Friday, March 20, 2020

Buku Cita-cita Luhur Paus Fransiskus

Selain menerbitkan buklet Pastoral Orientation On Human Trafficking yang sudah diterjemahkan di  bit.ly/buku-arah-pastoral-tppo, Paus Fransiskus melalui Migrant and Refugees Section juga menerbitkan buklet: TOWARDS THE GLOBAL COMPACTS ON MIGRANTS AND REFUGEES 2018. Buku ini menyajikan ajaran, refleksi dan bimbingan dari Paus Fransiskus sehubungan dengan migran dan pengungsi, yang memuat Pesan dari Bapa Suci dan Dua Puluh Tindakan Prioritas yang terdiri dari dua versi. Versi pertama, untuk keterlibatan pastoral aktif dengan migran dan pengungsi. Versi kedua, dalam skala yang lebih luas, untuk digunakan dalam advokasi dan negosiasi dengan Pemerintah-pemerintah tingkat nasional untuk mengadopsi Kesepakatan Global yang saat itu sedang dikembangkan.

Pada akhir Februari 2020, Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau KWI menerbitkannya dalam bentuk buku saku (152 hal: 12x18,5 cm) dalam dua bahasa (Indonesia & Inggris) yang berjudul "Cita-Cita Luhur Paus Fransiskus" yang berisi pedoman dasar untuk pelayanan pengungsi dan migran. Versi Indonesia diterjemahkan oleh Romo Ignatius Ismartono, SJ bekerja sama dengan Romo Adrianus Suyadi, SJ sebagai editor dan memberi prakata.  


Teks asli buklet ini (dalam Bahasa Inggris) dapat diunduh di https://migrants-refugees.va/towards-global-compacts-migrants-refugees-2018/

Sedangkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia dapat diunduh di Cita-cita Luhur Paus Fransiskus

Terima kasih atas perhatian Anda sekalian. Semoga semua tindakan kita, sekecil apapun yang kita lakukan, dapat membawa dampak untuk memperbaiki nasib para migran dan pengungsi.



Salam,
Sahabat Insan

Tuesday, March 17, 2020

Rapat Bulanan Jaringan Pemerhati Migran (JPM)

Setiap bulannya, anggota JPM mengadakan rapat untuk membahas hal-hal yang sudah dilakukan, evaluasinya, serta rencana-rencana yang akan dilakukan ke depan. Rapat yang diadakan pada hari Rabu, 11 Maret 2020 diadakan di kantor Sahabat Insan, yang berlokasi di Pasar Baru, Jakarta Pusat. 


Secara garis besar, berikut hal-hal yang dibahas pada pertemuan hari Rabu lalu:

·        Evaluasi Peringatan Hari Doa Sedunia Melawan Perdagangan Manusia 2020
Dalam memperingati hari doa di tahun ini, JPM-KAJ berkolaborasi dengan Sahabat Insan untuk mengadakan Misa Syukur yang dilanjutkan dengan ramah tamah dan nonton bareng. Misa dipersembahkan oleh Romo Ismartono, SJ yang pada kotbahnya membahas tentang perjuangan St. Josephine Bakhita yang pada masa hidupnya pernah menjadi korban perdagangan manusia. Kita berdoa untuk para korban perdagangan manusia melalui perantaraan St. Josephine Bakhtita. Setelah misa usai, umat diajak untuk menonton film “Minah Tetap Dipancung” sebagai bahan refleksi. Hadir juga Bpk. Wahyu Susilo, ketua Migrant Care. Acara kali ini dinilai berjalan cukup lancar, karena banyak umat yang datang dan ingin menonton film yang disajikan.


·       Kedatangan Bpk. Robert dari KPAI
Pada pertemuan kali, spesialnya, dihadiri juga oleh Bpk. Robert dari KPAI. Selain itu, Bpk. Robert juga menjadi pengurus Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Anak dan Perempuan (PUSPA DKI). Pada kesempatan kali ini, Bpk. Robert berbagi cerita mengenai kisah-kisah perdagangan manusia yang pernah ditanganinya, dan juga menerima masukan dari anggota JPM untuk anggota DPR dan pemerintah.


·       Pergantian bendahara
Pertemuan kali ini ditutup dengan makan siang bersama. Sebelum anggota memulangkan diri, ada pergantian bendahara JPM dari Sr. Agatha, RGS ke Sr. Sari, PK. Serah terima ini disaksikan juga oleh Sr. Irena, OSU dan para anggota rapat.





Monday, March 9, 2020

Kumpulan Berita Hukuman Mati

Sepanjang tahun 2019, Sahabat Insan mengumpulkan berita-berita tentang pekerja migran yang dijatuhi hukuman mati. Berita-berita ini dibagi dalam 4 kelompok: yang sudah dieksekusi mati, menunggu eksekusi, yang bebas dari eksekusi, dan penggantian hukuman mati dengan denda dan kurungan. Berikut link untuk membuka data tersebut:


Data ini dikumpulkan sampai tanggal 18 Februari 2020.

cuplikan kumpulan berita tentang hukuman mati

Ajakan Paus Untuk Berdoa Bagi Migran dan Pengungsi




"So many men, women, and children chased away because of the war, so many #migrants that ask for refuge in the world, and help. In these days, it has become very strong. Let us pray for them." Pope Francis.

"Begitu banyak pria, wanita, dan anak-anak yang yang melarikan diri karena perang, begitu banyak #migran yang meminta perlindungan di dunia, dan pertolongan. Di hari-hari ini, fenomena tersebut terasa semakin kuat. Mari kita berdoa untuk mereka." Paus Fransiskus


Friday, March 6, 2020

Pertemuan Dengan Tim e-probono.org

Pada hari Kamis, 4 Maret 2020, Sahabat Insan kedatangan tamu Sdr. Rizaldi dan Sdri. Meyriza Violyta dari MAPPI (Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia) FH-UI. MaPPI FHUI merupakan lembaga kajian dan penelitian di bawah Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan bergerak dalam bidang Penelitian dan Advokasi Peradilan. Lembaga ini bersifat independen dan profesional. Saat ini, salah satu proyek yang mereka kerjakan adalah pembuatan website e-probono.org, sebuah website yang menyediakan bantuan hukum cuma-cuma bagi rakyat miskin, buta hukum, dan korban pelanggaran HAM. Website ini dibuat berdasarkan keprihatinan bahwa banyak rakyat kecil yang memiliki permasalahan hukum, namun tidak memiliki akses kepada para ahli hukum. Sebaliknya, menurut data yang ada di web mereka, sebesar 71,4% advokat terkendala untuk melakukan pro bono setiap tahunnya, karena tidak adanya masyarakat yang meminta, tidak memiliki kesempatan pro bono, dan tidak menemukan kasus yang sesuai dengan keadilan. Sehingga dengan adanya web ini, diharapkan kedua belah pihak dapat dipertemukan.

Salah satu langkah yang mereka lakukan dalam pengembangan web ini adalah menggali masukan dari komunitas-komunitas yang sering berhubungan dengan rakyat kecil atau korban yang memiliki masalah hukum. Mereka sendiri mengetahui Sahabat Insan atas rekomendasi dari LBH. Dalam pertemuan ini, ada dua agenda yang akan dilakukan. Agenda pertama adalah mengenal lebih dalam pelayanan yang dilakukan oleh Sahabat Insan, dengan tujuan agar bisa mendapatkan masukan dan menginvetarisir apa saja bantuan hukum yang dibutuhkan oleh korban-korban yang selama ini dilayani oleh Sahabat Insan, dalam hal ini korban bencana dan korban perdagangan manusia. Ibu Astuti dan Ibu Rini sebagai pengurus Sahabat Insan, menceritakan kisah Sahabat Insan dari awal sampai sekarang. Saat baru memulai pelayanannya di tahun 2005, Sahabat Insan terjun langsung melayani akar rumput membantu korban tsunami Aceh dengan mengirimkan bantuan materiil, membangun rumah, memberikan beasiswa serta melakukan pendampingan bagi lembaga-lembaga lokal. Kegiatan serupa juga dilakukan saat terjadi bencana gempa Jogja dan banjir Jakarta. Seiring berjalannya waktu, Sahabat Insan melihat kebutuhan yang lebih luas dan tidak mungkin mengatasi masalah tersebut sendirian sehingga mulai berjejaring dengan komunitas-komunitas lain yang langsung melayani akar rumput. Dengan kata lain, saat ini pelayanan yang dilakukan oleh Sahabat Insan adalah memberikan saran, konsultasi kepada relasi-relasi yang membutuhkan, atau mempertemukan pihak-pihak yang bisa memberikan solusi atas suatu masalah. Dari para mitra itulah kemudian muncul kisah-kisah korban perdagangan manusia yang pernah terjadi dan masalah-masalah hukum yang sering menimpa mereka. 


Agenda kedua adalah mengumpulkan masukan dan melakukan uji coba website yang sedang mereka buat. Untuk itu Sebastian, salah satu relawan Sahabat Insan, diminta untuk mempraktekkan tiap tahap yang perlu dilakukan seseorang saat akan melaporkan masalahnya lewat web ini, mulai dari login, memasukkan identitas diri, menjabarkan masalah, menuliskan harapan, memilih pengacara, dan menentukan agenda. Dari langkah-langkah ini, Ibu Astuti yang berprofesi sebagai advokat memberikan banyak masukan berharga terkait dengan perlindungan korban seperti kerahasiaan kasus, identitas pelapor, serta aturan-aturan hukum yang berlaku berdasarkan kode etik advokat. Masukan juga diberikan berkaitan dengan penampilan visual, kejelasan informasi, kemudahan mengakses, kemudahan komunikasi antara kedua belah pihak, serta cara melakukan evaluasi bagi kasus yang telah tertangani. 

Setelah penjelasan yang diberikan dirasa cukup, tim e-probono.org kemudian meminta untuk memberikan review untuk setiap aspek, dengan rentang angka 1=sangat buruk sampai angka 6=sangat baik. Menutup pertemuan ini, tim MAPPI FH-UI menanyakan kemungkinan untuk memasang link web Sahabat Insan di situs mereka. Sahabat Insan menyambut dengan baik, dan juga berharap bahwa web ini akan dapat dipasang di situs Sahabat Insan sendiri untuk dapat mempermudah korban untuk mendapatkan bantuan hukum, asal seluruh proses yang ada di situs sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku bagi kedua belah pihak. Pertemuan ini diakhiri dengan foto bersama. Harapan kami semua yang hadir, melalui web ini, dapat meningkatkan pelayanan kepada orang-orang terbuang, terutama para buruh migran ilegal yang seringkali haknya dirampas oleh mereka yang tidak bertanggung jawab, dengan mendapatkan akses yang mudah untuk memperoleh bantuan hukum.