Friday, April 17, 2020

Enam Bulan yang Sangat Berharga


Refleksi Winni Rulianti selama menjadi relawan Sahabat Insan.

-----------------------------------------

Boleh dibilang, ini adalah salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. Bagaimana tidak, saya diizinkan untuk terlibat di bidang kemanusiaan, khususnya perdagangan manusia, dengan menjadi relawati di Perkumpulan Sahabat Insan.


Saat menuliskan pengalaman ini, memori membawa saya ke 6 bulan yang lalu, dimana saya sangat gelisah dan khawatir akan masa depan saya. Pada saat itu, posisi saya menganggur. Tidak ada pekerjaan, tidak ada penghasilan. Tidak terhitung banyaknya surat lamaran yang sudah saya kirimkan ke berbagai perusahaan. Usaha yang coba saya jalani bersama teman juga tidak berjalan lancar. Saat itu, saya benar-benar buntu dan putus asa. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk bertahan hidup. Rasanya sulit dan berat untuk melewati hari-hari.

Sampai saya teringat akan salah satu teman komunitas saya yang bernama Marsia. Saya pernah mendengar bahwa ia pernah menjadi relawati di suatu perkumpulan. Hanya saja, saya tidak mengetahui namanya. Segera saya menghubungi Marsia untuk mengetahui rincian dari perkumpulan tersebut. Disitu Marsia banyak bercerita mengenai apa yang dilakukannya sembari melamar pekerjaan. Di akhir pembicaraan, Marsia memberikan no. WA Rm. Ismartono, SJ kepada saya. Marsia berpesan untuk menghubungi romo jika saya berminat untuk menjadi relawan di perkumpulan tersebut.

Butuh waktu berhari-hari untuk meyakinkan diri saya bahwa saya mau menjadi relawati di perkumpulan tersebut. Gayung pun bersambut. Rm. Is, begitu panggilan akrabnya, bersedia membuka pintunya untuk saya. Saya boleh bekerja disana sampai kapanpun, sampai saya mendapatkan pekerjaan. Saya sangat senang pada saat itu, walaupun perasaan gelisah masih menyelinap dalam hati.

Selama bekerja di Sahabat Insan (SI), saya diterima dengan sangat baik. Saya dipertemukan dengan banyak orang baik, seperti Mba Tanti dan Pak Felix, yang setiap harinya membagi kisah dan kadang cerita lucu untuk menghangatkan hari. Mereka sungguh mengisi hari-hari saya menjadi lebih ceria. Hal-hal yang saya lakukan di SI adalah membantu Rm. Is untuk mengumpulkan artikel terkait buruh migran selama 2019. Saya juga diminta bantuannya untuk membuat database jenazah buruh migran selama 2019. Tautan artikel-artikelnya dapat dilihat pada link berikut: http://bit.ly/jenazahmigran2019 dan http://perkumpulansahabatinsan.blogspot.com/2020/03/kumpulan-berita-hukuman-mati.html

Selain itu, Rm. Is berbaik hati untuk melibatkan saya dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai macam kelompok, sehingga saya mengetahui seluk-beluk dan apa yang mereka perjuangkan untuk buruh migran Indonesia. Dari situlah, saya mengenal lebih banyak lagi orang baik yang ikut berjuang untuk mengentaskan perdagangan manusia, seperti Sr. Irena, Sr. Sari, Bpk. Gabby, dan masih banyak yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.


Sebelum menjadi relawati SI, saya mengira bahwa isu perdagangan manusia ini sangat jauh dari pandangan saya. Saya mengetahuinya, sekedar mendengar, tapi hanya lewat saja. Setelah menjadi relawati SI, saya menjadi lebih peduli, terutama karena saya membaca dan mendengar kisah-kisah langsung dari para pejuang anti TPPO. Bahwasannya setiap manusia berharga di mata Tuhan, manusia bukan objek. Manusia tidak boleh diperdagangkan, karena mereka memiliki hak penuh atas tubuh dan perasaannya. Manusia tidak bisa dibeli. Banyaknya buruh migran yang datang dalam bentuk peti mati sungguh menyakitkan hati bagi kita yang masih memiliki hati nurani. Oleh karena itulah, para pejuang anti TPPO berjejaring untuk bersama-sama menuntaskan masalah ini.

nobar di festivlal film migrasi IOM
Dengan menjadi relawati SI, saya merasa mendapatkan perspektif baru tentang isu kemanusiaan, khususnya perdagangan manusia. Harus ada peraturan yang jelas dari pemerintah dan memonitor pelaksanaan di lapangannya. Pemerintah harus berani membuka dan memberikan sanksi yang sepadan untuk para penjual manusia. Karena pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, maka jaringan anti TPPO ini bersatu untuk membantu kerja pemerintah. Jaringan anti TPPO terus bergerak dan berjuang dengan kapasitas yang mereka miliki masing-masing untuk bersama-sama menuntaskan isu perdagangan manusia di Indonesia.

Tidak heran jika Paus Fransiskus menaruh perhatian yang besar kepada buruh migran. Tidak hanya sekali, Paus mengajak kita berdoa bersama untuk para buruh migran di seluruh dunia. Mereka yang awalnya menjadi migran karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak, malah dimanfaatkan untuk dijual, disiksa, dieksploitasi, bahkan sampai mati karena terlalu lelah bekerja. Bahkan Paus Fransiskus pernah membuka ruangan di Vatikan untuk menjadi tempat penampungan sementara bagi para buruh migran ini. Kepedulian Paus terhadap mereka yang terpinggirkan menjadi pengingat bagi para pejuang anti TPPO bahwa perjuangan kita tidak sia-sia.

Di luar pengalaman-pengalaman luar biasa itu, hal yang akan sangat saya rindukan adalah momen makan siang bersama Rm. Is. Sederhana memang, tapi dalam rasanya untuk saya. Setiap pukul 12, kami membawa bekal untuk makan bersama di ruangan SI. Kadang saya membeli makanan di kantin bawah, lalu makan bersama di ruangan tersebut. Dalam sesi makan siang tersebut, kami bisa bercerita mengenai topik apa saja, mendiskusikan berbagai hal, mulai dari hal penting sampai hal-hal ringan sekalipun, dan berbagi pengalaman hidup dari sudut pandang kami masing-masing. Pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Sungguh, 6 bulan yang sangat berharga bagi saya.

Saya sangat kagum dengan Rm. Is yang masih semangat dan tetap setia berkarya sampai saat ini. Saya percaya, Tuhan memelihara dan menjaga saya lewat penyertaan tangan Rm. Is dan teman-teman di SI. Tuhan Yesus baik, telah mengirimkan orang-orang baik di saat saya benar-benar membutuhkannya.

Rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada kebaikan dan ketulusan hati Rm. Is yang sudah selalu membukakan pintunya bagi saya, Mba Tanti, Pak Felix, dan semua kawan yang saya jumpai selama saya menjadi relawati di Sahabat Insan. Terima kasih telah turut mewarnai jalan hidup saya. Saya doakan semoga semua yang terlibat di Sahabat Insan, dijaga oleh Tuhan lewat karya-Nya yang luar biasa ini.