Friday, September 18, 2020

Tujuh Jenazah Dalam Tiga Hari Berturut-turut


Di awal-awal bulan September, kegiatan di Kantor Yayasan Sosial Penyelenggaraan Illahi (YSPI) Kupang dilalui tanpa pergi ke Terminal Kargo Bandara El-Tari. D tanggal-tanggal awal itu lebih banyak dilakukan berbagai macam kunjungan ke jaringan, berkebun, panen ikan, serta mengantarkan tamu. 

Namun ternyata hal itu tidak berlangsung lama. Mulai tanggal 9 September 2020, tugas pelayanan penjemputan jenazah PMI yang dipulangkan dari Malaysia ke Indonesia kembali dilaksanakan. Dua jenazah laki-laki dan wanita yang tiba pada hari itu dijemput oleh keluarga dan Tim Jaringan Solidaritas Anti Perdagangan Manusia. Mewakili tim ini, ada pihak pemerintah (BP2PMI), Mama Pendeta Emmy Sahertian dari Sinode GMIT, dan Kakak Decky dari Rumah Harapan, sedangkan dari Unit Anti Human Trafficking YSPI, aku hadir bersama Suster Laurentina, PI.

Jenazah wanita adalah seorang ibu berusia 53 tahun yang merantau ke Malaysia sejak suaminya meninggal pada 2011 lalu. Keluarga mengaku bahwa saat ia memutuskan untuk merantau tidak ada yang mengetahui keberangkatannya. Tiba-tiba saja keluarga sudah mendapat informasi bahwa ia sudah di Malaysia. Padahal bisa dibilang, ia tidak berkekurangan karena memiliki anak yang sudah mapan yang mampu untuk menghidupinya, bahkan beberapa anak angkatnya ada yang menjadi pejabat. Tapi ia lebih memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di tanah orang daripada di pelukan keluarga. Wanita tersebut meninggal dunia karena Coronary Artery Thrombosis atau sakit jantung coroner pada 28 Agustus 2020, pukul 21.10 waktu Malaysia. Keluarga tidak mengetahui dengan pasti pekerjaan yang digelutinya. 



Jenazah yang tiba bersama pada hari itu adalah seorang pria berumur 42 tahun yang bekerja secara non-prosedural. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Agustus 2020, pukul 11.20 waktu Malaysia dengan sebab kematian 
Severe Head Injury Due To Fall From Height. Pria tersebut berasal dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Tidak ada keluarga di Kupang yang datang menjemput di kargo. Pada saat seperti inilah Tim Jaringan Solidaritas Anti Perdagangan Manusia berdiri sebagai keluarga. 

Kedua jenazah yang datang pada tanggal 9 September ini langsung dimasukkan di mobil jenazah yang terpisah. Jenazah pria dibawa oleh mobil jenazah RSUD W.Z. Johannes karena akan disemayamkan satu malam di rumah sakit, sedangkan jenazah wanita dimasukkan ke dalam mobil jenazah BP2PMI Kupang karena langsung dibawa ke rumah duka di Kabupaten Malaka. Suster Laurentina PI  memimpin untuk menaikkan doa bagi kedua jenazah sebelum diberangkatkan ke tempat persemayaman masing-masing.


Keesokan harinya, kembali satu jenazah tiba di kargo bandara El Tari Kupang, yaitu seorang laki-laki berusia 21 tahun asal  Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur. Jenazah yang tiba pada pagi hari ini dijemput oleh keluarga.  Ia meninggal di Perairan Internasional antara Jepang dan Peru, di atas kapal Pancing Ikan Liau Yu Er Hao, Tiangkok pada tanggal 07 Agustus 2020, pukul 10.30 waktu setempat dengan penyebab kematian Sepsis pada Perut dan Komplikasi Usus Buntu. Ia bekerja sebagai ABK secara prosedural selama kurang lebih satu tahun dan secara prosedural. Oleh karena itu  ia mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja resmi meskipun keluarga belum mengurus asuransi kematiannya. Satu bulan empat hari adalah waktu yang diperlukan untuk proses pemulangan jenazah hingga tiba hari ini di Kupang.

“Selalu kontak kami, tiga bulan pertama dia masih telpon. Setelah itu, tiga bulan lagi dia telpon kasi tahu kabar di kami semua. Setelah itu tidak ada kabar lagi, langsung dapat telpon dari PT kalau dia sudah meninggal” tutur adik kandung dari jenazah tersebut pilu. Sejak kedatangan kami ia duduk disamping peti sambil memeluk erat peti jenazah kakaknya. “Kasitau kami kalau dia batuk-batuk sampai sesak nafas. Kira-kira dua minggu dia batuk, dokter su periksa su kasi obat tapi dia tidak sembuh dan akhirnya meninggal di atas kapal. Itu kapal ada di perairan lepas antara Jepang dan Peru, dan Peru yang paling dekat jadi mayatnya di bawa ke Peru dan diurus disana.” Beliau menjelaskan panjang lebar, sinar matanya nampak redup mengenang keponakannya yang sudah tiada. 

Pater Berto CMF memimpin untuk mendoakan arwah jenazah yang masih muda usia ini. Setelah didoakan, peti jenazah di-wrapping dengan rapi dan pada pukul 10.48 WITA dibawa dengan mobil jenazah BP2PMI menuju Pelabuhan Bolok untuk diberangkat ke Tenau menggunakan kapal laut bersama dengan jenazah hari sebelumnya.




Pada hari Jumat 11 September 2020, tim Kargo kembali menerima 4 orang jenazah, yang terdiri dari dua jenazah PMI yang dikirimkan dari Malaysia dan dua jenazah pekerja AKAD (antarkerja antardaerah).  Dalam penyambutan siang hari itu, aku datang bersama Suster Matilda PI. Selain kami, ada keluarga seorang jenazah PMI dan keluarga seorang pekerja AKAD. Mama pendeta Emmy Sehartian dari Sinode GMIT dan Kakak Decky dari Rumah Harapan turut hadir bersama dalam penjemputan jenazah siang hari itu. Petugas BP2PMI yang selalu siap sedia mengulurkan tangan untuk membantu keluarga dalam proses penerimaan jenazah tidak pernah absen sekalipun di Kargo bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Salah satu keluarga yang menjemput adalah Romo Paroki Santo Yoseph Pekerja Penfui, Romo Ande, Pr.  Beliau adalah saudara dari YKT, seorang pria berusia 31 tahun asal Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka yang meninggal pada 18 Agustus 2020, pukul 04.30 pagi waktu Malaysia karena Infeksi Saluran Pernapasan.  “Dia berangkat dari November 2019, belum ada satu tahun juga dia disana.” ujar kakak kandungnya.  “Pertamanya dia kasitahu kami kalau sakit di dadanya, ada biji-biji yang tumbuh di dada. Lalu sebelum meninggal itu dia sempat mencret kurang lebih dua minggu.” Istrinya menjelaskan. “Dia pergi berobat di klinik tapi saat periksa dokter bilang tidak ada penyakit. Setelah itu kami dengar sudah meninggal dari teman kerjanya.” Lanjutnya. YKT  meninggalkan dua orang anaknya yang masih kecil bersama istrinya di kampung halaman. Istrinya menjelaskan bahwa sekalipun ia tidak memaksa suaminya untuk bekerja di Malaysia dan kepergiannya ke Negeri Jiran murni atas keinginan suaminya. Keluarga yang datang terus meneteskan air mata yang keluar dengan isakan pelan. Tangisan mereka semakin kencang kala peti jenazah ditarik keluar dari kargo dan dipindahkan ke mobil jenazah. Suster Matilda PI dan Mama Pendeta Ina berusaha menopang istri dari YKT saat mendekati mobil jenazah BP2PMI yang akan mengantar jenazah ke rumah duka.

Sedangkan jenazah lain atas nama DDN langsung diantar ke RSUD W. Z. Johannes Kupang untuk disemayamkan selama satu malam sebelum diberangkatkan dengan jalur laut dengan Kapal Umsini ke rumah duka di Adonara Timur Kabupaten Flores Timur. DDN adalah seorang pria berusia 43 tahun yang meninggal di Malaysia karena Poly Trauma Due To Motor Vehicle Accident (kecelakaan lalu lintas) pada 25 Agustus 2020 lalu pukul 18.30 waktu Malaysia. Keluarga DDN sudah menantikan kedatangan jenazah di Adonara dan tidak ada keluarga yang hadir menyambut kedatangan jenazah di bandara. Kedua jenazah didoakan oleh Romo Ande, Pr. Setelah jenazah didoakan, mobil jenazah langsung menuju ke tempat tujuan masing-masing.

Kami beralih ke jenazah pekerja AKAD yang terdiri dari seorang wanita dan seorang pria. Jenazah wanita diketahui meninggal di Jakarta karena sakit dan didoakan juga oleh Romo Ande, Pr sebelum keluarga membawa jenazah ke rumah duka di Noemuti, Kefa. Sedangkan jenazah pria masih tertahan di kargo karena belum ada keluarga yang datang dan tidak ada satu pihak pun yang bisa dimintai keterangan. Entah sampai kapan peti itu akan bertahan di dalam kargo, kami hanya bisa mendoakan agar keluarga bisa cepat hadir dan mengurus kepulangan jenazah yang berasal dari Malaka ini.

Aku tidak menyangka bahwa akan ada tujuh jenazah yang tiba dalam tiga hari terakhir ini di Kupang. Mereka merupakan jenazah ke 26 - 32 yang kami terima selama tahun 2020 ini. Suara sirine terdengar melengking di telinga, menandakan ada yang sedang berduka dalam perjalanan menuju keluarga, kembali pada tanah tempat hidup dibesarkan. Semoga Allah Bapa memberikan ketabahan bagi keluarga yang tinggalkan. Semoga kita semua tetap setia menyambut setiap saudara/saudari yang dipulangkan tidak bernyawa. Semoga Allah selalu melimpahi kita dengan kekuatan.*

Laporan Jeny Laamo dari Kupang