Resonansi
Querida Amazonia
dalam Konteks Pascakolonial Indonesia
Dokumen apostolik Querida Amazonia
(2020), yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus pasca-Sinode Amazon, menawarkan
visi profetik yang mencakup empat impian besar: impian sosial, budaya, ekologis
dan gerejawi. Seruan profetik ini tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik di
Amazon, tetapi juga kepada Gereja universal dan masyarakat global. Visi
tersebut menyentuh luka-luka warisan kolonialisme, menyerukan keadilan bagi
kaum tertindas, penghormatan terhadap budaya lokal, perlindungan terhadap bumi,
serta pembaruan perutusan Gereja yang inkulturatif dan kontekstual.
Meskipun konteks utama dokumen ini adalah wilayah Amazon di
Amerika Latin, resonansinya terasa kuat di Indonesia sebuah negara bekas koloni
yang juga kaya akan keanekaragaman ekologis dan budaya, namun terus berjuang
melawan bentuk-bentuk dominasi baru yang membayangi kemerdekaannya. Indonesia
dan Amazonia berbagi pola-pola pascakolonial yang serupa, yang dapat dirinci
sebagai berikut:
Pola-pola pascakolonial yang serupa
Imajinasi Sosial dan Bangsa yang
Terjajah Kembali
Untuk menafsir lebih dalam relevansi Querida
Amazonia bagi Indonesia, kita dapat mengacu pada teori Imagined
Communities dari Ben Anderson. Anderson menunjukkan bahwa bangsa bukanlah
realitas objektif, melainkan suatu komunitas yang “dibayangkan” (imagined)
melalui narasi, simbol dan solidaritas. Indonesia sebagai bangsa lahir dari
proses imajinatif ini, yang mewujud dalam perjuangan bersama menuju
kemerdekaan.
Namun, sebagaimana dikecam banyak pemikir pascakolonial, elite
nasional Indonesia pascakemerdekaan sering kali mereproduksi logika kolonial.
Birokrasi tetap sentralistik, pembangunan mengabaikan masyarakat adat, dan alam
menjadi objek eksploitasi. Dalam kasus pertambangan nikel di Raja Ampat,
misalnya, kita melihat bagaimana pemerintah pusat memberikan izin kepada
perusahaan besar tanpa konsultasi berarti dengan masyarakat lokal. Ini adalah bentuk nyata dari neo-kolonialisme ekologis. Paus
Fransiskus dengan tegas menentang pola semacam ini. Dalam Querida Amazonia §14, ia menyatakan: “Setiap upaya pembangunan yang tidak
menyertakan masyarakat lokal dan tidak menghargai kebudayaan mereka adalah
bentuk penindasan.”
Ini adalah panggilan profetik untuk bangsa-bangsa seperti
Indonesia, agar merefleksikan: apakah kemerdekaan yang diraih sungguh
membebaskan semua warganya, ataukah hanya mengganti penjajah asing dengan elite
lokal yang bersikap serupa?
Bangsa yang Dibayangkan Ulang
Menariknya, Querida Amazonia
berbicara tentang imajinasi kolektif. Dalam §6–27, Paus menyajikan impian
sosial dan budaya yang berakar pada kerinduan akan keadilan dan pengakuan
martabat komunitas adat. Sementara dalam §48–57, ia mengembangkan impian
ekologis yang menuntut relasi spiritual dengan alam dan perlindungan rumah
bersama. Ini adalah bentuk imagined community
alternatif bukan yang dibangun atas dasar dominasi ekonomi, tetapi atas dasar
solidaritas, spiritualitas dan pertobatan ekologis.
Dengan demikian, Querida Amazonia
dan Imagined Communities
bertemu pada satu titik penting: keduanya mengajak kita membayangkan ulang
komunitas. Anderson menawarkan lensa tentang bagaimana bangsa dibentuk melalui
narasi dan solidaritas, sedangkan Paus Fransiskus mengajak kita membentuk
Gereja dan bangsa yang baru yang berakar dalam keadilan sosial, penghargaan
budaya, dan keberlanjutan ekologis.
Penutup: Latihan Iman dan Praksis Kewarganegaraan
Mendalami Querida Amazonia
bukan hanya studi dokumen Gereja, tetapi juga latihan iman dan praksis
kewarganegaraan. Ini adalah panggilan untuk membayangkan Indonesia yang lebih
adil, lebih lestari, dan lebih bersaudara bangsa yang tidak hanya “merdeka”
secara hukum, tetapi juga sungguh “membebaskan” seluruh ciptaan Tuhan.
Sebagaimana Paus Fransiskus nyatakan, “Sebuah impian adalah tempat bagi
harapan, tempat untuk menyusun masa depan” (QA §7). Maka mari kita bermimpi dan
bertindak demi Indonesia yang membebaskan, bukan menjajah kembali.
Catatan
Lihat Oliveira (2021) untuk
analisis tentang tekanan terhadap bahasa adat di Amazon dan Tanasaldy (2012)
tentang dominasi budaya di Kalimantan Barat.
Svampa (2019) menjelaskan
ekspansi neo-ekstraktivisme di Amerika Latin, sedangkan Colchester dan Chao
(2011) menelaah dampak perluasan sawit terhadap masyarakat lokal di Asia
Tenggara.
Global Witness (2023) mencatat pembunuhan
dan intimidasi terhadap aktivis lingkungan di Brasil, Filipina dan Indonesia.
PUSAKA (2020) memberikan laporan serupa di konteks Indonesia.
Kammen dan Chandra (2019) mengulas dominasi
elit lokal dalam sistem otoritarianisme subnasional di Indonesia; Escobar
(1995) mengkritisi konstruksi pembangunan sebagai warisan kolonial.
Lihat Arns (2001) untuk refleksi pastoral
tentang inkulturasi di Amazon, dan Magnis-Suseno (1987) mengenai etika dan
spiritualitas Jawa sebagai basis inkulturasi Katolik.
Daftar Pustaka
Arns, Cardinal Cláudio Hummes. 2001. Evangelization
and Inculturation in the Amazon Basin. São Paulo: CNBB.
Colchester, Marcus and Sophie Chao, eds.
2011. Oil Palm Expansion in South East Asia: Trends and Implications for
Local Communities and Indigenous Peoples. Jakarta: Forest Peoples
Programme.
Escobar, Arturo. 1995. Encountering
Development: The Making and Unmaking of the Third World. Princeton:
Princeton University Press.
Global Witness. 2023. Defending the
Defenders: Environmental Activists under Threat. London: Global Witness.
Kammen, Douglas and Siddharth Chandra, eds.
2019. Subnational Authoritarianism in Indonesia: A Comparative Perspective.
Ithaca: Cornell Southeast Asia Program Publications.
Magnis-Suseno, Franz. 1987. Javanese
Ethics and World-View: The Javanese Idea of the Good Life. Jakarta:
Gramedia.
Oliveira, João Pacheco de. 2021. Indigenous
Peoples and the Postcolonial State in the Amazon. Manaus: UFAM Press.
PUSAKA. 2020. Laporan Situasi Pembela
HAM Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pusaka Bentala Rakyat.
Svampa, Maristella. 2019. Neo-extractivism
in Latin America: Socio-environmental Conflicts, the Territorial Turn and New
Political Narratives. Cambridge: Cambridge University Press.
Tanasaldy, Taufiq. 2012. Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia: Dayak Politics of West Kalimantan. Leiden: Brill.
Visi
Umum dan Tujuan Dokumen
1. Apa itu Querida
Amazonia?
Querida Amazonia adalah seruan
apostolik pasca-Sinode yang ditulis oleh Paus Fransiskus pada 2 Februari 2020,
sebagai tanggapan atas Sinode Para Uskup tentang Amazon tahun 2019.
2. Apa arti dari judul Querida
Amazonia?
Judul ini berarti “Amazon yang
Terkasih”, menunjukkan kasih dan perhatian Paus terhadap wilayah Amazon dan
penduduknya.
3. Apa tujuan utama dari Querida
Amazonia?
Tujuan utama dari Querida Amazonia adalah
untuk menyampaikan empat impian Paus Fransiskus bagi Amazon: impian sosial,
budaya, ekologis dan pastoral (QA 7–8).
4. Siapa yang
menjadi sasaran utama dokumen ini?
Dokumen ini ditujukan kepada
seluruh Gereja, tetapi secara khusus kepada umat Katolik yang terlibat dalam
pelayanan dan kehidupan di wilayah Amazon.
5. Mengapa
Amazon penting bagi Gereja dan dunia?
Karena Amazon adalah paru-paru
planet ini, rumah bagi keanekaragaman hayati dan budaya, serta menjadi simbol
pertarungan global terhadap ketidakadilan sosial dan kerusakan ekologis (QA 5).
6. Apakah
Querida Amazonia hanya berbicara tentang lingkungan?
Tidak. Dokumen ini membahas masalah ekologis bersama dengan keprihatinan sosial, budaya dan spiritual yang saling berkaitan.
7. Bagaimana Querida Amazonia
berkaitan dengan Sinode Amazon?
Dokumen ini merupakan refleksi
dan kelanjutan dari Sinode Amazon yang berlangsung pada bulan Oktober 2019.
Paus mengadopsi dan mengundang umat untuk membaca dokumen akhir Sinode bersama
dengan Querida Amazonia (QA 3).
8. Apakah
dokumen ini bersifat doktrinal atau pastoral?
Dokumen ini bersifat pastoral, reflektif
dan profetis, menyampaikan harapan dan dorongan dari Paus bagi keterlibatan
Gereja dalam konteks Amazon.
9. Apa
metodologi yang digunakan Paus dalam dokumen ini?
Paus memakai pendekatan
kontemplatif, menggabungkan ajaran Gereja dengan kutipan sastra dan puisi dari
penulis Amerika Latin, mencerminkan kekayaan budaya Amazon.
10. Bagaimana
struktur Querida Amazonia?
Dokumen ini terbagi dalam empat
bagian utama, sesuai dengan empat impian Paus: sosial (11–27), budaya (28–40),
ekologis (41–60) dan pastoral (61–110).
Impian Sosial: Amazon yang Adil dan
Inklusif
11. Apa yang dimaksud dengan “impian
sosial” Paus Fransiskus?
Paus bermimpi tentang wilayah Amazon
yang berjuang demi hak-hak masyarakat miskin dan asli, serta melawan model
pembangunan yang merusak (QA 7, 8, 12–14).
12. Apa tantangan sosial utama di
wilayah Amazon?
Tantangan utamanya meliputi
eksploitasi ekonomi, perampasan tanah, kekerasan terhadap masyarakat adat dan
marginalisasi budaya mereka (QA 14–16).
13. Bagaimana Paus melihat penderitaan
masyarakat Amazon?
Paus menyatakan bahwa penderitaan
mereka adalah jeritan profetik melawan ketidakadilan dan harus menjadi
perhatian Gereja universal (QA 15).
14. Apa ajakan Paus terhadap model
pembangunan saat ini?
Paus menolak model pembangunan
kolonial dan ekstraktif, dan menyerukan pendekatan yang menghormati martabat
manusia serta keseimbangan ekologis (QA 17–20).
15. Apa peran Negara dan lembaga
internasional menurut Paus?
Mereka harus menghormati hak-hak
masyarakat adat dan bertindak melawan eksploitasi serta pelanggaran hak asasi
manusia (QA 23–24).
16. Bagaimana peran Gereja dalam
impian sosial ini?
Gereja diundang menjadi pembela kaum
kecil dan suara profetik yang memihak kepada keadilan sosial dan ekologis (QA
25–27).
17. Apakah Paus mengusulkan
aksi konkret dalam bidang sosial?
Ya, seperti pendampingan hukum,
pendidikan kritis, penguatan hak-hak atas tanah dan lingkungan hidup bagi
masyarakat adat (QA 26–27).
18. Apa nilai
Injil yang ditekankan dalam perjuangan sosial ini?
Kasih, martabat manusia, keadilan
dan kehadiran Yesus di tengah orang-orang kecil dan tersingkir (QA 19–20).
19. Bagaimana
Paus menggambarkan hubungan antara Gereja dan masyarakat adat?
Sebagai relasi timbal balik yang
menghormati budaya mereka dan melibatkan umat asli dalam kehidupan dan
keputusan pastoral Gereja (QA 26–27).
20. Apa
tantangan bagi Gereja universal dalam mendukung impian sosial Amazon?
Menghindari sikap kolonialisme
rohani, belajar dari kebijaksanaan lokal dan membangun solidaritas yang otentik
dan transformatif (QA 19–20).
Impian Budaya: Amazon yang
Menghormati Keberagaman
21. Apa yang dimaksud dengan “impian
budaya” dalam Querida Amazonia?
Paus bermimpi agar budaya-budaya
Amazon, khususnya milik masyarakat adat, dihargai, dilestarikan dan tidak ditelan
oleh globalisasi yang seragam (QA 28–29).
22. Mengapa penting menjaga budaya
masyarakat Amazon?
Karena budaya mereka mengandung
kearifan hidup yang selaras dengan alam, serta memperkaya kemanusiaan dengan
cara hidup yang berbeda dari arus utama (QA 30–31).
23. Bagaimana Gereja seharusnya
memandang budaya lokal?
Gereja diajak untuk tidak hanya
menginjili, tetapi juga “diinjili” oleh kebijaksanaan lokal, serta mendukung
proses inkulturasi (QA 36–37).
24. Apa itu inkulturasi menurut
Querida Amazonia?
Inkulturasi adalah pewartaan Injil
yang meresap ke dalam budaya lokal, menghormatinya dan memperkaya ekspresi iman
Gereja setempat (QA 36).
25. Apa ancaman utama terhadap budaya
Amazon?
Kolonialisme baru, kapitalisme yang seragam dan penghilangan identitas budaya melalui pendidikan dan media global (QA 33–35).
26. Bagaimana peran bahasa dalam
identitas budaya?
Bahasa adalah pembawa nilai dan dunia
batin masyarakat. Melestarikan bahasa lokal berarti menjaga jati diri dan
warisan spiritual (QA 37).
27. Apa tanggapan Paus terhadap seni
dan puisi dari Amazon?
Paus menghargainya sebagai ekspresi
jiwa masyarakat dan bahkan mengutip karya-karya sastra untuk memperkaya
refleksinya (QA 9, 33, 35).
28. Mengapa Paus
menyebut puisi dalam dokumen ini?
Karena puisi menangkap kedalaman
rasa dan kerinduan masyarakat Amazon yang tak terungkap hanya melalui analisis
rasional (QA 7, 35).
29. Apa yang diminta Paus kepada
misionaris dan pelayan Gereja di Amazon?
Agar mereka sungguh mencintai dan memahami
budaya lokal, serta menjadi jembatan antara Injil dan kehidupan konkret
masyarakat (QA 37–39).
30. Apa peran
pendidikan dalam menjaga kebudayaan lokal?
Pendidikan harus menghargai
konteks budaya dan bahasa lokal, serta membentuk generasi baru yang bangga akan
identitasnya (QA 32–33).
Impian Ekologis:
Amazon yang Menjaga Rumah Bersama
31. Apa yang
dimaksud dengan “impian ekologis” Paus Fransiskus?
Paus bermimpi tentang Amazon yang
menjaga keindahan alamnya, keanekaragaman hayatinya dan melestarikan
keseimbangan ekosistem bagi generasi mendatang (QA 41–42).
32. Bagaimana
kaitan antara ekologi dan spiritualitas dalam dokumen ini?
Paus menekankan bahwa merawat bumi adalah tindakan iman, karena dunia adalah ciptaan Allah yang dipercayakan kepada manusia (QA 42–43).
33. Apa ancaman
ekologis terbesar di Amazon?
Deforestasi, eksploitasi
pertambangan, pencemaran sungai, perubahan iklim dan ketamakan ekonomi global
yang menghancurkan habitat (QA 45–47).
34. Apa dampak
kerusakan lingkungan terhadap masyarakat lokal?
Masyarakat kehilangan tempat
tinggal, sumber pangan dan relasi spiritual dengan tanah leluhur yang menyatu
dengan identitas mereka (QA 48–49).
35. Mengapa Paus
menolak "penjajahan ekologis"?
Karena itu adalah bentuk
kolonialisme baru yang mengorbankan komunitas lokal demi keuntungan segelintir
elit global (QA 14, 50).
36. Bagaimana
relasi masyarakat Amazon dengan alam?
Mereka memandang alam bukan
sekadar sumber daya, melainkan sebagai ibu, rumah, dan bagian dari jaringan
kehidupan yang suci (QA 46).
37. Apa ajakan
Paus kepada Gereja universal tentang ekologi?
Untuk mengambil bagian dalam
pertobatan ekologis yang konkret: mengubah gaya hidup, mendorong kebijakan yang
adil dan hidup lebih sederhana (QA 56–58).
38. Apa hubungan Querida Amazonia
dengan Laudato Si’?
Querida Amazonia adalah kelanjutan
dan penerapan lokal dari Laudato Si’, menekankan krisis ekologis yang khas di
Amazon (QA 41, 58).
39. Apa yang dimaksud dengan
“spiritualitas ekologis”?
Sebuah cara hidup yang bersumber dari iman dan kasih terhadap ciptaan Allah, mencakup rasa kagum, syukur dan komitmen terhadap lingkungan (QA 56–60).
40. Apa harapan
Paus terhadap umat beriman dalam krisis ekologi?
Agar umat bersatu dalam
solidaritas dan aksi nyata, menjadikan perawatan bumi sebagai bagian dari misi
Kristiani (QA 60).
Impian Pastoral: Gereja yang Berakar
dan Menyatu dengan Amazon
41. Apa yang dimaksud dengan “impian
pastoral” dalam Querida Amazonia?
Paus Fransiskus bermimpi tentang
Gereja yang memberikan wajah Amazon, berinkulturasi dalam budaya lokal dan
hidup bersama umatnya sebagai saksi Injil (QA 61–62).
42. Mengapa inkulturasi menjadi kunci
dalam pelayanan pastoral Amazon?
Karena Injil harus berakar dalam
budaya dan kehidupan konkret umat, bukan dipaksakan dari luar. Inkulturasi
menciptakan pewartaan yang otentik dan menyentuh hati (QA 66–67)
43. Apa
tantangan terbesar Gereja di wilayah Amazon?
Minimnya imam, jauhnya jarak
antar komunitas, kurangnya pelayanan sakramen secara teratur, serta kebutuhan
untuk mempercayakan peran penting kepada awam (QA 89–90).
44. Bagaimana
Paus menanggapi keterbatasan jumlah imam di Amazon?
Paus mendorong kreativitas pastoral, keterlibatan awam dan penugasan permanen kepada diakon, religius dan pemimpin awam yang kompeten (QA 92–93).
45. Apakah Paus
membuka kemungkinan tahbisan imam bagi pria menikah?
Meskipun dibahas dalam Sinode,
Paus tidak mengangkatnya secara langsung dalam dokumen ini. Ia menekankan cara lain
untuk menjawab kebutuhan pastoral (QA 89–93).
46. Apa peran penting kaum awam dalam
Gereja Amazon?
Kaum awam, termasuk perempuan,
memiliki kontribusi besar dalam pewartaan, pelayanan, pendidikan iman dan
kepemimpinan komunitas (QA 94–96).
47. Bagaimana Paus menanggapi peran
perempuan dalam Gereja?
Paus sangat menghargai kepemimpinan
perempuan di Amazon, dan meminta pengakuan resmi serta bentuk pelayanan
institusional yang terbuka bagi mereka (QA 99–103).
48. Apakah Paus membuka pintu
tahbisan imamat bagi perempuan?
Tidak. Paus menegaskan kembali bahwa
tahbisan imam diperuntukkan bagi laki-laki, namun mengajak pengembangan
pelayanan non-imamat yang penting bagi perempuan (QA 100–103).
49. Apa yang dimaksud dengan “klerikalisasi perempuan” dalam Querida Amazonia? Klerikalisasi perempuan adalah kritik terhadap pendekatan yang menilai partisipasi perempuan dalam Gereja hanya sah atau “setara” jika mereka diberi peran klerikal, seperti imam atau diakon tahbisan. Paus Fransiskus menolak pandangan ini dan justru mengajak Gereja untuk mengembangkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam cara-cara khas yang tidak harus lewat tahbisan, tetapi tetap vital dan berwibawa dalam kehidupan umat.
50. Apa makna “Gereja dengan wajah
Amazon”?
Gereja yang hidup, merakyat, ramah
terhadap alam, menghormati budaya lokal, serta membentuk komunitas kecil yang
aktif dan saling mendukung (QA 86–87).
51. Bagaimana peran liturgi dalam
membentuk wajah Amazon Gereja?
Liturgi hendaknya mencerminkan budaya
lokal melalui bahasa, simbol, music dan ekspresi khas masyarakat Amazon tanpa
kehilangan unsur universal Ekaristi (QA 82–84).
Misi Gereja dan Spiritualitas
Inkarnasi
52. Bagaimana Gereja dapat menjadi
“hadir” di Amazon secara utuh?
Dengan mengutus pelayan yang tinggal
bersama umat, belajar bahasa dan budaya setempat, serta menumbuhkan kehadiran
Gereja yang tidak terputus (QA 94–96).
53. Apa sikap dasar yang perlu
dimiliki para misionaris di Amazon?
Sikap hormat, keterbukaan, kesabaran,
cinta akan alam dan budaya lokal, serta semangat dialog dan penginjilan yang
rendah hati (QA 97–98).
54. Bagaimana Paus memahami
evangelisasi di Amazon?
Sebagai pewartaan Injil yang bukan
kolonialisasi, melainkan proses menyatu dan berdialog dengan realitas lokal,
menghormati kebebasan dan martabat umat (QA 63–64).
55. Apa makna Injil bagi masyarakat
adat menurut Paus?
Injil adalah sumber kebebasan dan
pemenuhan sejati, bukan penindasan budaya. Oleh karena itu, pewartaannya harus
kontekstual dan membebaskan (QA 65–66).
56. Apa
bentuk-bentuk konkret kehadiran Gereja yang diharapkan Paus?
Komunitas basis yang hidup, pelayanan
sakramen secara kreatif, keterlibatan awam dan pengembangan seminari dan pusat
formasi lokal (QA 91–92).
57.
Bagaimana Paus melihat peran relasi antarumat beragama?
Paus mendorong dialog antaragama dan
kerja sama dengan semua kelompok rohani, demi keadilan sosial, perdamaian dan
perlindungan ciptaan (QA 106–107).
58. Apa kontribusi Gereja dalam
menguatkan identitas masyarakat Amazon?
Gereja ikut serta dalam pendidikan,
penyadaran, pemberdayaan komunitas dan melindungi hak-hak budaya serta
spiritual mereka (QA 94, 98, 103).
59. Mengapa penting mengembangkan
liturgi kontekstual di Amazon?
Agar liturgi sungguh menjadi ekspresi
iman umat yang hidup dan dipahami, menyatu dengan simbol, ritme dan bahasa
lokal (QA 82–84).
60. Apa yang dimaksud dengan
spiritualitas inkarnasi?
Spiritualitas yang meneladani Yesus
yang menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kita, termasuk di antara
masyarakat miskin dan terpinggirkan (QA 75–76).
61. Apa harapan Paus terhadap semangat
misioner di Amazon?
Agar Gereja Amazon menjadi Gereja
yang mengutus, yang membawa terang Injil tanpa kekerasan, serta mencerminkan
wajah Kristus yang rendah hati dan penuh kasih (QA 107–110).
Sinodalitas dan Misi Gereja
62. Apa arti sinodalitas dalam
konteks Amazon?
Sinodalitas berarti berjalan bersama
sebagai umat Allah, mendengarkan semua pihak terutama mereka yang sering
diabaikan untuk membangun Gereja yang partisipatif dan inklusif (QA 105).
63. Mengapa Paus
menekankan pendekatan sinodal di Amazon?
Karena sinodalitas mencerminkan
cara Gereja hadir sebagai komunitas yang setara, bukan hirarkis semata dan
memungkinkan suara lokal berperan aktif (QA 106).
64. Bagaimana proses sinode Amazon
menjadi teladan sinodalitas?
Prosesnya melibatkan konsultasi luas
umat Amazon, menampilkan partisipasi perempuan, kaum adat dan kelompok
minoritas dalam mendefinisikan masa depan Gereja (QA 3–4).
65. Apa peran uskup dalam sinodalitas
Amazon?
Para uskup bertindak sebagai gembala
yang mendengarkan, menyatukan dan menyemangati umat dalam semangat kolegialitas
dan keterbukaan Roh Kudus (QA 106).
66. Bagaimana Gereja mendorong
formasi pemimpin lokal di Amazon?
Dengan mendirikan pusat formasi,
seminari lokal dan program pelatihan untuk awam dan pemimpin komunitas yang
disesuaikan dengan konteks budaya (QA 91–92).
67. Apa yang
dimaksud dengan “desentralisasi” dalam Gereja Amazon?
Desentralisasi berarti memberi
keleluasaan kepada Gereja lokal untuk merespons kebutuhan pastoral dan kultural
umat setempat tanpa menunggu keputusan pusat (QA 85, 104).
68. Bagaimana sinodalitas memperkuat
misi penginjilan?
Dengan mendorong keterlibatan
semua umat, memperhatikan keragaman lokal dan menyatukan suara dalam semangat
kesatuan dan dialog (QA 107).
69. Apa kaitan
antara sinodalitas dan pertobatan pastoral?
Sinodalitas menuntut perubahan
paradigma: dari penguasa menjadi pelayan, dari instruksi menjadi pendampingan,
dari monolog menjadi dialog (QA 105–106).
70. Apakah sinodalitas hanya berlaku
di Amazon?
Tidak. Amazon menjadi
laboratorium bagi Gereja universal untuk belajar berjalan bersama dan
menerapkan sinodalitas di seluruh dunia (QA 104).
71. Apa hubungan
sinodalitas dengan Roh Kudus?
Roh Kudus adalah pelaku utama
sinode, yang memimpin umat melalui berbagai suara dan pengalaman menuju
kesatuan iman dan misi (QA 2, 105).
Spiritualitas, Harapan dan Pesan
Universal
72. Apa visi Paus tentang
spiritualitas khas Amazon?
Spiritualitas yang bersumber dari
relasi mendalam dengan alam, kehidupan komunitas dan pengalaman keseharian yang
ditandai syukur, ketekunan dan pengharapan (QA 72–73).
73. Apa ciri khas iman umat di
Amazon?
Iman yang sederhana namun kuat, bersifat komunitarian, penuh devosi kepada Maria dan para kudus, serta berakar dalam penderitaan dan pengharapan (QA 73–74).
74. Bagaimana Paus menggambarkan
peran Maria di Amazon?
Sebagai Bunda Amazonia, yang
mendampingi umat kecil dan sederhana, menjadi penghiburan di tengah penderitaan
dan teladan penginjilan penuh kelembutan (QA 111).
75. Apa pesan spiritual utama Querida
Amazonia?
Bahwa Allah hadir dan bekerja di
tengah masyarakat Amazon. Kita dipanggil untuk mengenali tanda-tandaNya dalam
budaya, alam dan perjuangan mereka (QA 74–76).
76. Apa itu
“spiritualitas inkarnatif” menurut Paus?
Spiritualitas yang meneladani
Yesus yang hadir dalam daging, tinggal di antara umat dan membagikan
penderitaan serta harapan mereka (QA 75).
77. Mengapa Paus
banyak menyebut puisi dan seni dalam dokumen ini?
Karena seni dan puisi membantu
menyentuh kedalaman jiwa manusia dan membuka ruang batin untuk merenungkan
realitas secara kontemplatif (QA 9–10, 33–35).
78. Bagaimana Querida Amazonia
berbicara kepada Gereja di luar Amazon?
Dokumen ini menjadi panggilan
global untuk pertobatan ekologis, solidaritas, sinodalitas dan pewartaan Injil
yang lebih kontekstual (QA 2, 107).
79. Apa harapan
Paus terhadap Gereja universal setelah dokumen ini?
Agar semua Gereja lokal belajar dari pengalaman Amazon dan memperbarui cara mereka mendampingi kaum miskin dan merawat ciptaan (QA 108–109).
80. Apa yang
dikecam Paus dalam relasi Gereja dan kekuasaan?
Paus menolak pendekatan kolonial,
otoriter atau paternalistik dalam pelayanan Gereja. Ia mendorong model yang
melayani, mendengarkan dan memberdayakan (QA 19–20, 99).
81. Apa makna
keseluruhan Querida Amazonia bagi umat Katolik?
Sebuah undangan untuk memperluas
cakrawala iman: agar kita peduli pada bumi, menghormati budaya, melibatkan
semua dalam Gereja dan menjadi saksi kasih Kristus (QA 111).
Penerapan Pastoral dan Pendidikan
82. Bagaimana Querida Amazonia
menginspirasi pembaruan pastoral?
Dengan mendorong Gereja untuk hadir
secara dekat dan kontekstual, serta terbuka terhadap peran baru awam, Perempuan
dan budaya lokal (QA 94–103).
83. Apa yang dimaksud dengan
“pendekatan pastoral inkarnatif”?
Pendekatan yang tidak memaksakan
model universal, tetapi menyatu dengan kehidupan local menghidupi Injil di
tengah konteks Amazon (QA 70, 85).
84. Apa peran pendidikan menurut
Querida Amazonia?
Pendidikan berperan penting dalam
memberdayakan komunitas lokal, melestarikan budaya asli dan menyadarkan
masyarakat akan hak-haknya (QA 28, 94).
85. Bagaimana Gereja mendorong
pendidikan kontekstual?
Dengan menciptakan pusat belajar yang menghormati bahasa, sejarah dan cara hidup masyarakat adat, sekaligus mengintegrasikan nilai-nilai iman (QA 28, 98).
86. Mengapa penting melestarikan
bahasa lokal?
Bahasa adalah pembawa budaya dan
identitas. Kehilangan bahasa berarti kehilangan warisan spiritual
dan sosial suatu masyarakat (QA 37–38).
87. Bagaimana peran keluarga dalam
pewartaan iman di Amazon?
Keluarga menjadi Gereja rumah, tempat
iman diwariskan secara alami dan dalam keseharian hidup komunitas (QA 30–31).
88. Apa yang
diharapkan Paus dari lembaga pendidikan Katolik di Amazon?
Agar menjadi tempat pembebasan,
dialog budaya, pembentukan karakter dan penguatan nilai-nilai ekologis serta
keadilan sosial (QA 94, 98).
89. Bagaimana
pendidikan dapat mendukung pertobatan ekologis?
Dengan menanamkan cinta alam,
tanggung jawab sosial dan spiritualitas ekologi sejak dini dalam kurikulum dan
praktik hidup (QA 56–58).
90. Apa hubungan
antara pendidikan dan keadilan sosial di Amazon?
Pendidikan membekali masyarakat
adat dan miskin dengan kesadaran hak serta keterampilan untuk mempertahankan
tanah dan hidup mereka (QA 25–28).
91.Bagaimana Gereja dapat menciptakan
proses belajar yang membebaskan?
Dengan menjadi pendengar setia, mendukung inisiatif lokal dan menyatukan hikmat tradisional dengan terang Injil (QA 28, 94).
Dialog Lintas
Iman dan Harapan Global
92. Mengapa
Querida Amazonia menekankan dialog antaragama?
Karena keberagaman keyakinan di
Amazon merupakan kenyataan hidup. Dialog membawa perdamaian, kerja sama dan
kesaksian bersama akan kasih Allah (QA 106).
93. Bagaimana
umat Kristiani dapat berdialog dengan keyakinan lokal?
Dengan menghormati kebijaksanaan
spiritual setempat, membuka ruang saling belajar dan tidak menghakimi melainkan
menginjili dengan kesaksian hidup (QA 75–76).
94. Apa bentuk
kerja sama antaragama di Amazon?
Kerja sama meliputi perlindungan
hutan, pembelaan hak masyarakat adat, pendidikan bersama dan kegiatan
kemanusiaan lintas agama (QA 106–107).
95. Apa pesan Querida Amazonia bagi
dunia global?
Bahwa kita semua terhubung. Krisis di
Amazon berdampak pada seluruh planet dan seluruh dunia bertanggung jawab
terhadap masa depan wilayah ini (QA 8–9, 48).
96. Bagaimana Querida Amazonia
menantang cara hidup konsumtif?
Dengan menyerukan gaya hidup
sederhana, spiritualitas syukur dan penolakan terhadap budaya buang dan
eksploitasi alam (QA 20–22, 58).
97. Apa yang
dimaksud dengan “ekonomi ekologis”?
Ekonomi yang berorientasi pada keseimbangan ekologis, keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan, bukan pada keuntungan semata (QA 50–52).
98. Apa harapan
Paus terhadap para pemimpin dunia?
Agar mereka bertindak tegas
melindungi Amazon, melibatkan masyarakat lokal dan meninggalkan sistem yang
menindas dan merusak (QA 52–55).
99. Bagaimana umat Katolik biasa
dapat merespons Querida Amazonia?
Dengan berdoa, mengubah gaya
hidup, mendukung gerakan sosial dan ekologis, serta menyebarkan kesadaran
tentang pentingnya Amazon (QA 58, 111).
100. Apa nilai
utama yang ingin ditegaskan dalam dokumen ini?
Nilai kasih, keadilan,
partisipasi, inkulturasi, keberpihakan kepada yang lemah dan integrasi antara
iman, budaya dan alam (QA seluruhnya).
101. Apa pesan
terakhir Paus Fransiskus dalam Querida Amazonia?
Paus menyerahkan Amazon kepada
perlindungan Bunda Maria dan berharap agar Gereja hadir sebagai tanda harapan,
persaudaraan dan pembebasan sejati (QA 111).
102. Dimana naskah lengkap Querida
Amazonia dapat ditemukan?