Monday, June 28, 2021

WEBINAR HARI PENGUNSI SEDUNIA

Disadari atau tidak fenomena migran perantau akan semakin intensif di waktu yang akan datang. Gereja memandang gelisah hal tersebut dan terutama sejak Eropa mengalami krisis pengungsi terbesar dari Afrika, Timur Tengah, dan Asia Barat. Bapa Suci secara khusus membentuk Migrant and Refugee Section sebagai tanggapan mendalam gereja terhadap arus besar pergerakan anak manusia mempertahankan kehidupannya. Pengungsi terus saja hadir akibat revolusi Arab Spring, kekerasan oleh dan terkait dengan ISIS, kekerasan kepada Rohingya, berbagai konflik di Afrika, hingga ancaman krisis di Myanmar yang mengancam lahirnya lembar krisis migran baru pasca manusia perahu di Vietnam. Menjadi lebih peka dan tanggap akan hal itu, menjawab panggilan Paus Fransiskus untuk “Menyambut, Melindungi, Mempromosikan, Mengintegrasikan,” IOMK Indonesia bekerja sama dengan KKP-PMP KWI urusan Migran dan Perantau, KKP-PMP Keuskupan Pangkal Pinang, Chaplain for Indonesia Migrants in Hong Kong, UPPKA KAS, dan YISA Project menyelenggarakan webinar, “OMK dan Tantangan Pengungsi, Migran, dan Perantau: Panggilan Untuk Bertindak" yang diselenggarakan pada hari Minggu, 20 Juni 2021 pukul 20.00 WITA.


Webinar ini dimulai dengan doa yang dipimpin oleh Mas Lilik dan dilanjutkan dengan ucapan selamat datang kepada yang hadir, dan perkenalan empat orang pembicara yaitu Suster Laurentina, PI (KKP-PMP KWI bagian Pastoral Migran dan Perantau), Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus, Pr (KKP-PMP Keuskupan Pangkal Pinang), Romo Heri Ha, SVD (Chaplain for Indonesia Migrants in Hong Kong, Koordinator JPIC China Province), dan Valentina Wiji (Staf JRS).

Materi 1: Menemani-Melayani

Untuk memahami pesan Paus Fransiskus tentang menyambut, melindungi, mempromosikan / mewartakan dan mengintegrasikan, kita perlu menjadi dekat agar bisa melayani, perlu mendengarkan agar bisa berdamai, perlu berbagi agar bisa bertumbuh, perlu terlibat agar bisa mempromosikan, perlu kerjasama agar dapat membangun. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab imigrasi yaitu karena faktor ekonomi, kekerasan, keamanan, perang, konflik dan bencana alam, juga faktor pendidikan dan pembangunan. Data UNHCR dan IDMC pada Desember 2018 menunjukkan bahwa ada 887.516 migran dan pengungsi, tidak termasuk migran perdagangan manusia. Data UNHCR 2019 menyatakan bahwa Maret 2019 terjadi peningkatan jumlah perpindahan/pelarian akibat konflik sebanyak 79,5 juta orang. 


Panggilan Pastoral Migran dan Pengungsi:

  • Kunjungan Paus ke Lampedusa, "Gereja ini dekat denganmu dalam mencari kehidupan yang lebih manusiawi bagimu dan keluargamu"
  • Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga (GS 1)
  • Hidup dalam gelembung sabun, indah tetapi tidak berarti (ilusi/sia-sia) sementara tidak peduli terhadap sesama. “Ini bukan urusan kita-ini bukan urusan kami.”

Komitmen Gereja.

  • Lebih dari 300 pesan pidato, pertemuan, doa, dokumen, dan kegiatan telah dilakukan di Gereja.
  • Setiap Hari Migran Sedunia, Paus selalu memberikan pesan pastoralnya.
  • Dengan berbagai kesempatan, Paus melobi advokasi pada lembaga pemerintah di berbagai lembaga dalam PBB
  • 15 November 2019 Paus menyerahkan apartemen mewah milik Vatican untuk menjadi tempat tinggal pengungsi dan tunawisa.
  • Pada 1 Januari 2017, membentuk seksi khusus “Migrants and Refugees Section.
  • Adanya organisasi Talithakum Internasional

Migrant and trafficking.

  • Migrasi internasional akan selalu berlangsung sampai kapan pun. Ekonomi merupakan daya tarik yang paling dominan. Usaha meningkatkan kesejahteraan/kerja hidup manusia akan ditempuh dengan berbagai cara baik prosedural maupun non-prosedural.
  • Masalah migran dan perantau yang cenderung mengarah ke perdagangan manusia merupakan masalah yang tidak akan berhenti bahkan meningkat seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi terutama media sosial saat ini.

Munculnya permasalahan PMI.

  • Proses pemberangkatan bermasalah
  • Kurang sosialisasi - budaya Instan
  • Perekrutan
  • Pemalsuan identitas
  • Penampungan
  • Jerat hutang

Memahami permasalahan PMI.

Pesan Paus Fransiskus tahun 2019 lalu mengatakan bahwa ini bukan “masalah migran saja,” permasalahan yang dihadapi oleh migran itu sendiri adalah perekonomian keluarga dimana ditemukan ada kasus perkawinan-perceraian, pergeseran budaya, pendidikan anak, pengasuhan anak dan gaya hidup.

Kasus PMI.

Data kasus PMI terkini di luar negeri: total kasus 5.108 kasus dan yang belum diselesaikan adalah 1.728 kasus, berkisar 33,8% kasus. Negara-negara pengaduan terbanyak antara lain Malaysia, Arab Saudi, Arab, Taiwan, Yordania.

Situasi PMI setelah Pulang.

Sakit berat, gangguan jiwa, trauma, hamil diluar nikah, difabel, tidak membawa pulang gaji, suami atau istri menikah lagi, ditolak keluarga, meninggal dunia. 

Mengapa ada pelayanan kargo.

  • Setiap yang hadir dari kita di sini, bahkan semua manusia dipanggil Allah untuk berjuang agar hak dan martabat manusia sebagai citra Allah diakui dan dihormati.
  • Senada dengan panggilan kita yaitu memulihkan martabat manusia sebagai citra Allah, maka sesungguhnya peziarahan hidup kita di dunia ini adalah sebuah peziarahan untuk menuju kepada relasi yang menghidupkan, bukan relasi yang mematikan.
  • Manusia adalah citra Allah sekaligus sebagai wujud belas kasih gereja. Pribadi manusia bukan sekedar jenazah atau daging yang sudah mati.

Tim pelayanan kargo.

Tim kargo à Petugas bandara/pelabuhan à gereja à media à pemerintah

Pelayanan kargo ada karena kami menghargai martabat manusia, mencegah mafia perdagangan mayat, mendampingi keluarga korban, menggali data yang pasti dari PMI.

Situasi masa pandemic.

  • Sekitar 54% PMI di sector pabrik dan konstruksi tidak mendapatkan gaji di Malaysia dan Arab Saudi (Survery SBMI, 2020)
  • 95% PMI di Singapura dan Hong Kong meski masih bekerja dan mendapatkan gaji mereka mendapatkan bebag kerja berganda, pembatasan mobilisasi, perampasan hak libur, depresi, tidak mendapatkan upah lembur
  • PMI yang bekerja di sector manufaktur di Taiwan dan Korea Selatan tidak diijinkan keluar rumah atau asrama sehingga mereka mulai menghadapi gangguan psikologis
  • Para calo kreatif mencari calon pekerja lewat media sosial, dalam situasi pandemic banyak orang yang mencari kerja

Tidak merasa diperdagangkan.

  • Mengadu nasib mencari masa depan yang cerah
  • Jatuh ke tangan yang salah (calo, sponsor, PL)
  • Mencari jalan pintas, instan
  • Terjerat hutang
  • Identitas dipalsukan

Realitas saat ini.

  • Mangkraknya status TPPO
  • Mengalirnya peti jenazah
  • Manipulasi data PMI
  • Lemahnya jaringan pemerintah

Situasi di tempat kerja.

  • Kurangnya kesadaran dan pengetahuan pengelolaan keuangan
  • Pergaulan bebas
  • Jerat hutang
  • Ketidakpastian dalam situasi ekonomi
  • Jam kerja semakin bertambah, beban kerja semakin meningkat
  • Diskriminasi dalam penanganan kesehatan

Materi 2: Migrants-Behind the closed doors.

Migrant workers are like air. People need us but they don’t see us. Pekerja migran seperti udara. Orang membutuhkan kami namun mereka tidak melihat kita. Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.

Statistik Internasional

Internasional Migran: 6,2 juta PMI lebih dari setengahnya adalah perempuan

Undocumented (Gusdur: hanya Tuhan yang tahu)

Statistic Hongkong-Macau

  • 375, 376 pekerja migran di HK
  • HK: Indonesia (April 2021 155, 128)
  • Gaji: HKD HK $4630
  • Macau: 4.382 resmi yang bekerja di sector PRT, Casino, pertokoan, restoran, dan tempat hiburan

Siapakah PRT Migran di Hong Kong

  • Mayoritas perempuan
  • Berasal dari masyarakat pedesaan, pinggiran dan miskin kota
  • Berusia 21-45 tahun
  • Mayoritas pendidikan SD-SMP
  • Mayoritas sudah menikah

Kontribusi Migran PRT terhadap ekonomi dan masyarakat HK

  • Membantu 360.000 keluarga Hong Kong untuk mengurus rumah tangganya (jaga anak, bayi, orangtua, bersih-bersih, masak, tutorials dan sebagainya)
  • Membebaskan majikan hongkong employers dari tugas rumah tangga sehingga mereka bisa bebas bekerja dan mendapatkan gaji berganda
  • Membantu ekonomi Hong Kong dengan membelanjakan 50-60% dari gaji mereka
  • Memperkaya keragaman social budaya HK

Covid-19, gulungan benang yang terbelit

  • Keluarga: PMI pintar menyembunyikan rasa demi keluarga
  • Perlindungan: Tidak selamanya Hong Kong surganya pekera migran

Forced Labour: Kesehatan Fisik dan Mental

  • Jam kerja: 13% untuk 15 jam perhari, 7,7% harus bangun kerja di tengah malam bahkan pada hari libur, 35% juga kerja dan 4,5% tidak diberi libur, kerja paksa. 14% dijual dan hanya 5,4% tidak menunjukkan adanya eksploitasi
  • Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sales dan Santana (2003) menunjukkan bahwa pekerja migran beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental bahkan PMI mengalami sakit setelah dua tahun bekerja di Hong Kong

Misi Ad Intra: Finding Jesus pada wajah para migran

  • Migran Komisi Keuskupan Hong Kong (Filipina, Indonesia, Vietnam, Srilanka)
  • Spiritual: persekutuan doa, ekaristi, katekese, rekoleksi dan retret dan pelayanan sakramen
  • Perayaan: Minggu Migrants Day
  • Covid: Webinar, Rosario virtual

Misi Ad Extra

  • KJRI dan pemerinta Hong Kong (dialog-paralegal)
  • Network: Keuskupan di Indonesia
  • Kuliah (D3 oleh KJRI dan St. Mary’s University)
  • NGOs (Peduli Kasih-Kesehatan Mental), IOM, Enrich (Keuangan), Christian Actions, Mission for Migrants dan HELP (Hukum), Pathfinders (anak)
  • Organisasi PMI: JBMI, ATKI, dan 100-an organisasi PMI

The Road Less Traveled

  • Gereja Keuskupan Hong Kong: Gereja berwajah migran tapi gereja-gereja di Indonesia masih suam-suam kuku
  • Keenggenan petugas pastoral terhadap isu pekerja migran masih sangat nampak padahal pekerja migran adalah pahwalan keluarga dan gereja

Rekomendasi-Undangan untuk bertindak

  • Gereja-gereja di Indonesia training sebelum keluar dan ketika purna kerja
  • Cross Border Pastoral Care untuk keluarga PMI
  • Ibadat/liturgy “Rasa Migran”: Doa-doa

Rute Jaringan TPPO

  • Rute 1: Makassar, Nunukan, Sabar
  • Rute 2: NTT, NTB, Surabaya, Jakarta, Malaysia, Timur Tengah
  • Rute 3: NTB, Surabaya, Jakarta, Batam, Malaysia, Timur Tengah
  • Rute 4: Jakarta, Nunukan
  • Rute 5: Jakarta, Batam, Malaysia, Timur Tengah
  • Rute 6: Surabaya, Medan, Batam, Malaysia
  • Rute 7: Surabaya, Batam, Malaysia
  • Rute 8: Surabaya, Pontianak, Sarawak, Malaysia

Yang bisa kita lakukan

  • Harus disadari bahwa mencegah terjadinya kejahatan trafficking jauh lebih murah, hemat dan mudah daripada menangani peristiwa yang terjadi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
  • Menyampaikan informasi secara berkala kepada umat/masyarakat terhadap isu-isu perdagangan manusia, modus kegiatannya dan akibat-akibat yang ditimbulkan.
  • Mendekatkan akses keadilan. Menyerukan keadilan kepada public melalui media social yang ada agar mendapat perhatian dari berbagai pihak terhadap masalah-masalah ketidakadilan (hukum) yang diterima para korban perdagangan manusia.
  • Memberikan masukan berbasis “etika moral Kristiani” kepada lembaga pemerintah, DPR/DPRD, penyalur tenaga kerja dalam mengambil kebijakan perlindungan buruh migran dan kebijakan yang diskriminatif terhadap tenaga kerja perempuan.
  • Menjangkau kaum muda agar men jadi pioneer dan memiliki kesadaran, kepekaan, dan solidaritas yang tinggi terhadap praktek-praktek perbudakan perdagangan manusia yang melanda angkatan muda pencari kerja.
  • Membangun komunikasi dan kerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan dalam melakukan upaya-upaya pembelaan kasus-kasus perdagangan manusia.

Penutup

…sebab sesungguhnya kerajaan Allah ada diantara kamu… (Lukas 17:21)

Dunia ini adalah ruang tempat kita menemukan Allah terutama pada mereka miskin yang terluka. Dan didalam konteks perdagangan orang, kita perlu memberi mata, telinga dan hati untuk kisah-kisah para korban dan luka-luka mereka; mereka yang pulang tanpa nyawa, yang pulang dengan sejumlah uang di rekening, namun dengan mental budak dari negeri seberang. Dengan cara itu kita dapat menemukan Tuhan dalam Yesus Kristus yang menjadi rapuh dan terluka. Kristus yang mengosongkan diri agar dapat masuk dalam penderitaan manusia. Dia bahkan terluka dan mati sebagai budak di atas kayu salib sebagai realitas perbudakan ditantang dan diatasi. Gereja hadir disini masuk dan belajar tentang kerentanan umat, dan masyarakat dan memahami penyebabnya mencari kehendak Allah mengenai kerapuhan itu dan berjuang bersama para korban.

Hari-hari mendatang dunia akan mengalami kemungkinan resesi global. Krisis di berbagai tempat memicu orang untuk melakukan migrasi karena berbagai sebab. Gereja Katolik perlu mempersiapkan diri untuk mengantisipasi kemungkina terburuk dengan tetap membawa kabar gembira bagi mereka yang kehilangan harapan dan tersesat ketika migrasi. Solidaritas perlu dibangun bersama-sama dan gereja menjadi rumah bagi semua orang yang terasing. Pun pilihan menjadi penggerak, aktivis kemanusiaan dalam menghapus perdagangan orang dimuka bumi ini seumpama sebutir batu kecil yang jatuh ditengah kolam. Semoga semua orang semakin terpanggil untuk menjadi pejuang kemanusiaan dimana saja. Berada dengan hati yang tak pernah tawar.

Materi 3: Pengungsi, Migran dan Perantau-Undangan untuk Bertindak

Kilas Balik

Apakah karya penyelamatan Allah di muka bumi ini masih terus berlangsung ditengah luka kemanusiaan yang kian kelam?

Ketegangan soal sikap dan kehadiran gereja (ironi dan paradox)

  • Pergumulan gereja: antara ada dan tiada
  • Paus Fransiskus: perdagangan orang adalah luka didalam tubuh Kristus. Luka kemanusiaan yang membawa gereja (umat Allah) harus terus menerus menghidupi injil dalam karya nyata (pendampingan, perlawanan, pengorbanan, penyembuhan) sehingga karya penyelamatan Allah dinyatakan dan masih terus berlangsung.

Sikap dan prinsip gereja

  • Ajaran-ajaran social gereja atau ajaran Quadragesimo Anno (ensiklik Paus Pius XI, 1931), Pacem In Teris (ensiklik Paus Yohanes XXIII, 1963), Evangelii Nuntiandi (nasihat aspotolik Paus Paulus VI, 1975), Solicitudo Rei Sosialis (ensiklik Paus Yohanes Paulus II, 1982), Evangelii Gaudium (Paus Fransiskus 2013), Laudato Si dan Frateli Tutti
  • 1967, Paus Paulus VI membentuk komisi kepausan Justitia Et Pax
  • 1988, Paus Paulus Yohanes II membentuk komisi kepausan Pastoral Care of Migrants An Itinerant People

Apakah gereja harus mengurus persoalan social

  • Tugas pengutusan gereja juga harus meluas ke segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum moral (QA 41)
  • Saya lebih menyukai gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar dijalan-jalan daripada gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri (EG 49)
  • Yesus tak lelahnya bersabda, kamu harus memberi mereka makan (Markus 6:37)
  • Gereja didorong agar berjuang demi penyembuhan dan pemulihan. Gereja yang acuh tak acuh menjadi gereja yang terlibat, gereja yang bersedia bersama korban, gereja yang merasa yang paling tahu dan malas tahu menjadi gereja yang mau belajar

Gereja di tengah Perdagangan Orang

  • Berteologi dalam konteks kejahatan manusia tugas penting gereja adalah tidak diam terhadap kejahatan itu, melainkan terlibat bersama Allah yang bertindak dalam sejarah umat manusia untuk melawan dan melecuti kuasa-kuasa jahat itu. Hal ini bisa meliputi upaya advokasi kebijakan yang menindas dan bekerja dalam jaringan untuk membongkar serta melawan kejahatan perdagangan manusia itu.
  • Perdagangan manusia adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh para sindikat/mafia untuk mendapatkan “budak bekerja” yang biasanya direkrut, diangkut, ditampung, dipindahkan, diterima melalui proses penipuan, kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penjeratan hitang dan janji-janji palsu lalu dijual dan masuk dalam situasi “budak hutang” yang melecuti haknya selama bekerja. Perdagangan manusia adalah sebuah sistem yang kompleks dan jahat dengan kepentingan para pelaku yang berlangsung di tiap tingkatannya.

Perjuangan Panjang

  • Mengapa perdagangan manusia perlu diberantas? Sebab, tindakan ini merupakan kejahatan kemanusiaan yang menimbulkan penderitaan martabat sebuah bangsa sebagai ciptaan Tuhan. Oleh karena itu pelayanan gereja terhadap isu-isu kemanusiaan yang mendatangkan penderitaan umat manusia dalam pelayanan pastoralnya (Pelayanan Advokasi), membuat gereja tidak tenggelam menjadi berokrat keagamaan semata.
  • Jika umat tidak lagi datang dan bercerita tentang hidup sehari-hari mereka, tentang kekalahan, tentang keterjepitan, dan ketiadaan jalan keluar, maka dapat dipastikan gereja sudah berjarak untuk mewartakan kabar gembira dalam semangat cinta kasih Tuhan dan persaudaraan sejati. Gereja gagal menjadi penyaksi yang berbelas kasih atas berbagai masalah kemanusiaan, termasuk perdagangan manusia.
  • Pesan Paus Fransiskus pada hari perdamaian sedunia ke 51 tahun 2018. Mari kita jadikan dunia ini menjadi dunia bersama, bagi siapa saja agar dunia ini menjadi semakin damai. Kita belajar dari Santa Fransiska Xaveria Cabrini perempuan luar biasa yang telah membaktikan hidupnya untuk melayani migran dan menjadi santa pelindung mereka. Beliau mengajarkan kita bagaimana menyambut, melindungi mereka yang mengalami ketidakadilan.
  • Relasi dengan Allah dan solidaritas dengan sesama adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam kemanusiaan itu. Solidaritas adalah konsekuensi dari keintiman relasi manusia dengan Allah. Beribadah kepada Allah berarti berjumpa dengan Yesus yang membuka tangannya untuk menyambut mereka yang rentan terhadap berbagai bentuk penindasan.
  • Lemahnya system hukum dan birokrasi yang korup menghasilkan praktik penipuan, pemalsuan, penghilangan identitas asli, suap, paksaan, pemberian informasi palsu, ketidakpastian pemberangkatan, pengalihan negara tujuan, penggantian jenis pekerjaan yang dijanjikan, pemotongan gaji tidak semestinya dan lain sebagainya.

Materi 4: Memeluk Sang Hidup lewat Penemanan kepada DFR (de facto refugee) Refleksi untuk dibagi dalam sesi IOMK

Together we heal, learn and shine.

DFR adalah orang yang tidak diakui sebagai pengungsi (dalam arti Pasal 1A Konvensi dan Protokol Pengungsi Jenewa) dan yang tidak mampu atau karena alasan yang diakui sah, tidak mau kembali ke negara asal atau negera kebangsaannya atau jika mereka tidak memiliki kewarganegaraan ke negara tempat tinggal biasa mereka.

Selanjutnya pemateri mencantumkan beberapa situs dan pusat bantuan yang bisa dihubungi oleh pekerja migran atau DFR itu sendiri jika membutuhkan pertolongan.

Webinar di tutup dengan doa yang dipimpin oleh Romo Heri.*