Friday, December 11, 2009

Pastor Jhon Jonga menerima Yap Thiam Hien Award 2009

Pastor Jhon Jonga menerima Yap Thiam Hien Award 2009



Penerima Yap Thiam Hien Award 2009 itu adalah Pastor Johanes Jonga yang biasa disapa Pastor Jhon. Dia adalah rohaniwan Gereja Katolik yang saat ini bertugas di Kabupaten Keerom, Papua. Dewan juri memilihnya karena komitmen dan rekam jejak yang panjang dalam perjuangan hak-hak sipil, ekonomi, sosial dan budaya di Papua. Bukan sekadar penghargaan, baginya ini adalah peringatan bahwa pelanggaran hak azazi manusia masih terjadi di bumi cendrawasih sampai sekarang.

Saat menerima penghargaan, Kamis (10/12) malam, Pastor Jhon banyak berbicara tentang persoalan HAM yang belum selesai di tanah Papua. Akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan masih sangat sulit. Hak-hak kelompok perempuan dan anak diabaikan. “Pembangunan fasilitas sarana publik seperti jalan, ruang sekolah, sarana kesehatan, pasar rakyat, jembatan tidak terselenggara sesuai kebutuhan” kata pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur ini.
Pastor Jhon Jonga juga mengkritik pelaksanaan kebijakan otonomi khusus. Alih-alih dilaksanakan dengan kesunguhan, menurutnya, otsus hanya jadi ajang bagi-bagi kekuasaan politik elit lokal. Distribusi kewenangan dan pertanggungjawaban keuangan yang tidak jelas, melahirkan meluasnya praktek korupsi. Semangat pemekaran pun terus berjalan, tetapi lebih pada kepentingan pembagian kekuasaan.

Represif Aparat

Dalam kata sambutannya dia juga menyoroti praktek kekerasan demi kekerasan aparat terhadap warga asli Papua. Sampai saat ini masih terjadi dan belum diselesaikan. Seringkali kekerasan dilakukan dengan mengatasnamakan pemberantasan separatisme. Masyarakat ketakutan, karena siapa saja bisa ditangkap digeledah atau fotonya dipasang di ruang intelejen sebagai target operasi. Perlakuan serupa itu, diakui Pastor Jhon, pernah dialaminya. Teror aparat terhadap warga asli papua mengatasnamakan penjagaan terhadap NKRI. “Apakah hal tersebut, bukan menjadi selubung untuk menutupi praktek-praktek bisnis ilegal di tanah papua yang kaya raya?”
Bagi Pastor John, perespektif pendekatan pusat terhadap Papua harus diubah. Sudah cukup, warga papua dianggap musuh. Jangan lagi setiap orang dicurigai sebagai separatis. Langkah awal penyelesaian konflik di tanah papua adalah dengan menghargai eksistensi orang asil Papua sama sederajat dan bermartabat dengan rakyat Indonesia lain. “Praktek-praktek penyiksaan dan diskriminasi harus dihentikan dan segera membuka dialog,” tuturnya.


Melampaui Tugas Pastoral


Pastor Jhon Jonga saat ini sebagai seorang Katekese Kabupaten Keerom, Merauke, suatu wilayah yang merupakan perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Dia datang ke Papua pada 1986 dan ditugaskan di paroki St Stefanus, Lembah Baliem, Wamena. di Papua. Setelah itu dia melanjutkan pelayanannya, di Kokonao, Kabupaten Mimika, Timika (1994-1999), kemudian pindah ke distrik Waris, Keerom (2001-2007) dan akhirnya saat ini di distrik Arso, Keerom sejak Januari 2008.
Dalam sambutan Pidato ketua dewan Juri Yap Thiam Hien Award melukiskan sebagai Pastor yang bekerja melampaui tugas-tugas pastoralnya. Sangat aktif dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat. Hampir semua persolan yang dihadapi masyarakat dibelanya. “Ada sedikit pun perlakuan tidak adil, atau tindak kekerasan, dia pasti memprotes,”. Sampai-sampai di disebut sebagai pastor OPM, pihak gereja pun terkesima keaktifan Pastor Jhon. Kaum perempuan dan anak-anak banyak dibela dan diperhatikannya. Bahkan, Pastor Jhon menghafal nama anak-anak kecil di lingkungan pelayanannya, permasalahan, potensi dan bakat mereka. Tidak heran, karena perhatiannya tersebut, Pastor Jhon dicintai umatnya yang merupakan masyarakat Papua.
Pernah suatu saat pada 1999, Pastor Jonga ditahan dan diinterogerasi di Kantor Polisi Mimika. “Karena mendengar itu, ibu-ibu suku Amungme dan Komoru turun ke jalan dan mengepung kantor polisi. Penghargaan Yap Thiam Hien Award, tidak hanya sebuah puja-puji bagi Pastor Jhon, tetapi lebih dari itu harus menjadi peringatan tentang Papua. Masih banyak pekerjaan rumah soal HAM yang belum dikerjakan.
Selain itu diberikan penghargaan yang sama kepada Almahrum Fauzi Abdullah yang merupakan pejuang bersahaja. Beliau adalah seorang yang membela hak-hak kaum buruh.



Penghargaan Lifetime Achievement Yap Thiam Hien Award 2009 yang pertama kali diberikan kepada Fauzi Abdullah, aktivis yang konsisten dalam pendampingan gerakan penyadaran hak-hak buruh, yang baru meninggal dunia di Bogor, Sabtu (28/11). Ozi, demikian rekan-rekannya memanggil.
Ozi lahir di Bogor, 15 November 1949. Ia menikah dengan Dwi Purwanti tahun 2000 dan menghasilkan satu orang anak yang baru sekolah kelas tiga SD dari pernikahannya. Hingga meninggal, lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia itu masih bergiat di Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) sebagai Ketua Dewan Federasi. Ozi yang selalu tampil bersahaja juga kerap mendiskusikan sajak-sajak dan buku sastra bersama rekan-rekannya.
Koordinator Kontras Usman Hamid mengungkapkan rasa kehilangannya. Menurut dia, Ozi berperan besar dalam membangun sistem organisasi yang lebih demokratis di Kontras. ”Bang Ozi yang pernah memfasilitasi perubahan Kontras dari yayasan menjadi federasi, sekitar tahun 2002 hingga 2004. Termasuk berperan besar dalam pembenahan internal dan eksternal Kontras,” kata Usman.
Meski perannya sedemikian besar, dia lebih banyak di balik layar. Bagi Usman, almarhum setia dengan hal-hal yang dilakukan, di antaranya mendorong transformasi sosial. ”Juga mendampingi kaum buruh di masa Orde Baru,” tutur Usman.
Dalam sebuah rekaman acara penyerahan penghargaan bagi Fauzi Abdullah Todung Mulya Lubis selaku ketua Dewan Juri Penghargaan Yap Thiam Hien menuturkan “Fauzi Abdullah adalah bukan orang yang terkenal dan sering muncul di media masa dan banyak orang yang tidak mengenalnya, tetapi kegigihannya dan konsisten membela hak-hak sipil kaum buruh membuat dewan juri mengambil keputusan bahwa Fauzi Abdullah pantas menerima penghargaan ini”.

Penyadaran masyarakat

Nursyahbani Katjasungkana mengenang mulai bekerja sama dengan Ozi tahun 1980, saat pertama kalinya masuk LBH. Ketika itu, Ozi yang sudah lebih dulu di LBH memegang bagian nonlitigasi. ”Fauzi Abdullah adalah guru bagi saya dalam mengenalkan pentingnya peningkatan kesadaran hukum masyarakat,” kata Nursyahbani.
Ozi, kata Nursyahbani, bukan hanya sebagai pemikir dan perumus yang membicarakan konsep bantuan hukum dan penyadaran masyarakat, namun juga mampu mengimplementasikannya. ”Saya beruntung memperoleh banyak hal dari dia. Konsep bantuan hukum itu saya terapkan di LBH-APIK,” ujar Nursyahbani, yang kini menjadi Dewan Pembina Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH-APIK).
Penghargaan diberikan langsung oleh Ketua Dewan juri Bapak Todung Mulya Lubis dan didampingi Bapak Ifdhal Kasim Ketua Komisioner Komnas HAM, serta diterima oleh pihak keluarga Istri Almahrum Fauzi Abdullah Dwi Purwanti beserta putra tunggalnya. 
Untuk memenuhi undangan penghargaan ini ke KWI, dua perwakilan PKR-KWI Billy Joseph Bibianus dan Corry Korita Neryceka hadir dalam malam penganugerahan Yap Thiam Hien 2009 yang dilangsungkan di Hotel Borobudur Jakarta. (Billy PKR-KWI).

Thursday, October 29, 2009

Pertemuan Dengan Kelompok Mahasiswa











Hasil Beasiswa Sahabat Insan

Program pendidikan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah juga telah dirasakan oleh anak-anak di Aceh. Anak- anak yang bersekolah di sekolah negeri tidak perlu lagi membayar uang sekolah tiap bulannya. Dengan adanya kenyataaan ini, mengapa Sahabat Insan tetap memberikan beasiswa kepada anak-anak Aceh yang tidak perlu lagi membayar uang sekolah? Membayar uang sekolah adalah salah satu bagian kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang masing harus ditanggung orang tua berkaitan dengan pendidikan juga masih banyak. Kebutuhan itu antara lain baju seragam, sepatu, tas, alat-alat tulis dan sarana transportasi. Dana beasiswa yang selama ini dikirim oleh Sahabat Insan telah digunakan untuk membeli peralatan sekolah dan bahkan ada yang menabung untuk membeli sepeda sebagai sarana transportasi ke sekolah.









Friday, October 23, 2009

Pengantar Beasiswa Keupula 2

Pada tanggal 14 Oktober 2009, PKR KWI mengadakan pertemuan dengan mahasiswa yang melanjutkan penerimaan beasiswa. Pertemuan diadakan di ruang sidang pascasarjana IAIN Ar-Raniry Darusallam, Banda Aceh.








Wednesday, October 21, 2009

Kampus Mahasiswa

Pada kunjungan ke Aceh bulan Agustus lalu, tim beasiswa mengajak Suryani, staff beasiswa Aceh, untuk mengunjungi kampus tempat mahasiswa menuntut ilmu. Ada 5 kampus yang kami kunjungi, dimana sebagian besar mahasiswa kuliah disana, yaitu Universitas Syiah Kuala, IAIN Ar-Raniry, Universitas Muhammadyah, Universitas Serambi Mekkah, serta Universitas Abul Yatama.








Persiapan Acara Temu Muka serta Proses Pengambilan Gambar

Pada tanggal 3 - 12 Agustus 2009, tim beasiswa mengunjungi Banda Aceh. Salah satu tujuan kunjungan tersebut adalah membuat CD tentang beasiswa SEFA. Oleh sebab itu, selama 10 hari, dilakukan proses pengambilan gambar dan wawancara terhadap beberapa mahasiswa penerima beasiswa.








Temu Muka Mahasiswa Dengan Donatur

Pada tanggal 6 Agustus 2009, diadakan temu muka antara penerima beasiswa dengan donatur. Dalam acara tersebut, dilaksanakan pula penyerahan beasiswa dua bulan terakhir kepada mahasiswa. Selain itu, juga diadakan diskusi untuk membahas kemungkinan untuk memperpanjang beasiswa ini sampai semua mahasiswa menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sarjana.








Tuesday, October 6, 2009

PERJALANAN PULANG NY. AAN KE CIAMIS













PERJALANAN PULANG NY. AAN KE CIAMIS

Ny Aan adalah salah satu orang terbuang yang mengalami lumpuh setelah bekerja dua tahun delapan bulan di Serawak sebagai pembantu rumah tangga.  Ny. Aan adalah seorang ibu yang berusia 56 tahun dengan 6 orang anak yang sudah dewasa dan sudah menikah. Keinginan untuk menabung demi hari tua, itulah yang mendorong Ny. Aan pergi ke Malaysia.  Ny. Aan berangkat ke Malaysia bersama seorang tetangga yang sudah bekerja disana. Di Malaysia Ny. Aan mendapat majikan yang baik. Menurut keketerangan Ny. Aan setiap bulan majikannya tidak pernah memberi uang gaji kepadanya. Gajinya  selalu diberikan langsung ke Agency yang membawa Ny. Aan ke Malaysia untuk dikirimkan pada keluarganya yang berada di kampung.

Ny Aan mengalami kebinggungan ketika merasa sakit demam dan tiba-tiba kedua kakinya membesar serta  tidak dapat berjalan. Ny. Aan ingin berobat ke rumah sakit tapi  majikannya hanya memberikan obat dari toko. Karena dirasa penyakit Ny. Aan tidak kunjung membaik maka majikannya mengantarkan Ny. Aan yang dalam kondisi sakit ke perbatasan Malaysia tepatnya di Entikong. Ny Aan diminta pulang sendiri, sesampai di Etikong Ny. Aan minta tolong pada warga sekitar untuk memapahnya kedalam Bus. Malang baginya karena semua dokumen serta harta bendanya diambil orang yang menolongnya di Entikong. Oleh aparat setempat Ny. Aan diantarkan ke Dinas Sosial Propinsi Kalimantan Barat, disini Ny. Aan  menginap selama 7 hari sambil memulihkan kesehatannya. Karena lama kondisinya tidak membaik maka dalam  keadaan yang masih tidak dapat berjalan Ny. Aan diantarkan ke Pelabuahan Pontianak dan selanjutnya diberangkatkan ke pelabuhan Tanjung Periuk dengan kapal Nusantara.

Hari Sabtu tanggal 19 September 2009 malam Ny. Aan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.  Ny Aan oleh kesehatan pelabuhan langsung dirujuk ke RSUD Koja Jakarta Utara.  Ny. Aan dirawat selama enam hari, dan karena kesehatannya sudah agak membaik oleh pihak RSUD Koja Ny. Aan diperbolehkan pulang. Berhubung tidak ada keluarga yang menemani maka PKR KWI bekerjasama dengan Peduli Buruh Migran mengusahakan kepulangannya ke kampung halaman.

Sabtu 26 September Ny. Aan diantar pulang oleh Peduli Buruh Migran sampai dirumahnya di Kampung Tonggoh, Kelurahan Sadananya,  Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis. Sesampai dirumah Ny. Aan disambut suami, anak-anak dan familinya dengan isak tanggis. Mereka terharu sekaligus bersyukur karena Ny. Aan kini sudah pulang dalam keadaan yang sehat dan selamat. Selama bekerja di Malaysia Ny. Aan tidak pernah memberi kabar kepada keluarganya dikampung. Dari anak-anaknya kami tahu bahwa selama Ny. Aan bekerja di Malaysia, gaji yang tiap bulan dititipkan ke Agency tidak pernah sampai kepada keluarganya di kampung.

 

 

Thursday, September 17, 2009

Kunjungan Perkumpulan Strada ke Keuskupan Bandung

Hari Rabu, 16 September 2009 pagi sekitar pukul 10.30 WIB Keuskupan Bandung mendapatkan kunjungan dari Perkumpulan Strada Jakarta. Rombongan diterima di Green House. Rombongan ini dipimpin oleh Bapak Saragih yang mewakili Rm. Markus Wanandi selaku pimpinan Perkumpulan Strada. Dalam rombongan ini terdapat pengurus perkumpulan, guru dan siswa-siswi yang mewakili 70-an sekolah yang berada di bawah naungan perkumpulan. Rombongan berjumlah 14 orang yang berasal dari Tangerang, Bekasi dan Jakarta Timur. Dibawah ini suasana pertemuan Caritas Bandung (Cariban) dengan kelompok Strada.









KEMURAHAN HATI STRADA MELUAP SAMPAI KE BANDUNG

Kecuali terdengar bahwa ada gempa, terdengar pula pertanyaan ke PKR KWI, bagaimana menyalurkan sumbangan, bahkan beberapa bertanya tentang nomer rekening keuskupan Bandung.

 

Seperti dulu ketika gempa menimpa DIY dan sekitarnya, keuskupan Agung Semarang juga membuka rekening untuk menampung kemurahan hati umat.

Demikian perkumpulan Strada juga mengirim dana itu melalui rekening bank dan datang sendiri ke Bandung membawa dokumen bantuan dan sumbangan tunai. Demikian kisahnya:

 

Hari Rabu, 16 September 2009 pagi  sekitar pukul 10.30 WIB Keuskupan Bandung mendapatkan kunjungan dari Perkumpulan Strada  Jakarta. Rombongan diterima di Green House. Rombongan ini dipimpin oleh Bapak Saragih yang mewakili Rm. Markus Wanandi selaku pimpinan Perkumpulan Strada. Dalam rombongan ini terdapat pengurus perkumpulan, guru dan siswa-siswi yang mewakili 70-an sekolah yang berada di bawah naungan perkumpulan. Rombongan berjumlah 14 orang yang berasal dari Tangerang, Bekasi dan Jakarta Timur.

 

Kedatangan mereka di sambut oleh perwakilan dari Keuskupan Bandung yaitu Rm. Darman, Rm. Anton, Salomo, Subay, Ubay, Alex dan Frater Darman yang secara khusus datang dari Garut. Pada awal acara, Bapak Saragih memberikan dokumen bantuan uang yang diberikan untuk penanggulangan bencana gempa bumi 2 September lalu yang menimpa sebagian wilayah Keuskupan Bandung.

 

Jumlah bantuan uang tersebut adalah Rp. 347.800.000. Bantuan uang ini sudah ditransfer ke rekening keuskupan pada hari sebelumnya dan sejumlah uang tambahan yang diberikan dalam amplop. Dokumen serta uang tersebut diserahkan oleh Bapak Saragih kepada Rm. Darman. Sejumlah uang tersebut adalah sebuah bentuk aksi kepedulian yang melibatkan 24.000 siswa Perkumpulan Strada.

 

Pada acara tersebut, tim Caritas Bandung (Cariban) yang menjadi animator dalam penanggulangan resiko bencana kali tidak sekedar menerima bantuan saja. Cariban memberi penjelasan mengenai berbagai perkembangan yang informasinya didapat oleh Paroki Tasimalaya, Garut, Santo Paulus Mohamad Toha dan Santo Martinus Margahayu dan hasil survey mandiri Cariban sendiri. Sesi ini sebenarnya bukan sekedar berbagi informasi mengenai situasi terkini belaka, akan tetapi lebih pada semacam penyadaran tentang konsep bencana dan penanganan resiko bencana.

 

Kedua isu tersebut diperkuat juga dengan penayangan sebuah film boneka berdurasi pendek tentang langkah-langkah mengantisipasi ketika terjadi bencana. Film ini digandakan dan diberikan kepada perkumpulan dengan harapan dapat dijadikan sebagai salah satu muatan dalam sistem belajar mengajar di sekolah-sekolah.

 

Kehadiran perkumpulan ini adalah berkat bagi Keuskupan Bandung karena kejadian bencana tersebut meyakinkan bahwa Keuskupan Bandung tidak berjalan sendirian. Namun hal ini juga menandakan bahwa tanggung jawab kita bersama untuk menggunakan bantuan-bantuan tersebut sangat dituntut.  Kami yakin bahwa semangat bela rasa mereka adalah semangat kita juga.

Sumber: dari email Salomo Marbun yang dikirim ke PKR KWI

Friday, September 4, 2009

Bantuan perawatan untuk Bayi Viona

Pada bulan Juli 2009, PKR KWI memberikan bantuan biaya kelahiran serta pengobatan dan rawat inap bagi seorang bayi bernama Viona Kasih Terucy.
Viona lahir pada tanggal 22 Juli 2009 pukul 14.45 WIB di Rumah Bersalin Melania, Matraman Jakarta Pusat. Ia lahir dengan bobot 3.3 kg dan panjang 48 cm. Ia merupakan anak dari seorang pekerja asal Kupang, NTT bernama Jamirah. Sebelumnya, Jamirah bekerja di Malaysia selama 2 tahun. Namun, pada suatu hari ia tertangkap oleh Polisi Malaysia dan dimasukkan ke penjara wanita. Setelah enam bulan dalam penjara, Jamirah dideportasi ke Indonesia dalam keadaan hamil 8 bulan. Keberadaan ayah sang janin tidak diketahuinya karena mereka telah terpisah semenjak Jamilah masuk penjara.
Proses kelahiran Viona yang didampingi oleh Suster Gembala Baik Jatinegara  berjalan dengan lancar. Dalam proses ini, Suster Rina, RGS mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI. Setelah mempelajari pengajuan tersebut, PKR KWI membantu biaya kelahiran bayi Viona sebesar Rp. 1.800.000.
Namun, karena bayi tersebut memiliki masalah dengan saluran pembuangannya, maka Suster Magalena, FMM dari yayasan Sekar Asih membawanya ke Balkemas di Roxy. Dokter yang ada disana menyarankan untuk memeriksakan Viona ke RS Carolus. Viona dilayani di UGD dan dokter jaga menyarankan untuk rawat inap. Akhirnya Bayi Viona dirawat di ruang Goretty, dan perkembangan kesehatannya masih menunggu informasi dari dokter yang merawatnya. Untuk biaya perawatan ini, Suster Magdalena dari Yayasan Sekar Asih mengajukan permohonan bantuan kepada PKR KWI, dan PKR KWI membantu sebesar sekitar Rp. 1.500.000.

Pendampingan Salim pulang ke Malingping Banten.

Pada bulan September, PKR KWI memberikan bantuan untuk pemulangan Salim, yang bekerja di negeri tetangga dan mengalami patah kaki. Bantuan yang diberikan adalah biaya sewa kendaraan beserta akomodasi sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah).
Setelah beberapa hari ditampung di shelter Peduli Buruh Migran (PBM), pada hari Selasa, 1 September 2009 Salim diantar pulang ke kampung halamannya di Malingping, Serang, Banten. Rombongan berangkat dari shelter pada pukul 21.00 WIB. Perjalanan ditentukan malam hari, agar tidak terjebak macet di jalan. Perjalanan ke Malingping ditempuh selama 7 jam.
Sesampai ditempat tujuan, Salim tidak dapat diantar sampai ke rumah karena:
1. Kondisi jalan yang tidak dpat dilalui kendaraan roda 4
2. Jarak dari tempat istirahat menuju rumah Salim memakan waktu 1 jam dengan ojek.
3. Jalanan bebatu dan banyak tanjakan.
Akhirnya, Salim dijemput oleh salah satu keluarganya dan untuk sementara beristirahat di rumah salah satu saudaranya. PBM sendiri kembali ke Jakarta pada pukul 04.00 WIB dan sampai pada pukul 10.00 WIB.









Thursday, August 27, 2009

Salim mengalami patah kaki


Karena tidak ada lapangan pekerjaan di kampungnya, Desa Cihujan Kecamatan Malingping Banten Jawa Barat, Salim berangkat ke Malaysia untuk mencari nafkah.  Dengan membayar Rp 900 ribu ke tekong, ia dapat melintas ke Malaysia.  Salim bekerja di Malaysia selama 6 bulan di perkebunan karet.  Selama itu ia terpaksa bekerja sembunyi-sembunyi dan tidur di dalam hutan (dengan membuat gubuk) karena surat kerja yang dijanjikan oleh tekong Malaysia tidak kunjung dibuatkan.  Kemudian suatu hari dia mengalami kecelakaan, tertabrak mobil di jalan raya dan ia ditinggalkan begitu saa tanpa ada yang memberikan pertolongan, beruntung ada teman kerjanya melihat dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Sri Pantai ohor Baru. Salim dirawat selama 10 hari lalu dipindahkan ke Rumah Sakit Meresing.  Malang menimpanya majikan tempat ia bekerja tidak mau membiayai pengobatan selama dirawat, bahkan memanggil Polisi untuk menangkapnya, dalam kondisi kaki masih bengkak dan tidak dapat beralan Salim dibawa ke Balai Polisi di Johor  ditahan selama 2 minggu, setelah itu ia dipindahkan ke kamp Pekan Nanas selama 1 Minggu baru kemudian dibawa ke Pasir Gudang dan dibawa ke Tanjung Pinang setelah itu baru dibawa ke Tanjung Priok.




Keinginan Salim mencari nafkah untuk menperbaiki ekonomi keluarga kandas sudah. Kini derita yang harus ditanggung Salim karena salah satu kakinya yang  patah.
Karena tidak dapat berjalan, maka ia minta bantuan kepada Peduli Buruh Migran untuk dapat singgah sementara waktu sambil memohon bantuan pengobatan bagi kakinya tersebut. Sekarang Salim sedang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Carolus Jakarta.

Wednesday, August 26, 2009

Pemulangan Rusmayani ke Lombok Timur

Melalui Peduli Buruh Migran dan diteguhkan oleh surat keterangan dari Satuan Tugas Pemulangan Pekerja Migran bermasalah dan keluarganya, Rusmayani (31 tahun) mengajukan permohonan kepada PKR KWI supaya bisa pulang ke kampung halamannya di Nusa Tenggara Barat. Rusmayani adalah orang terbuang dari Malaysia yang menderita patah tulang ekor dan tidak bisa berjalan . Rusmayani sempat dirawat di RS Koja selama tiga minggu.
Rabu tanggal 5 Agustus 2009, atas biaya dari PKR KWI Raymond Kusnadi dari Peduli Buruh Migran mengantar pulang Rusmayani sampai ke rumahnya di desa Tanjung Teros Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.









Tuesday, August 25, 2009

PELATIHAN PENDIDIKAN DAMAI

Simpang Ulim adalah sebuah kota kecamatan di kabupaten Aceh Timur. Enam jam perjalanan jauhnya bila ditempuh  dengan bus dari kota Banda Aceh. Bila kita menyebut Simpang Ulim, orang Aceh akan langsung mengenal sungai (Krueng dalam bahasa Aceh) Arakundo dan jembatan yang terbentang panjang diatasnya. Mereka pasti juga akan mengingat masa lalu yang kelam dari sungai Arakundo ini.  Orang Aceh sendiri akan membelalakkan mata terkejut bila kami mengatakan akan pergi ke Simpang Ulim daerah sekitar sungai Arakundo. Masa lalu Simpang Ulim adalah gelap karena konflik yang pernah terjadi disana. Konflik yang meninggalkan luka dihati penduduknya.

Mengingat latar belakang Simpang Ulim yang demikianlah maka Sahabat Insan bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (LPMP) tergerak untuk menolong  dengan mengadakan pelatihan pendidikan damai untuk para guru SD/MIN. Gerakan ini diteguhkan pula oleh kerinduan para kepala sekolah dan guru-guru.

Kamis tanggal 30 Juli 2009 di salah satu ruang kelas SDN 1 Simpang Ulim diadakan pelatihan damai bagi 28 orang guru agama dan PPKN yang mengajar di 14 SD/MIN kecamatan Simpang Ulim. Pelatihan ini diadakan satu hari dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB. Acara ini terkesan sangat padat karena materi yang banyak hanya diberikan dalam satu hari saja. Walau demikian tidak mengurangi semangat dan antusiasme para peserta pelatihan. Materi yang diberikan terdiri dari 12 bagian yaitu: menerima diri, prasangka, sukuisme, perbedaan agama, perbedaan jenis kelamin, perbedaan jenis status ekonomi, perbedaaan kelompok atau geng, memahami keragaman, memahami konflik, menolak kekerasan, mengakui kesalahan dan memberi maaf. Bapak Soleh, salah satu kepala sekolah yang mendampingi proses ini mengatakan materi yang diberikan sangat bagus dan cocok dengan situasi kami. Setelah pelatihan ini, guru-guru akan menularkan ilmu yang sudah didapat kepada anak-anak di sekolah masing-masing. Maka untuk bulan ini telah disepakai sebagian dana beasiswa akan dibelikan buku pendidikan damai yang akan mendukung pembelajaran pendidikan damai kepada anak-anak. Kami berharap dengan pembelajaran ini anak-anak akan mampu memaafkan orang lain dan berdamai dengan siapapun. Yang memberi materi pendidikan damai ini adalah Bapak Firdaus D. Nyak Idin. Beliau adalah agen peace generation Banda Aceh dari trainer 3R SCREAM CC Muhamadiyah Aceh (Keterangan: 3R = Right Responsibility Representative, SCREAM = Support on Child-Rights through Education, Art and Media).

Thursday, August 20, 2009

Kunjungan ke Simpang Ulim

Di Simpang Ulim, Sahabat Insan melakukan kunjungan ke beberapa sekolah yang menerima beasiswa dari Sahabat Insan.









Bantuan komputer untuk CC Lhoknga

Pada bulan Maret 2009, PKR KWI memberikan bantuan seperangkat komputer kepada CC Lhoknga, untuk memperlancar administrasi. Berikut photo-photo yang diambil saat berkunjung kesana.









Wednesday, August 19, 2009

PELATIHAN PEMANTAPAN METODE PEMBELAJARAN

Hari Jumat tanggal 31 Juli 2009, Sr. Eugenia, Tanti dan Nino  perwakilan dari Sahabat Insan menghadiri acara pelatihan pemantapan metode pembelajaran untuk guru SD/MIN dalam wilayah UPT Dinas Pendidikan Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur. Pelatihan ini terselenggara berkat kerjasama antara Sahabat Insan, Lembaga Perberdayaan Masyarakat Pesisir (LPMP) dan para Kepala Sekolah di Kecamatan Simpang Ulim. Pelatihan ini dilaksanakan untuk mengobati kerinduan para guru yang ada di Simpang Ulim akan peningkatan sistim pembelajaran demi kemajuan mutu pendidikan disana. Pelatihan ini diadakan di Aula SDN 1 Simpang Ulim

Pelatihan diadakan dua gelombang. Gelombang pertama diadakan mulai hari Senin tanggal 27 Juli sampai dengan hari Rabu tanggal 29 Juli dengan peserta 26 guru. Gelombang kedua diadakan mulai hari Kamis tanggal 30 Juli sampai hari Sabtu tanggal 1 Agustus 2009 dengan peserta 28 guru. Pelatihan ini diikuti oleh 54 guru SD/MIN dari perwakilan 47 sekolah tingkat dasar di 3 kecamatan yaitu kecamatan Simpang Ulim sebagai tuan rumah, kecamatan Pante Bidari dan kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur. Pelatihan dilaksanakan setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Team pemateri terdiri dari Bapak Nyak Arif Fadhilasyah dan Bapak Mohammad Yamin Abdul yang adalah pelatih-pelatih dari 3R (Right, Responsibility, Representative) SCREAM (Support on Child-Rights through Education, Art and Media) CC Muhamadiyah Aceh. Tampak peserta sangat antusias mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan. Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk ceramah, diskusi kelompok, syaring dan permainan. Pada akhir acara kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan semua peserta dan trainer.

Pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti BRK













Mengantar bayi kembar pulang kampung

Pada bulan Juni, Epi Santi melalui Sr Rina RGS mengajukan permohonan untuk pulang ke kampung halamannya beserta kedua anaknya. Karena terlalu repot untuk membawa kedua bayi kembar sendirian, maka tim PKR KWI turut mendampingi Sr Rina untuk memulangkan mereka ke Medan.






Mengantar pulang Episanti dan bayi kembarnya.

Rabu, 29 Juli 2009 Sr. Eugenia, Tanti dan Nino dari PKR KWI bersama dengan Sr. Rina RGS dari Asrama Villa Shalom mengantar pulang Episanti (31 tahun) beserta bayi kembarnya; Denny dan Dessy ( 7 bulan) ke Jalan Belat No. 133 A Belawan Medan.

Melalui Asrama Villa Shalom Episanti mengajukan permohonan kepada PKR KWI supaya bisa pulang kembali ke kampung halaman. Setelah tujuh bulan mendapat pelatihan ketrampilan menjahit dan pendampingan khusus dari Sr. Rina RGS.  Episanti merasa sudah cukup menpunyai bekal untuk kehidupan dan karena ayahnya juga mulai sakit-sakitan maka ia memutuskan untuk pulang bersama bayi kembarnya.

Episanti adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara dari pasangan bapak Kasimen dan ibu Ngatiyem. Keluarganya berasal dari Jawa dan sudah lama menetap di Medan sebagai pendatang. Mereka tinggal di rumah yang kecil dan sangat sederhana terbuat dari papan dengan lantai dari semen. Rumah ini ditempati oleh ayah, ibu, satu abang, tiga orang adik dan dua anak kakak yang masih kecil juga anak pertama Episanti yang berumur 4 tahun. Dengan kedatangan Episanti dan bayi kembarnya berarti rumah ini akan bertambah pula penghuninya. Ayahnya dulu sebagai penarik becak tetapi sekarang sudah tidak mampu bekerja lagi karena sakit. Beliau menderita penyakit paru-paru. Ibunya sebagai buruh pencuci baju di rumah tetangga. Dari penghasilan sebagai buruh mencuci itulah keluarga ini hidup. Harapan kami, Episanti nantinya mampu membantu ekonomi keluarga.

Kehadiran kami disambut baik oleh keluarga. Sr. Rina RGS mewakili kami  yang menjadi juru bicara, menyerahkan Episanti, Denny dan Dessy  kepada ayah dan ibunya. Mereka sangat senang dan berterima kasih karena anak dan cucunya diantar pulang dengan selamat dan sehat.

Tanggal 31 Juli kami mendapat kabar dari Sr. Rina RGS, bahwa Bapak Kasimen, ayah Episanti dipanggil Tuhan. Setelah bertemu dengan anak dan cucunya, beliau “pergi”. Semoga arwahnya diterima disisi Tuhan.  Amin.

Bela Rasa Kita Ikut Pelatihan Departemen Sosial

Bela Rasa Kita (BRK) mengikuti program pemantapan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) angkatan lima pada tahun 2009 yang diadakan oleh Departemen Sosial. Kegiatan dilakukan selama tiga hari berlangsung sejak selasa (14/07) hingga kamis (16/07) bertempat di Buperta, Cibubur, Jakarta Timur.
Bela Rasa Kita (BRK) sebagai tim tanggap bencana mengirimkan tujuh anggotanya yang diharapkan melalui pelatihan ini dapat menambah kemampuan, pengalaman dan memperluas jaringan antar kelompok yang tergabung dalam pelatihan TAGANA kali ini.
Sebanyak 70 peserta mengikuti program pemantapan taruna siaga bencana, terdiri dari organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Bela Rasa Kita (BRK), dan Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ).
Melalui pelatihan ini fokus program yang dicanangkan Departemen Sosial RI dalam penanggulangan bencana untuk meningkatkan kapasitas kemampuan masyarakat agar lebih mampu dan lebih siaga dalam menghadapi bencana.
Pelatihan yang dilakukan selama tiga hari dua malam tersebut, peserta dibekali materi tentang kebijakan departemen sosial RI dalam penanggulangan bencana, terdiri dari  manajemen penanggulangan bencana, siklus penanggulangan bencana, Conceptual Skill, Managerial Skill, Technical Skill dan Social Skill TAGANA, serta simulasi penanggulangan bencana.
Anggota BRK yang dikirim mengikuti program pemantapan TAGANA, berusaha memberikan yang terbaik dalam pelatihan ini, meskipun mereka sudah mendapatkan mengenai pelatihan ini sebelumnya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Nino salah satu anggota BRK, mengatakan “Sebelumnya dalam BRK hampir semua materi yang diajarkan disini sudah didapatkan, namun tidak ada salahnya kita mengambil ilmu dan menjalin komunikasi untuk memperluas jaringan melalui pelatihan ini.”
Hari pertama pelatihan dibuka oleh Andi  Hanindito selaku direktur BSKBA Departemen Sosial RI, menyampaikan bahwa “setiap anggota TAGANA di harapkan mampu mengelola situasi dan kondisi lapangan yang terjadi di lapangan seandainya terjadi bencana.”
Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan, terlihat dari semangat keaktifan dan kekompakannya dalam setiap rangkaian acara. Menurut Endro salah satu peserta PMKAJ mengatakan. “ melalui pelatihan ini kita diperkenalkan cara mengatasi bencana yang terjadi di lapangan sehingga menambah pengetahuan tentang pertolongan pertama yang harus dilakukan.”
Melalui pelatihan ini kapasitas kemampuan masyarakat yang perlu ditingkatkan adalah kapasitas melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan akan gejala dan aktualisasi bencana.
Pelatihan dipusatkan pada hari kedua, pada pelatihan ini terdapat materi yang belum pernah BRK dapatkan yaitu mengelola dapur umum di lapangan dan cara menggunakan alat komunikasi. Anggota BRK sangat antusias mengikuti materi tersebut, karena belum pernah mereka dapatkan pada pelatihan selama ini.
Setelah istirahat pelatihan dilanjutkan dengan materi water rescue,vertical rescue, dan membangun tenda grup. Materi yang diajarkan kali ini, peserta diajarkan bagaimana cara menolong korban di air maupun di ketinggian. Dalam tahap ini Dwy mengutarakan “ water recue, vertical rescue, bangun tenda, sudah dapat di BRK kita refreshing kembali sambil memperoleh ilmu atau cara yang baru dalam menolong korban.”
Setelah semua materi diajarkan, melalui simulasi peserta dihadapkan pada situasi  bencana yang terjadi, kali ini peserta diuji kesigapan dalam menghadapi bencana dengan menolong korban dan membangun tenda.
Tidak hanya pelatihan di lapangan namun peserta juga dibekali dengan materi pelayanan psikososial pada penanggulangan bencana yang dibawakan oleh Dorang Luhpuri staf pengajar Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Melalui materi ini peserta diajarkan cara menangani korban yang shock akibat bencana yang dialaminya.
Staff ahli menteri sosial bidang integrasi sosial, Sahawiah Abdullah dalam materi mengenai nasionalisme, menyampaikan bahwa “TAGANA merupakan mitra TNI pada barisan depan menanggulangi bencana.”
Program pelatihan TAGANA kali ini berjalan dengan singkat, proses waktu selama tiga hari dua malam terkesan pendek, sehingga banyak materi yang berjalan tidak maksimal.
Menurut Charles, “Materinya tidak begitu banyak, lebih banyak pada pelatihan BRK dan waktunya terlalu mepet, jadi materi tidak maksimal sangat disayangkan.” Charles menambahkan “materi yang dikelas bagus karena belum pernah didapatkan mengenai psikologi masyarakat dan nasionalisme sebagai tambahan ilmu di BRK.”
<Thomas Aquinus Krisnaldi>

Monday, July 27, 2009

Pelatihan Yang Pernah Diikuti BRK


Para relawan ini berjumlah 18 orang mahasiswa dan sudah pernah mengikuti dua bentuk pelatihan. Berikut pelatihan yang pernah diikuti oleh BRK :

Pelatihan Pertama :


Sebagai langkah awal dari serangkaian kegiatan tersebut, telah dilaksanakan Pelatihan Dasar Penanganan Bencana, yang memperkenalkan konsep manajemen bencana dan pelatihan tim tanggap bencana kepada para mahasiswa.  Pelatihan Dasar Penanganan Bencana tersebut dilaksanakan di Wanawisata Mandalawangi Cibodas, pada hari Jumat – Minggu, tanggal 28 – 30 September 2007, dan dibimbing oleh tim pelatih dari Consina Outdoor Training (Disaster Management Training).  

Pelatihan yang berlangsung 3 hari 2 malam ini memadukan antara teknik dan praktek. Materi yang dipelajari meliputi praktek pendirian tenda darurat, pertolongan pertama pada korban, penyelamatan korban di tempat tinggi, penyelamatan korban di air, cara membaca alat-alat navigasi seperti kompas dan GPS, serta mempelajari beberapa pengetahuan tentang manajemen bencana, pengelolaan resiko (risk management), teknik survei kebutuhan korban, manajemen posko, dan pembentukan tim. Praktek dilapangan dilaksanakan pada pagi sampai siang hari, sedangkan pemberian materi dilaksanakan pada malam hari. Pada saat pelatihan, semua peserta dikondisikan seperti sedang berada pada lokasi bencana, sehingga semua aktivitas seperti makan, tidur, pemberian materi, pengarahan dan presentasi dilakukan di tenda-tenda yang telah mereka dirikan.

Pelatihan Kedua :

Sebagai kelanjutan dari pelatihan untuk tim Bela Rasa Kita ini, akan dilaksanakan pelatihan kedua yakni Pelatihan EFR (Emergency First Response). Pelatihan ini dimaksudkan agar anggota tim lebih mendalami dan menguasai teknik-teknik dasar dalam penyelamatan pertama seperti : scene assessment (melihat tempat kejadian dan kondisi korban), rescue breathing, Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR), penanganan pendarahan dan penanganan tersedak.

Selain pelatihan EFR, sebagai kelanjutannya, akan dilaksanakan pula Training For Trainers (TFT). Pelatihan ini sifatnya bersertifikasi internasional sehingga penting sebagai kredibilitas tim. Pelatihan ini dimaksudkan agar anggota tim dipersiapkan menjadi tim pelatih (trainers). Sehingga diharapkan setiap anggota tim siap untuk melakukan sebuah pelatihan.

Seiring dengan kebutuhan dan tantangan yang ada, kelompok relawan BRK ini memekarkan secara organisasi dengan rekrutmen mencari teman sehingga sekarang berjumlah 32 orang mahasiswa.

Pelatihan TAGANA Depsos

Pada tanggal 14-16 Juli 2009 beberapa perwakilan BRK ikut dalam pelatihan bersama yang disekenggarakan oleh TAGANA-DEPSOS (Taruna Siaga Bencana-Departemen Sosial) di Bumi Perkemahan Cibubur. Pelatihan bersama yang diikuti 70 peserta diikuti dari kelompok organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ).

Seluruh peserta mendapat meteri tentang Kebijakan Departemen Sosial RI dalam Penanggulangan Bencana, Manajemen Penanggulangan Bencana, Siklus Penanggulangan Bencana, Conceptual Skill, Managerial Skill, Technical Skill dan Social Skill TAGANA serta simulasi penanggulangan bencana. Setiap peserta sangat antusias mengikut kegiatan ini yang terlihat dari semangat keaktifan dan kekompakannya dalam setiap rangkaian kegiatan. Pelatihan ini juga dimaksudkan untuk perluasan jaringan yang dilakukan oleh BRK serta penambahan Kapasistas personal yang dimiliki oleh anggota BRK dalam nantinya menghadapi bencana atau turun ke lapangan.

TIM RELAWAN BELA RASA KITA (BRK) PKR-KWI

Indonesia merupakan sebuah negeri yang rawan bencana. Bencana itu berwujud bencana alam maupun bencana buatan manusia atau gabungan dari keduanya. Bencana alam seperti gempa dan tsunami merupakan bencana yang terjadi semata-mata karena tingkah laku alam yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengontrolnya. Untuk bencana seperti itu, manusia hanya dapat menyiapkan diri atau berusaha sedapat mungkin mengurangi korban yang ditimbulkannya, hal itu dilakukan misalnya dalam kegiatan yang disebut social rescue. Memang ada bencana alam yang terjadi karena kelalaian manusia dalam mengelola alam, misalnya tanah longsor yang diakibatkan oleh penggundulan hutan. Tetapi ada juga bencana yang terjadi semata-mata karena ulah manusia, seperti pertikaian antar golongan atau kelompok sebagai akibat penindasan dari pemegang kekuasaan.

 

Berdasarkan visi utamanya, PKR KWI adalah sebuah bagian dari Konferensi Waligereja Indonesia yang didirikan oleh para uskup pada tanggal 7 Januari, 1999 melalui Surat Keputusan No. 005/II/Pres.K/1999 untuk menanggapi krisis yang dialami oleh bangsa kita. Tujuan PKR-KWI adalah untuk menolong korban dan mereka yang selamat di dalam berbagai bencana dan kekerasan politik di Indonesia berdasarkan cinta kasih, kebenaran dan keadilan. Dalam menjalankan tugasnya, PKR-KWI senantiasa menjaga sifatnya yang independen, lintas agama, non-partisan, terbuka, konstitusional, cinta pada sesamanya secara utuh. Sebagai sebuah lembaga pelayanan kemanusiaan, PKR KWI tidak membedakan dalam menolong korban (tidak memandang suku, ras, agama dan golongan apapun), berpegang teguh pada prinsip-prinsip Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan. PKR KWI secara konsisten akan selalu terlibat aktif dalam mewujudnyatakan proses rekonsiliasi sejati dalam bangsa dan negara kita, sebagai bagian substansial dari agenda jangka panjang kemanusiaan kita: penghormatan hak-hak asasi manusia, demokrasi dan perdamaian di tanah air tercinta ini. Sebagai gerakan masyarakat sipil yang tengah melancarkan ikhtiar-ikhtiar penguatan perjuangan kemanusiaan dan hak-hak asasinya, PKR KWI senantiasa berusaha berpegang-teguh pada prinsip-prinsip self-help/self-advocacy, solidarity networking, otonomi, sustainability dan prinsip “gerakan aktif tanpa kekerasan” (active non-violence movement).

 

Fokus dalam proses penanganan bencana, PKR KWI sebagai crisis center selalu didukung oleh relawan-relawan yang senantiasa siap membantu untuk merencanakan dan melaksanakan program kerja PKR KWI tanpa mengenal lelah, waktu, dan tempat. Selama proses kerja sama dengan para relawan tersebut berjalan, suka dan duka selama hadir di tengah-tengah para korban dan keluarga korban telah mempersatukan dan mempererat persaudaraan sesama relawan. Dalam bekerjasama sebagai saudara ini kami saling belajar mengamati dengan cermat mana lessons learned yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki pelayanan. Lalu seiring berjalannya waktu dan kebutuhan PKR-KWI membentuk Tim Relawan yang bernama Bela rasa kita yang disingkat (BRK). BRK dibentuk dari sekelompok para mahasiswa yang memiliki interest dan keprihatinan yang sama terhadap bencana dan kepedulian sosial. Terhadap sesama mereka yang menjadi korban Beberapa para mahasiswa dan relawan ini memiliki pengalaman di daerah bencana seperti Tsunami Aceh 2005, Gempa Jogja 2006 dan Banjir Jakarta 2007.

 

Kegiatan-kegiatan BRK

 

Tentunya bencana tidak terjadi pada setiap hari, dan bukan keinginan kita untuk adanya bencana. Untuk mengisi kekosongan waktu, kelompok relawan ini tetap melakukan kegiatan rutin seperti pertemuan dan pelatihan pada setiap bulannya. Pertemuan untuk memperkuat interaksi diantara anggota dan pelatihan untuk terus mengingat ilmu pengetahuan plus keahlian yang pernah diikuti. Bila terjadi bencana alam dan kemungkinan besar kita bisa menjangkau, sangat dipastikan tim bencana ini ikut berpartisipasi. Secara tentatif BRK juga ikut berpartisipasi dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang ada, selain itu BRK juga ikut dalam beberapa acara yang merupakan undangan dari beberapa lembaga yang membahas tentang disaster respons. Berikut ini beberapa kegiatan yang pernah diikuti oleh BRK:

-          Banjir Jawa-Timur

-          Banjir Jakarta

-          Penggusuran Taman BMW di Sunter

-          Membantu kesehatan korban lapindo yang berada di Jakarta

-          Jebolnya Tanggul Situ Gintung 

-          Mengunjungi salah satu panti asuhan di Kawasan Pasar Minggu, dll

 

Harapannya semoga dengan hadirnya BRK sebagai tim relawan di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi arti bagi yang lain terutama bagi mereka yang menjadi korban baik bencana maupun masalah sosial.

Thursday, July 2, 2009

Hari Kamis tanggal 2 Juli 2009 telah dikirimkan beasiswa bulan April 2009. Mohon dicek di masing-masing rekening dan segera mengumpulkan laporan agar beasiswa bulan berikutnya bisa dikirim kembali. Terima kasih.

Universitas Abulyatama

Rating:
Category:Other
Universitas Abulyatama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
www. wikipedia.org

Universitas Abulyatama
Didirikan 1983
Jenis Perguruan Tinggi Swasta
Rektor Prof.H. Burhanudi Salim,.M.SC.,PH,D
Lokasi Aceh Besar, Nanggröe Aceh Darussalam

Universitas Abulyatama adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang terdapat di Aceh Besar, Indonesia,

Pada mulanya universitas ini berbentuk sekolah tinggi, yang dikelola dan didirikan oleh Yayasan Abulyatama Banda Aceh. Yayasan ini juga mengelola pondok pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, yang semuanya bernama Abulyatama.

Tenaga pengajar universitas ini berasal dari berbagai perguruan tinggi, antara lain sarjana dari UNPAD, ITB, UGM, UI, IKIP Jakarta, UPI, Unsyiah.

Misi utama pendiri Universitas ini ialah membantu anak yatim dan kaum duafa, sesuai dengan namanya, kata Arab Abulyatama berarti “bapak anak yatim”.




Bulan ini sebenarnya merupakan bulan terakhir pelaksanaan beasiswa. Untuk itu, bagi mahasiswa yang belum lulus, mohon menyerahkan form IPK dan status terakhir kepada Suryani di kantor SEFA. Terima kasih.

Wednesday, July 1, 2009

Universitas Syiah Kuala

Rating:
Category:Other
www.usk.ac.id
www.wikipedia.org

Berdasarkan data yang ada di wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Syiah_Kuala), Universitas Syiah Kuala, disingkat Unsyiah, adalah perguruan tinggi negeri di Banda Aceh, Indonesia, yang berdiri pada 2 Juni 1961. Rektor Unsyiah pada tahun 2007 adalah Prof. Darni M. Daud PhD. Universitas ini terletak di Banda Aceh, Tepatnya di Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam. Kampus Unsyiah berjarak 8 Km kearah timur Kota Banda Aceh, 22 Km dari Bandara Sultan Iskandarmuda, dan 32 Km dari Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya.

Sejarah Ringkas

Universitas Syiah Kuala, merupakan wujud dari keinginan rakyat Aceh untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri, sebagaimana yang pernah ada dan berkembang pada masa silam.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh telah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang terkenal. Para mahasiswa dan staf pengajar berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Kesultanan Turki, Iran, dan India. Syiah Kuala, yang namanya ditabalkan pada perguruan tinggi negeri di Serambi Mekkah ini, adalah seorang ulama Nusantara terkemuka yang bernama Tengku Abdur Rauf As Singkili di abad XVI, yang terkenal baik di bidang ilmu hukum maupun keagamaan.

Pada tahun 1957, awal Provinsi Aceh terbentuk, para pemimpin pemerintahan Aceh, antara lain oleh Gubernur Ali Hasjmy, Penguasa Perang Letnan Kolonel H. Syamaun Ghaharu dan Mayor T. Hamzah Bendahara serta didukung para penguasa, cendikiawan, ulama, dan para politisi lainnya telah sepakat untuk meletakkan dasar bagi pembangunan pendidikan daerah Aceh.

Tanggal 21 April 1958, Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh (YDKA) dibentuk dengan tujuan mengadakan pembangunan dalam bidang rohani dan jasmani guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. YDKA pada awalnya dipimpin oleh Bupati M. Husen, Kepala Pemerintahan Umum pada Kantor Gubernur pada waktu itu, yang kemudian dipimpin oleh Gubernur Ali Hasjmy. YDKA menyusun program antara lain: a. Mendirikan perkampungan pelajar/ mahasiswa di ibukota provinsi dan setiap kota kabupaten dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. b. Mengusahakan berdirinya satu Universitas untuk daerah Nanggroe Aceh Darussalam.

Selaras dengan ide tersebut, tanggal 29 Juni 1958, Penguasa Perang Daerah Istimewa Aceh membentuk KOMISI PERENCANA DAN PENCIPTA KOTA PELAJAR/MAHASISWA. Komisi yang dipandang sebagai saudara kandung YDKA ini mempunyai tugas sebagai komisi pencipta, badan pemikir, dan inspirasi bagi YDKA, sehingga komisi ini dipandang sebagai modal utama pembangunan perkampungan pelajar/mahasiswa.

Komisi pencipta diketuai oleh Gubernur Ali Hasjmy dan Letkol T. Hamzah sebagai wakil ketua. Hasil karyanya yang pertama adalah menciptakan nama DARUSSALAM untuk kota pelajar/mahasiswa, dan SYIAH KUALA untuk Universitas yang didirikan. Seterusnya berbagai usaha dilakukan oleh YDKA bersama Komisi Pencipta untuk mewujudkan pembangunan Darussalam dan Universitas Syiah Kuala.

Tekad pemerintah dan rakyat Aceh untuk membangun kembali dunia pendidikan Aceh, telah terpatri dengan kokoh didalam dada, sehingga setahun kemudian, pada tanggal 17 Agustus 1958 telah dilangsungkan upacara peletakan batu pertama kota pelajar/ mahasiswa (KOPELMA) Darussalam oleh Menteri Agama K.H. Mohd. Ilyas atas nama pemerintah pusat, seminggu kemudian diikuti dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung di Darussalam yang dilakukan oleh Menteri PDK Prof. Dr. Priyono.

Setahun kemudian keinginan dan cita-cita rakyat Aceh untuk memiliki sebuah perguruan tinggi telah menjadi kenyataan. Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam secara resmi dibuka Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1959, diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam dan peresmian pembukaan fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala, yaitu Fakultas Ekonomi. Tanggal 2 September ini selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, yang diperingati setiap tahun oleh rakyat Aceh, hari yang mengandung makna kebangkitan kembali pendidikan di daerah ini.

Pada pembukaan dan peresmian Kopelma Darussalam, Presiden Soekarno menyatakan bahwa Darussalam sebagai pusat pendidikan daerah Aceh adalah lambang iklim damai dan suasana persatuan, hasil kerjasama antara rakyat dan para pemimpin Aceh, serta sebagai modal pembangunan dan kemajuan daerah Aceh khususnya, dan Indonesia umumnya.

Sejarah telah membuktikan bahwa tekad bulat telah mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan, dan kenyataan ini telah diabadikan dalam guratan pada Tugu Darussalam melalui tulisan tangan seorang pemimpin negara.

Mulai saat itu, semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga berdirinya Universitas Syiah Kuala. Polisi, tentara, pegawai, anak sekolah, rakyat di sekitar perkampungan Darussalam, turut serta bergotong royong dengan penuh keikhlasan untuk mendirikan dan menyumbangkan tenaga bagi pembangunan Darussalam, yang dipandang sebagai “Jantung Hati Rakyat Aceh"?.

Cikal bakal Unsyiah yang dimulai dari Fakultas Ekonomi, dilanjutkan dengan pembentukan Fakultas Kedokteran Hewan dan Ilmu Peternakan pada tahun 1960. Unsyiah, sebagai sebuah universitas secara resmi baru dinyatakan pada tanggal 21 Juni 1961 melalui SK Menteri PTIP No. 11 Tahun 1961 dan pengesahaannya melalui Keputusan Presiden No. 161 tanggal 24 April tahun 1962. Bersamaan dengan SK pembukaan Unsyiah, maka dibuka pula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.

Pengembangan Unsyiah dilanjutkan dengan pendirian Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA, dan Fakultas FISIP. Disamping 9 buah Fakultas dengan jenjang Strata 1 tersebut, hingga saat ini Unsyiah telah memiliki program profesi untuk dokter dan dokter hewan, program diploma 3 (D-III) Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, program diploma 2 (D-II PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian, serta kelas paralel S1 FKIP.

Selain itu, Universitas Syiah Kuala juga telah membuka program Pasca Sarjana (PPs) Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Magister Manajemen (MM), Konservasi Sumber Daya Lahan (KSDL), Manajemen Pendidikan (MP), dan Magister Teknik (MT). Pada tahun ajaran 1998/1999, Universitas Syiah Kuala telah menerima mahasiswa baru untuk Program Doktor (S3) dalam bidang ilmu ekonomi.

Sejak didirikan, Unsyiah berturut-turut dipimpin oleh Kolonel M. Jasin dengan sebutan Pj. Presiden, Drs. Marsuki Nyak Man dengan sebutan ketua Presidium, Drs. A. Madjid Ibrahim sebagai Rektor, seterusnya Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA., Prof. Dr. Abdullah Ali, M.Sc., Dr. M. Ali Basyah Amin, MA., Prof. Dr. Dayan Dawood, MA., Prof. Dr. Abdi A. Wahab, M.Sc., dan kini Unsyiah berada dibawah pimpinan Rektor Darni M. Daud PhD.


Profil IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Rating:
Category:Other
Sumber : www.ar-raniry.ac.id

Sejarah Singkat IAIN Ar-Raniry

Lahirnya IAIN Ar-Raniry didahului dengan berdirinya Fakultas Syari'ah pada tahun 1960 dan Fakultas Tarbiyah tahun 1962 sebagai cabang dari IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta. Di samping itu pada tahun yang sama (1962), didirikan pula Fakultas Ushuluddin sebagai Fakultas swasta di Banda Aceh. Setelah beberapa tahun menjadi cabang dari IAIN Yogyakarta, fakultas-fakultas tersebut berinduk ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama enam bulan sampai IAIN Ar-Raniry diresmikan. Pada saat diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1963, dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1963.

Sebagai IAIN ketiga di nusantara setelah IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Ar-Raniry terus maju dan berkembang. Hal ini terlihat, ketika IAIN Ar-Raniry diresmikan (5 Oktober 1963) baru memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin, namun baru berusia 5 tahun telas diresmikan pula Fakultas Dakwah (tahun 1968) sebagai fakultas dakwah pertama di lingkungan IAIN di Indonesia. Pada tahun 1968 ini pula, IAIN Ar-Raniry ditunjuk sebagai induk dari dua fakultas agama berstatus negeri di Medan (cikal bakal IAIN Sumatera Utara) yaitu Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah yang berlangsung selama 5 tahun.

Untuk menyamai dengan IAIN-IAIN lain, pada tahun 1983, Fakultas Adab resmi menjadi salah satu dari 5 fakultas di lingkungan IAIN Ar-Raniry.

IAIN adalah singkatan dari Institut Agama Islam Negeri dan kata Ar-Raniry yang dinisbahkan kepada IAIN Banda Aceh adalah nama seorang Ulama besar dan mufti yang sangat berpengaruh pada masa Sultan Iskandar Tsani ( memerintah tahun 1637-1641). Ulama besar tersebut nama lengkapnya Syeikh Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir (sekarang Rander) di Gujarat, India. Beliau telah memberikan konstribusi yang amat berharga dalam pengembangan pemikiran Islam di Asia Tenggara khususnya di Aceh.

Dalam historitasnya sejak berdiri, IAIN Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi, telah menunjukkan peran dan signifikansinya yang strategis bagi pembangunan dan perkembangan masyarakat. Alumninya yang sudah merata ditemukan pada hampir seluruh instansi pemerintah dan swasta (termasuk di luar Aceh), tidaklah berlebihan untuk disebutkan kalau lembaga ini telah berada dan menjadi "jantong hate masyarakat Aceh".

Sejak diresmikan pada tahun 1963, IAIN Ar-Raniry telah dipimpin oleh beberapa rektor, yaitu:

1. A. Hasjmy, alm. (1963-1965)
2. Drs. H. Ismuha, alm. (1965-1972)
3. Ahmad Daudy, MA (1972-1976) sekarang Prof. Dr. H. Ahmad Daudy, MA
4. Prof. A. Hasjmy, alm. (1976-1982).
5. Prof. H. Ibrahim Husein, MA (1982-1987 dan 1987-1990).
6. Drs. H. Abd. Fattah, alm. (1990-1995).
7. Prof. Dr. H. Safwan Idris, MA, alm(1995-2000).
8. Prof. Dr. H. Al Yasa Abubakar, MA (Plh) (2000-2001)
9. Prof. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad, SH (Mei 2001 s/d 2005)
10.Prof. Drs. H. Yusny Saby, MA., Ph. D (Juli 2005 sampai sekarang).

Perkembangan kepemimpinan fakultas-fakultas dalam lingkungan IAIN Ar-Raniry adalah sebagai berikut :

1. Fakultas Syari'ah
a. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, alm. (1960-1962)
b. Drs. H. Ismuha, alm. (1962-1971 dan 1971-1973).
c. Drs. Hasballah A. Latif, alm. (1973-1976 dan 1976-1977).
d. Drs. H. Ismuha, SH, alm. (1977-1980).
e. Drs. M. Ali Muhammad, alm. (1980-1982).
f. Drs. Hasballah A. Latif, alm. (1982-1985).
g. Prof. Dr. H. Ismuha,SH, alm. (1985-1988).
h. Drs. H. Abd. Fattah, alm. (1988-1991).
i. Drs. Muchtar Hasyim, alm. (1991-1993).
j. Drs. H. Muhammad Sulaiman (1994-2000).
k. Drs. H. A. Hamid Sarong, SH, MH (2000-2004 dan 2004-2008)
l. Drs. Nazaruddin A. Wahid, MA (Juni 2008 sampai sekarang)

2. Fakultas Tarbiyah
a. H. Ibrahim Husein, MA (1962-1963, 1963-1967, 1967-1970, 1970-1972 dan 1972-1973).
b. Drs. Ramly Maha (1973-1975 dan 1975-1977).
c. Drs. A.R. Ishaq, alm. (1977-1978,1978-1980 dan 1980-1982).
d. Drs. M. Saleh Husein, alm. (1982-1985 dan 1985-1988).
e. Drs. Ramly Maha (1988-1991).
f. Drs. M. Ali Wari (1991-1996)
g. Drs. Amir Daud (1996-2000).
h. Dr. Warul Walidin Ak, MA. (2000-2001).
i. Prof. Dr. H. M. Hasbi Amiruddin, MA (2001-2004)
j. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA (2004-2008)
k. Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA (Juni 2008 sampai sekarang).

3. Fakultas Ushuluddin
a. H. Usman Yahya Tiba, LT, alm. (1963-1966,1965-1968 dan 1968-1972).
b. Dr. M. Daud Remantan, alm. (1972, 1976, 1975-1977 dan 1977-1978).
c. H. Ahmad Daudy, MA (1978-1980).
d. Dr. M. Daud Remantan, alm. (1980 -1982).
e. Drs. Said Mahmud AR, alm. (1982-1985 dan 1985-1988).
f. Dr. M. Daud Remantan, alm. (1988-1989).
g. Drs. Tgk. H. Ismail Yacob (1989-1991 dan 1991-1994).
h. Drs. Hasbalah Ahmad, alm. (1994-1996).
i. Drs. Husainy Ismail (1996-2000).
j. Dr. Daniel Djuned, MA (2000-2004)
k. Prof. Dr. H. Daniel Djuned, MA (2004-2008)
l. Dr. H. Syamsul Rijal, M. Ag (Juni 2008 sampai sekarang)

4. Fakultas Dakwah
a. Ali Hasjmy, alm. (1968-1971,1971-1975 dan 1975-1977).
b. Drs. M. Thahir Harun, alm. (1977-1978, 1978-1980 dan 1980-1982).
c. Drs. Syahabuddin Mahyiddin (1982-1985).
d. Drs. Abdurrahman Ali, alm. (1985-1988).
e. Drs. M. Hasan Basry, MA (1988-1991).
f. Drs. Amir Hasan Nasution, alm. (1991-1996)
g. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad,SH (1996-2000)
h. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad,SH (2000-2001)
i. Drs. H. A. Rahman Kaoy (2001-2004)
j. Dr. Hj. Arbiyah Lubis (2004-2008)
k. Drs. Maimun, M. Ag. (Juni 2008 sampai sekarang).

5. Fakultas Adab
a. Drs. A. Gani Sulaiman, alm. (1983-1986).
b. Drs. Syahabuddin Mahyiddin (1986-1988 dan 1988-1991).
c. Drs. M. Razali Amin (1991-1996).
d. Drs. H. Zubeir Raden, MA (1996-2000).
e. Drs. H. Zubeir Raden, MA (2000-2004)
f. Dr. H. Azman Ismail, MA (2004-2008)
g. Prof. Dr. Misri A. Muchsin, M. Ag (Juni 2008 sampai sekarang).