tanpa memakai masker, maka akan dibagikan masker secara cuma-cuma untuk langsung dipakai.  






Pada hari Senin, 20 April  2020 kembali diserahkan tanda kasih sebagai wujud kepedulian Jpic Fdnsc terhadap masyarakat yang mengalami gangguan perekonomian akibat Covid 19. Hari ini penyerahan dilaksanakan di halaman kantor Desa Jono Oge, didampingi oleh aparat Desa setempat. Bingkisan kasih untuk masyarakat Jono Oge berupa 10 kg beras, 2 liter minyak goreng dan 1 kg gula putih. Terima kasih kepada pemerintah dan aparat desa yang sudah menfasilitasi kegiatan ini dan Semoga tanda kasih yang sederhana sebagai wujud kepedulian kami, bermanfaat bagi masyarakat.







Selasa, 21 April 2020 kembali dilanjutkan karya kasih dan wujud kepedulian kami terhadap masyarakat yang terdampak Covid 19. Kali ini penyerahan bingkisan dilakukan dengan cara berjalan dari rumah yang satu ke rumah yang lain untuk menyerahkan paket yang berisi 5 kg beras, 2 liter minyak dan 1 kg gula putih. Sebelumnya nama-nama beserta alamat yang akan dikunjungi sudah didata sehingga memudahkan distribusi. Para penerima tanda kasih diutamakan para janda dan lansia serta keluarga yang kesulitan finansial. Satu mengalaman yang menyentuh dan menarik, karena sesuatu hal bingkisan harus diserahkan melalui jendela rumah tetangga. Bersyukur mereka saling peduli sehingga mengusahakan juga untuk orang lain yang membutuhkan.






Hari Rabu, 22 April 2020 tim kerja Jpic Fdnsc menyalurkan tanda kasih dan wujud kepedulian terhadap para perantau yang juga mengalami dampak akibat Covid 19, diantaranya teman-teman muda yang menuntut ilmu di kota Palu. Mereka tidak bisa pulang ke kampung halaman dan harus bertahan tinggal di kos. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa Universitas Tadulako. Mohon maaf persediaan masker kami sudah habis sehingga teman-teman yang tinggal di kos Perumahan dosen Blok D8/4 Tondo tidak mendapatkannya. Kami akan tetap mengusahakan masker untuk mereka. 












Friday, April 17, 2020

Enam Bulan yang Sangat Berharga


Refleksi Winni Rulianti selama menjadi relawan Sahabat Insan.

-----------------------------------------

Boleh dibilang, ini adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. Bagaimana tidak, saya diizinkan untuk terlibat di bidang kemanusiaan, khususnya perdagangan manusia, dengan menjadi relawati di Perkumpulan Sahabat Insan.


Saat menuliskan pengalaman ini, memori membawa saya ke 6 bulan yang lalu, dimana saya sangat gelisah dan khawatir akan masa depan saya. Pada saat itu, posisi saya menganggur. Tidak ada pekerjaan, tidak ada penghasilan. Tidak terhitung banyaknya surat lamaran yang sudah saya kirimkan ke berbagai perusahaan. Usaha yang coba saya jalani bersama teman juga tidak berjalan lancar. Saat itu, saya benar-benar buntu dan putus asa. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk bertahan hidup. Rasanya sulit dan berat untuk melewati hari-hari.

Sampai saya teringat akan salah satu teman komunitas saya yang bernama Marsia. Saya pernah mendengar bahwa ia pernah menjadi relawati di suatu perkumpulan. Hanya saja, saya tidak mengetahui namanya. Segera saya menghubungi Marsia untuk mengetahui rincian dari perkumpulan tersebut. Disitu Marsia banyak bercerita mengenai apa yang dilakukannya sembari melamar pekerjaan. Di akhir pembicaraan, Marsia memberikan no. WA Rm. Ismartono, SJ kepada saya. Marsia berpesan untuk menghubungi romo jika saya berminat untuk menjadi relawan di perkumpulan tersebut.

Butuh waktu berhari-hari untuk meyakinkan diri saya bahwa saya mau menjadi relawati di perkumpulan tersebut. Gayung pun bersambut. Rm. Is, begitu panggilan akrabnya, bersedia membuka pintunya untuk saya. Saya boleh bekerja disana sampai kapanpun, sampai saya mendapatkan pekerjaan. Saya sangat senang pada saat itu, walaupun perasaan gelisah masih menyelinap dalam hati.

Selama bekerja di Sahabat Insan (SI), saya diterima dengan sangat baik. Saya dipertemukan dengan banyak orang baik, seperti Mba Tanti dan Pak Felix, yang setiap harinya membagi kisah dan kadang cerita lucu untuk menghangatkan hari. Mereka sungguh mengisi hari-hari saya menjadi lebih ceria. Hal-hal yang saya lakukan di SI adalah membantu Rm. Is untuk mengumpulkan artikel terkait buruh migran selama 2019. Saya juga diminta bantuannya untuk membuat database jenazah buruh migran selama 2019. Tautan artikel-artikelnya dapat dilihat pada link berikut: http://bit.ly/jenazahmigran2019 dan http://perkumpulansahabatinsan.blogspot.com/2020/03/kumpulan-berita-hukuman-mati.html

Selain itu, Rm. Is berbaik hati untuk melibatkan saya dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai macam kelompok, sehingga saya mengetahui seluk-beluk dan apa yang mereka perjuangkan untuk buruh migran Indonesia. Dari situlah, saya mengenal lebih banyak lagi orang baik yang ikut berjuang untuk mengentaskan perdagangan manusia, seperti Sr. Irena, Sr. Sari, Bpk. Gabby, dan masih banyak yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.


Sebelum menjadi relawati SI, saya mengira bahwa isu perdagangan manusia ini sangat jauh dari pandangan saya. Saya mengetahuinya, sekedar mendengar, tapi hanya lewat saja. Setelah menjadi relawati SI, saya menjadi lebih peduli, terutama karena saya membaca dan mendengar kisah-kisah langsung dari para pejuang anti TPPO. Bahwasannya setiap manusia berharga di mata Tuhan, manusia bukan objek. Manusia tidak boleh diperdagangkan, karena mereka memiliki hak penuh atas tubuh dan perasaannya. Manusia tidak bisa dibeli. Banyaknya buruh migran yang datang dalam bentuk peti mati sungguh menyakitkan hati bagi kita yang masih memiliki hati nurani. Oleh karena itulah, para pejuang anti TPPO berjejaring untuk bersama-sama menuntaskan masalah ini.

nobar di festivlal film migrasi IOM
Dengan menjadi relawati SI, saya merasa mendapatkan perspektif baru tentang isu kemanusiaan, khususnya perdagangan manusia. Harus ada peraturan yang jelas dari pemerintah dan memonitor pelaksanaan di lapangannya. Pemerintah harus berani membuka dan memberikan sanksi yang sepadan untuk para penjual manusia. Karena pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, maka jaringan anti TPPO ini bersatu untuk membantu kerja pemerintah. Jaringan anti TPPO terus bergerak dan berjuang dengan kapasitas yang mereka miliki masing-masing untuk bersama-sama menuntaskan isu perdagangan manusia di Indonesia.

Tidak heran jika Paus Fransiskus menaruh perhatian yang besar kepada buruh migran. Tidak hanya sekali, Paus mengajak kita berdoa bersama untuk para buruh migran di seluruh dunia. Mereka yang awalnya menjadi migran karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak, malah dimanfaatkan untuk dijual, disiksa, dieksploitasi, bahkan sampai mati karena terlalu lelah bekerja. Bahkan Paus Fransiskus pernah membuka ruangan di Vatikan untuk menjadi tempat penampungan sementara bagi para buruh migran ini. Kepedulian Paus terhadap mereka yang terpinggirkan menjadi pengingat bagi para pejuang anti TPPO bahwa perjuangan kita tidak sia-sia.

Di luar pengalaman-pengalaman luar biasa itu, hal yang akan sangat saya rindukan adalah momen makan siang bersama Rm. Is. Sederhana memang, tapi dalam rasanya untuk saya. Setiap pukul 12, kami membawa bekal untuk makan bersama di ruangan SI. Kadang saya membeli makanan di kantin bawah, lalu makan bersama di ruangan tersebut. Dalam sesi makan siang tersebut, kami bisa bercerita mengenai topik apa saja, mendiskusikan berbagai hal, mulai dari hal penting sampai hal-hal ringan sekalipun, dan berbagi pengalaman hidup dari sudut pandang kami masing-masing. Pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Sungguh, 6 bulan yang sangat berharga bagi saya.

Saya sangat kagum dengan Rm. Is yang masih semangat dan tetap setia berkarya sampai saat ini. Saya percaya, Tuhan memelihara dan menjaga saya lewat penyertaan tangan Rm. Is dan teman-teman di SI. Tuhan Yesus baik, telah mengirimkan orang-orang baik di saat saya benar-benar membutuhkannya.

Rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada kebaikan dan ketulusan hati Rm. Is yang sudah selalu membukakan pintunya bagi saya, Mba Tanti, Pak Felix, dan semua kawan yang saya jumpai selama saya menjadi relawati di Sahabat Insan. Terima kasih telah turut mewarnai jalan hidup saya. Saya doakan semoga semua yang terlibat di Sahabat Insan, dijaga oleh Tuhan lewat karya-Nya yang luar biasa ini.

Thursday, April 9, 2020

KEPANIKAN DAN KETAKUTAN PENUMPANG KM LAMBELU

Teriakan histeris dan tangisan menyatu dari penumpang KM Lambelu kala beberapa penumpang lainnya nekat menceburkan diri ke laut. Kejadian ini terjadi pada Selasa (07/04/2020) lalu, saat KM Lambelu yang mengangkut 255 penumpang dan 95 ABK (anak buah kapal) itu tidak diijinkan untuk bersandar di Pelabuhan Lorens Say, Maumere oleh Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si, yang kemudian malam itu datang menemui penumpang dengan kapal patroli dan didampingi oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah. Semuanya bermula kala diketahui bahwa ada 3 ABK yang positif terpapar Covid-19 atau Virus Corona, setelah dilakukan Rapid Test oleh RSUD TC Hillers Maumere di atas kapal. Terhitung ada 5 orang yang menceburkan diri ke laut. Ketakutan dan kepanikan menjadi satu, tangisan dan teriakan dari penumpang lainnya terdengar menyakitkan. Apalagi kapal sudah 18 jam terombang-ambing di atas laut karena pelarangan sandaran tersebut semakin membuat suasana mencekam. Kekesalan yang dirasakan oleh penumpang kapal diluapkan dengan makian kepada pihak pemerintah.

Sebelumnya, Bupati Sikka sudah menyurati Direktur PT Pelni Pusat untuk penundaan pelayaran KM Lambelu pada Senin (06/04/202) pagi via email sampai Minggu (12/04/2020). Tujuan penundaan pelayaran ini adalah agar pihak kapal melakukan karantina perjalanan selama 14 hari di atas kapal dimulai pada Sabtu (28/03/2020). Bupati Sikka menjelaskan laporan dari Posko Nunukan bahwa ada empat orang yang positif terpapar Covid-19 yang naik ke atas kapal. Hal ini menyebabkan adanya potensi tiga puluh orang ABK terinfeksi karena tidak adanya pergantian ABK.

Mengetahui adanya aksi protes dari warga, Bupati Fransiskus Roberto Diogo menemui para penumpang kapal untuk melakukan negosiasi. KM Lambelu diijinkan untuk bersandar namun semua penumpang harus mengikuti semua petunjuk dan arahan dari pemerintah. Para penumpang yang berasal dari Flores Timur diminta untuk dengan tertib naik kendaraan yang sudah disiapkan Bupati Flores Timur. Penumpang yang berasal dari Kabupaten Sikka diturunkan secara bertahap dan dikarantina selama 14 hari. Untuk laki-laki dikarantina di Gedung Sikka Convention Center (SCC) dan perempuan dikarantina di Rumah Jabatan Bupati Sikka. Awalnya, pemerintah sudah menyiapkan sebuah sekolah yaitu SD Santo Yosef Maumere untuk dijadikan tempat karantina bagi penumpang yang berasal dari Sikka. Namun karena adanya penolakan dari pihak warga setempat, maka tempat karantina dipindahkan ke SCC Maumere dan Rumah Jabatan Bupati Sikka. Persiapan tempat ini dilakukan oleh petugas BPBD yaitu dengan membuat sekat dari tripleks dan memasang kain sebagai pembatas dengan dilengkapi tiga kasur busa dan bantal untuk tiga orang. Di depan Gedung SCC juga sudah ada empat buah tenda, dua tenda dari Tagana, satu tenda dari TNI AL, dan satu tenda dari BPD, tujuannya adalah sebagai alternative jika tempat yang disiapkan di Gedung SCC tidak mencukupi untuk karantina 233 penumpang kapal yang diturunkan.

Aksi beberapa penumpang yang menceburkan diri ke laut ini menjadi topik hangat pembicaraan masyarakat. Kepanikan dan ketakutan yang dirasakan melebur membuat mereka tidak berpikir panjang padahal aksi tersebut bisa membahayakan diri, meskipun pihak kapal segera melemparkan rompi pelampung untuk penumpang yang terjun ke laut. Penumpang lainnya tak kuasa menahan tangisan, histeris menggema sambil berteriak minta tolong. Melewati peristiwa mencekam tersebut, Pemerintah Kabupaten Sikka memberikan penjelasan tentang 3 ABK yang terjangkit Covid-19 sudah diberangkatkan kembali ke Makassar sedangkan para penumpang lainnya yang di karantina akan dilakukan pemeriksaan secara berkala sesuai dengan ketentuan dan protokol yang berlaku. Proses karantina sudah berlangsung satu hari dan pemerintah memberikan edukasi tentang Covid-19 agar penumpang yang dikarantina mengerti tentang virus dan tentang karantina itu sendiri, serta kebutuhan dari penumpang yang dikarantina pun dipenuhi. Meskipun fasilitas belum memenuhi standar WHO untuk proses karantina, namun Pemerintah Kabupaten Sikka masih mengupayakannya. Untuk itu, pemerintah meminta bantuan Gugus Tugas Nasional Penanganan Covid-19 berkaitan dengan pemenuhan fasilitas karantina agar bisa sesuai dengan standar yang telah diteteapkan oleh WHO.

Terkait dengan PMI di KM Lambelu, P4TKI Maumere sudah berkoordinasi dengan BP3TKI Nunukan dan memastikan tidak ada PMI yang dideportasi dari Malaysia karena lockdown yang saat ini diterapkan di Malaysia.

Wabah Virus Corona memang membuat semua pihak cemas, situasi terkini perkembangan Coronavirus menyebutkan bahwa total kasus konfirmasi COVID-19 global per tanggal 7 April 2020 adalah 1,279,722 kasus dengan 72.614 kematian (CFR 5,7%) di 206 Negara Terjangkit sedangkan untuk Indonesia ada 2.738 kasus konfirmasi positif COVID-19 (204 sembuh dan 221 meninggal). Data-data yang diunggah Kemenkes ini menunjukkan adanya penambahan kasus yang signifikan baik yang terjangkit maupun yang bisa sembuh. Pihak pemerintah pun menghimbau agar masyarakat memakai masker saat hendak keluar sesuai dengan anjuran dari WHO, demi penekanan peyebaran Covid-19. Berbagai upaya di lakukan pemerintah, namun yang terjangkit dan yang meninggal terus bertambah. Vaksin masih dikembangkan sehingga belum ada obat yang benar-benar bisa mematikan virus ini dari tubuh. Dari itu semua yang menyebar paling cepat adalah kepanikan. Kejadian yang terjadi di atas adalah definisi dari kepanikan sesungguhnya. Sehingga selain upaya pencegahan,  Pemerintah perlu menggalakan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak panik. Untuk saat ini sosialisasi yang paling memungkinkan adalah melalui media massa. Entah sampai kapan bencana ini akan berlangsung. Rasanya sulit untuk menatap ke depan. Peribahasa bersatu kita teguh bercerai kita runtuh berubah menjadi bersatu kita mati, bercerai kita selamat. Dan memang ini benar adanya, khususnya untuk saat ini di saat Covid-19 menyerang.

Untuk saat ini, sebagai masyarakat yang bisa dilakukan adalah menaati peraturan dan himbauan dari pemerintah. Menjaga diri sendiri sehingga tidak membuat susah orang lain, menjaga imun tubuh agar tetap kuat dan menghilangkan kepanikan, serta yang paling penting adalah memohan rahmat Allah agar mampu menghadapi wabah Covid-19.


Laporan Jeny Laamo dari Kupang, dirangkum dari berbagai sumber.

Monday, April 6, 2020

Kabar Terbaru Dari Palu

Apa kabar Palu?

Setelah setahun lebih gempa dan tsunami mengguncang wilayah tersebut, dan setahun lebih pula Suster2 PBHK di bawah koordinasi Sr. Eugenia, PBHK yang tergabung dalam jaringan JPIC Fdnsc (Justice and Peace Suster-suster PBHK) tetap melakukan pelayanannya sampai saat ini. Tahun 2020 ini dengan segala keterbatasan yang ada karena adanya wabah corona yang sekarang sudah ditetapkan WHO menjadi pandemi, mereka tetap melakukan kunjungan-kunjungan dan berbagai aksi sosial untuk membantu para korban tsunami dan gempa bumi yang ada di daerah Palu dan sekitarnya. Berikut rangkuman beberapa kegiatan yang telah mereka lakukan selama tahun 2020 ini, sesuai dengan yang dilaporkan oleh Sr. Eugenia, PBHK di facebook JPIC Fdnsc.

1. Pada awal bulan Maret 2020, tim ini membantu renovasi rumah keluarga salah satu penerima beasiswa khusus Ponpes. Rumah mereka yang terbuat dari papan pada bulan Februari yang lalu telah roboh karena angin kencang dan kondisinya memang sudah rusak serta agak miring. Dengan segala upaya mereka memperbaiki rumah bantuan yang terletak di samping rumah lama yang berukuran sekitar 3 x 6 meter. Rumah tersebut dihuni oleh tujuh orang; empat dewasa.dan tiga anak-anak. Melihat keadaan tersebut, tim kemudian berinisiatif membantu membelikan 50 lembar seng untuk menambah ruang tidur dan dapur di bagian belakang bekas bangunan lama. Tambahan ruang belakang dan dapur sudah jadi dengan memanfaatkan papan-papan yang masih bisa dipakai. Diharapkan bantuan ini dapat memberikan sedikit rasa aman pada keluarga di Sidera ini.


 

2. Pada hari Sabtu, tanggal 14 Maret 2020, dua orang team Beasiswa Merah Putih menyampaikan / menghantarkan bantuan 132 pak buku tulis, 24 lusin pulpen, dan 12 lusin pensil untuk anak-anak korban banjir di desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso. Peralatan sekolah lengkap diberikan untuk anak Uto Todongi, putra dari Alm. Ibu Masran Lambagu yang meninggal dunia akibat banjir yang terjadi pada tanggal 3 Maret 2020 yang lalu. Semoga tanda cinta dan perhatian ini memberi semangat anak-anak untuk melanjutkan proses belajarnya.



3. Pada hari yang sama, tim Beasiswa Merah Putih melanjutkan pembagian 189 pasang sepatu dan 189 botol minum untuk anak-anak di SMPN 5 Banawa, Donggala. Perjalanan dari SDN 5 menuju ke SMPN 5 melewati pemukiman baru yang terjadi setelah gempa bumi pada September 2018 lalu. Rumah-rumah yang ada tampak masih sangat sederhana berdinding bambu dan beratap daun kelapa. Tampak beberapa anak SDN 5 dan SMPN 5 juga berasal dari perkampungan ini. Semoga dengan bantuan ini, anak-anak dapat semakin rajin belajar dan kelak dapat membangun kampung mereka sendiri agak semakin maju.





4. Selanjutnya, masih pada hari yang sama, tim Beasiswa Merah Putih menyampaikan bantuan perlengkapan sekolah kepada anak-anak di SDN 5 Banawa Donggala untuk 203 anak kelas 1 sampai kelas V. Masing-masing anak mendapatkan seragam sekolah merah putih dan 5 buku tulis, Sementara anak kelas VI yang berjumlah 46 anak mendapat sepasang sepatu dan 5 buku tulis. Bantuan ini diserahkan langsung kepada anak-anak yang bersangkutan, Seragam yang diberikan disesuaikan dengan ukuran masing-masing anak, dengan demikian seragam itu bisa langsung dikenakan.





5. Pada hari Jumat, 27 Maret 2020, dengan segala perjuangan dan tantangan di tengah situasi yang kurang bersahabat, akhirnya team Jpic Fdnsc dapat menyelesaikan pertolongan untuk renovasi kios salah satu keluarga penerima Besiswa Merah Putih di desa Jono Oge. Sekarang telah tampak bentuk kios itu dengan membongkar dua jendela yang berada di depan rumah. Pada bagian pintu depan kios juga ditambahkan seng supaya keamanan lebih dapat ditingkatkan. Tim JPIC Fdnsc memberi perhatian lebih pada keluarga ini karena mereka sudah tidak mempunyai ayah dan suami.



Selain kegiatan pemberian bantuan kepada para korban bencana di Palu, tim Beasiswa Merah Putih juga terlibat dalam pembangunan 10 unit kamar mandi dan toilet untuk anak-anak Panti Asuhan Bunda Hati Kudus. Kamar mandi baru ini terletak di sebelah kiri gedung utama yang ditempati oleh 19 anak remaja putri dengan 2 orang pendamping. Pembangunan dimulai sejak awal bulan Februari 2020, dikerjakan oleh seorang tukang bangunan terpercaya. Sampai hari ini sudah pada tahap pemasangan pintu dan dinding sekat antar ruang. Pekerjaan awal yang dilakukan adalah membuat/memasang pagar seng agar kamar mandi tidak terlihat langsung oleh orang yang keluar masuk lokasi panti dan posko beasiswa Merah Putih. Pada tanggal 20 Maret 2020, sarana MCK yang sederhana ini sudah siap digunakan. Semoga adik-adik tidak lagi menunggu antrean panjang untuk kebutuhan MCK.