Thursday, July 29, 2021

"Victims' Voices Lead the Way", Suara Korban Memimpin





Dalam rangka memperingati Hari Dunia Menentang Perdagangan Manusia, TalithaKum Indonesia Jaringan Jakarta bekerjasama dengan Hidup TV mengadakan Perayaan Ekaristi HARI DUNIA MELAWAN PERDAGANGAN MANUSIA yang dilaksanakan secara virtual pada hari Kamis, 29 Juli 2021 pukul 17.00 WIB. Misa dipimpin oleh Romo Andrianus Suyadi, SJ dan dapat diikuti melalui Zoom atau Youtube HIDUP TV.


Misa diawali dengan Sambutan Pembukaan dari Sr. Irena Handayani, OSU selaku koordinator TalithaKum Jakarta, yang mengajak seluruh umat yang hadir untuk mendoakan korban perdagangan manusia di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Semoga doa yang dipanjatkan hari ini membantu agar visi misi dunia yang damai serta penghapusan segala bentuk perdagangan manusia di seluruh dunia dapat segera terlaksana. 

Selanjutnya diputar video doa yang disusun pada Hari Doa Internasional 8 Februari 2021 - Penyadaran Melawan Perdagangan Manusia, yang mengambil tema: Ekonomi Tanpa Perdagangan Manusia. 


Allah yang penuh belas kasih, kami mohon kepada-Mu
berkatilah perjalanan hidup kami semua yang masih berada di dunia ini.
Bimibinglah kami semua untuk selalu tekun menjalankan tugas-tugas kami sebagai ciptaan-Mu.
Ajarilah kami semua untuk semakin setia, takut akan Allah 
dan mencintai serta melindungi sesama kami. 
Kami mohon kepada-Mu, 
berkatilah setiap pribadi yang mengalami kekerasan terhadap perdagangan manusia
Kuatkanlah iman mereka dan berikanlah pertolongan kepada mereka 
agar dapat mendapatkan kedamaian dan kebebasan.
serta pengharapan bagi sanak saudara yang mengalami kecemasan serta ancaman dalam hidupnya.
Kami juga berdoa bagi mereka yang menjadi pelaku kekerasan terhadap perdagangan manusia
Semoga mereka diberikan kesadaran dan pertobatan atas perbuatan yang telah mereka lakukan
dengan cara tidak wajar.
Tumbuhkanlah rasa cinta dan belas kasih ke dalam hati mereka, 
sehingga bisa memperlakukan manusia dengan penuh cinta.
Ajarilah pula kami semua agar memiliki sifat kerendahan dan keterbukaan hati dalam menolong sesama kami yang sedang mengalami perbudakan dan perdagangan manusia.
Jadikanlah kami sebagai perpanjangan tangan kasih-Mu, 
sehingga bisa memberikan pendampingan serta penghiburan terhadap mereka yang diperbudak.
Semoga rahmat pertolongan-Mu yang Engkau berikan melalui tangan-tangan kami dapat membantu dan menyembuhkan luka-luka mereka. 
Doa ini kami panjatkan kepada-Mu Ya Allah
karena Engkaulah Tuhan dan junjungan kami, amin.



PBB dalam memperingati Hari Dunia Melawan Perdagangan Manusia pada tahun ini mengambil tema: "Victims' Voices Lead the Way". Artinya kita diajak untuk mendengarkan suara para penyintas. karena mereka itulah yang bisa memimpin kita melakukan gerakan-gerakan untuk melawan perdagangan manusia. Tema ini menempatkan penyintas sebagai pusat kampanye dan menghargai pentingnya mendengarkan dan belajar dari para penyintas perdagangan manusia. Kampanye menempatkan penyintas sebagai aktor utama dalam melawan perdagangan manusia dan memusatkan perhatian pada peran penting yang mereka mainkan dalam menetapkan langkah-langkah yang efektif untuk mencegah kejahatan yang sangat tidak kita inginkan ini. Dan juga mengidentifikasikan dan menyelamatkan para korban, serta membantu mereka dalam proses rehabilitasi. Banyak penyintas perdagangan manusia yang mempunyai pengalaman ketidaktahuan. Kita semua mengalami itu ketika kita mendampingi mereka. Atau kesalahpahaman dalam upaya-upaya mereka untuk mendapatkan pertolongan. Mereka sering kali mempunyai pengalaman traumatis setelah diselamatkan dan selama wawancara untuk mengidentifikasi kasus mereka dan juga untuk memproses secara hukum. Mungkin beberapa juga menghadapi victimisasi, dianggap menjadi korban dari hukuman atas kejahatan yang dipaksakan oleh para pedagang mereka. Dan yang lainnya mengalami stigmatisasi atau tidak menerima dukungan yang memadai. Maka belajar dari pengalaman para penyintas dan berkiblat pada usulan-usulan tindakan konkrit mereka, niscaya akan membawa pada pendekatan yang efektif dan lebih berpusat pada penyintas itu sendiri. Romo Yadi mengajak semua pihak untuk mendoakan para penyintas, mungkin juga orang-orang yang pada saat ini berada dalam cengkeraman pada pedagang manusia, mungkin juga mereka yang pada saat ini sedang mengalami kesulitan selama pandemi ini. Dan juga kita berdoa untuk kita semua agar kita diberi semangat dan motivasi untuk terus mendamipingi dan menemani mereka. 


Dalam bacaan pertama, Musa ketika diutus oleh Allah untuk membebaskan orang-orang Israel yang ditawan di Mesir merasa takut dan gentar karena ia tahu bahwa yang akan dihadapinya adalah penguasa yang sungguh kuat dan perkasa, sementara dia sendiri tidak punya apa-apa selain iman dan kepercayaannya kepada Allah. Tentu saja tantangan yang dihadapi oleh Musa secara manusiawi sulit untuk dibayangkan. Kita bisa membayangkan bagaimana Firaun dengan kebesarannya, ia seorang penguasa sebuah negara yang besar pada jamannya, tentu saja mempunyai segalanya, sarana untuk apa saja, termasuk juga berkuasa atas orang-orang sehingga memperbudak umat Israel itu sendiri di Mesir. Namun kita tahu bahwa Tuhan mendengarkan seruan umat-Nya, umat Israel yang mengalami perbudakan di Mesir. Maka lalu Ia mengutus Musa untuk menyelamatkan umat Israel yang sedang berada dalam perbudakan oleh Raja Firaun, Raja yang mempunyai kekuasaan yang besar. Dalam bacaan Injil, Yesus mau mengatakan tentang tujuan strategis dan visi misi-Nya selama Ia hidup di dunia, yaitu mewartakan pembebasan bagi kaum miskin, bagi orang-orang tawanan dan orang-orang yang tertindas. Dan dari situlah Allah mendatangkan Rahmat bagi orang-orang ini. Dan seluruh apa yang dilakukan oleh Yesus selama hidup-Nya, adalah untuk mencapai tujuan atau visi ini, ingin membebaskan orang-orang dari belenggu: belenggu dosa, belenggu kejahatan, segala sesuatu yang bisa menghambat manusia untuk mewujudkan martabatnya sebagai ciptaan yang sempurna, yang menyerupai Tuhan itu sendiri. Dan itulah yang ditawarkan kepada kita. Tuhan Yesus mencanangkan visi misi itu. Siapa  yang mau ikut beserta-Nya tentu saja harus mau seperti Musa, juga seperti diri-Nya sendiri, berjuang keras, bahkan sampai mengorbankan nyawa-Nya sendiri. Tujuannya sama, untuk mewartakan pembebasan, untuk menolong orang-orang yang terjerat dalam situasi kemiskinan, dalam situasi ketertindasan. Kalau besok kita merayakan bersama dengan PBB "Dunia Melawan Perdagangan Orang", sebenarnya ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan Tuhan sendiri selalu mengatakan bahwa Ia mendengarkan orang-orang yang berseru kepada-Nya, yang minta pertolongan, yang minta pembebasan. Dan Tuhan sepanjang perjalanan sejarah selalu memanggil orang-orang seperti Musa, dan disempurnakan dengan Putra-Nya sendiri yang diutus yaitu untuk menciptakan pembebasan bagi umat manusia, pembebasan dari belenggu dosa, tetapi juga pembebasan dari segala belenggu yang bisa menghambat manusia untuk mewujudkan martabatnya.


Kita di sini sebagian besar bukan termasuk penyintas atau korban yang mengalami tindakan ketidakadilan, tetapi orang-orang yang ingin bersama dengan Yesus dan Musa, yang mau menjawab panggilan Tuhan utuk membebaskan umat srael dari perbudakan di Mesir, untuk mewartakan kabar suka cita bagi orang miskin, terlantar dan bagi mereka yang jatuh atau terjebak dalam perdagangan manusia. Sama seperti Musa, kita juga menghadapi kekuasaan yang luar biasa besar. Jaringan kita pasti jauh lebih tidak kuat daripada jaringan pedagang manusia. Kita mungkin tidak punya kemampuan seperti yang mereka miliki, dan kadang kita kedodoran untuk bisa melawan ini. Tapi kita sebagai orang beriman yang berkomitmen untuk mengikuti Yesus dalam karya pembebasan ini, percaya seperti yang dialami oleh Musa sendiri, bahwa Tuhan sendiri akan berkarya. Kita belum tahu bagaimana Tuhan berkarya ke depannya, tapi kita punya keyakinan, kalau kita punya komitmen, kalau kita punya passion, tentu Tuhan akan mendampingi dan menemani kita dalam ikut serta mewujudkan visi dan misi Yesus tersebut. Maka mari kita mohon agar kita terus diberi semangat, juga kalau kita menghadapi tantangan, kesulitan, sering kali kita merasa frustasi karena apa yang kita lakukan tidak bisa kita lihat langsung hasilnya, dan bahkan kadang kala kita dihadapkan pada kegagalan. Tapi marilah kita bercermin pada Tuhan Yesus sendiri, yang akhirnya sampai akhir hidup-nya Dia sepertinya orang yang gagal. Dia mati di Salib karena memperjuangkan visi-Nya, untuk mewartakan pembebasan bagi orang-orang tawanan, bagi orang miskin dan terlantar. Namun demikian, meskipun kelihatan dari kaca mata manusia gagal, tetapi kita tahu bahwa akhirnya Dia bangkit. Dan itulah yang menjadi spirit kita, kita ikut visi misi Yesus, tetapi juga kita ikut Iman Yesus yang berani menyerahkan diri sepenuhnya pada karya pelayanan untuk mewujudkan misi-Nya itu. Dan mari kita mohon agar orang-orang yang selama ini dalam kesulitan, terutama mereka yang masih dalam situasi perbudakan, mungkin juga masih dalam perjalanan diperdagangkan, kita mohon agar Allah menemani mereka dan intervensi lewat orang-orang yang mampu membebaskan mereka. Dan kita mohon, agar di masa pandemi ini tentu akan menjadi masa-masa yang sulit juga bagi mereka tapi mereka masih bisa mewujudkan martabat mereka sebagai manusia.