Wednesday, May 20, 2020

Bantuan Sembako Untuk Mahasiswa Perantau

Laporan Jeny Laamo dari Kupang 

Semua ini berawal dari kisah singkat yang terjadi di Asrama Biara Susteran PI Nasipanaf. Sore hari saat kami sedang sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing, anak-anak yang tinggal di Asrama Susteran sedang belajar bersama teman kuliah mereka. Tak lama kemudian muncullah keributan. Salah seorang teman kuliah jatuh pingsan dari atas kursi. Setelah siuman, dia bercerita bahwa ia belum makan dari pagi. Kiriman belum diterima karena orang tua di kampung pun kesulitan mencari rupiah. Keluarga memang diperhatikan oleh pemerintah, namun mahasiswa/i yang tidak bisa pulang ke kampung mereka masing-masing dan memilih bertahan di kos tidak menerima bantuan sama sekali. Hal inilah yang membuat para Suster tergerak untuk memberikan bantuan bahan makanan, yang diprioritaskan kepada mahasiswa/i yang berasal dari luar pulau.

Dampak yang dirasakan oleh masyarakat dari wabah Corona ini membuat kami mengerti bahwa banyak yang membutuhkan pertolongan. Semakin banyaknya penderita positif Covid-19 dan yang meninggal karena virus ini membuat pemerintah membatasi aktivitas warga agar penularan dapat ditekan. Hal ini membuat kemampuan masyrakat semakin berkurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Orang tua sulit mencari nafkah di tengah pandemic dan anak-anak yang jauh dari keluarga yang harus bertahan sendiri. Mahasiswa/i rantauan yang menanti kiriman orangtua yang tidak seberapa itu membuat mereka berada dalam kondisi krisis. Pemenuhan kebutuhan tidak terpenuhi seperti dulu lagi. 

Pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2020 jam empat sore, kami dijemput Om Bala dengan pick up, menuju Toko Beras di Oesapa  dan membeli 8 karung beras yang beratnya 40 kilogram, beras, minyak goreng, mie instan, juga telur.  Bahan-bahan makanan ini masih harus dibungkus rapi per paket sebelum diserahkan kepada mahasiswa. Data anak-anak kos penerima sembako sendiri sudah ada pada Suster Laurentina. Ada anak-anak kos yang tinggal di daerah Nasipanaf, Penfui, Matani, juga KMK Universitas Nusa Cendana. Namun untuk KMK, masih harus disortir lagi, lebih diprioritaskan pada mahasiswa yang tinggal di daerah Penfui dan Matani.


Hari menjelang malam saat kami tiba di biara, aku meminta bantuan teman-teman untuk memindahkan karung beras dan dus-dus ke kantor Unit Anti Human Trafficking. Hari ini aku banyak mengeluarkan keringat, karena memindahkan beras seberat 40 kilogram nyatanya membutuhkan tenaga meskipun diangkut berdua. Barang-barang diatur rapi agar keesokan harinya siap untuk dibungkus dalam kresek. Tiap paket terdiri dari tiga kilo beras, empat bungkus mie instan, tiga butir telur, dan satu botol minyak goreng ukuran sedang.  

Keesokan harinya, rencananya kami akan membungkus paket sembako yang akan dibagikan. Pekerjaan ini baru akan dilakukan sore hari karena menunggu Suster Laurentina yang harus pergi terlebih dahulu ke Buraen bersama Romo Ende dari Paroki Penfui dalam rangka pembagian sembako di paroki di sana. Syukurnya, Suster sudah meminta bantuan pada OMK yang ada di Kampung Bajawa, Nasipanaf. 



Menjelang sore, aku bangun dari istirahat siang dan segera menyirami bunga di taman depan sampai anak-anak OMK sampai ke biara. Suster belum juga pulang, namun anak-anak dengan sabar menunggu. Setelah Suster datang, dengan rajinnya mereka segera membungkus paket demi paket. Mereka ramai di luar, bukan hanya satu atau dua orang yang datang tapi ada 11 anak OMK yang membantu. Ruangan kantor dipenuhi berbagai suara, ada yang bekerja sambil berfoto, membuat video untuk instastory bahkan ada yang sampai membuat video Tik Tok. Wah, luar biasa sekali ini. Rasanya aku sudah lama tidak bergabung dengan anak-anak muda seumuranku sehingga menjadi terkesima dengan sikap mereka. Aku merindukan kebersamaan berkumpul bersama teman-temanku. Dalam hatiku, aku berharap Covid segera berlalu karena pandemi ini berdampak pada kita semua. Mahasiswa/i kesulitan mengikuti mata kuliah, anak-anak sekolah tidak merasakan proses belajar mengajar dengan baik, masyarakat kelas bawah yang semakin sulit mencari sesuap nasi, kepanikan dan ketakutan yang menyebar di seluruh lapisan masyarakat.

Hari Senin tanggal 11 Mei malam hari akhirnya paket-paket ini mulai dibagikan. Aku bersama Suster Laurentina, PI dan juga dua anak OMK Wilayah 5 Paroki Penfui berkunjung ke Asrama Pemda Maumere dalam rangka penyerahan 20 paket bahan makanan. Kami disambut dengan hangat oleh anak-anak asrama Maumere. Ada sekitar belasan pemuda dan pemudi yang tinggal di asrama itu. Paket bahan makanan itu dipindahkan secara bersama-sama dari bagasi mobil ke ruang tamu asrama. Kepada mereka semua yang ada di asrama, suster memperkenalkan diri, misi dan tanggungjawab suster dalam menangani masalah buruh migran, juga tak luput meminta bantuan kehadiran mereka kala ada jenazah PMI asal Maumere yang dipulangkan dari Malaysia.



Mereka mengungkapkan ucapan terima kasih atas kepedulian dari para suster Penyelenggara Ilahi yang mau hadir bersama mereka dan memberikan bantuan, dengan jujur mereka juga mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam masa-masa pandemic ini, dengan tangan terbuka mereka pun siap menolong jika ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Rasa haru dan terimakasih benar-benar terpancar dari wajah mereka. Ada harapan agar pertemuan ini tidak hanya terjadi sekali, seperti harapan kami semua bahwa suatu saat akan kembali bertemu dan melalui pertemuan itu akan memberikan hal positif. Mungkin hanya sedikit yang bisa dibantu, namun inilah bentuk kasih dan kepedulian kami terhadap sesama. Kasih yang diperoleh dari Kristus lalu disebarkan kepada saudara dan saudari kami. Kami kembali dengan senyuman bahagia yang terukir jelas, kalimat yang mengungkapkan bahwa berbagi itu indah memang benar adanya. Semoga semakin banyak yang mau mengulurkan tangan untuk berbagi dan menolong sesama, hanya dengan satu langkah kecil menuju perubahan yang lebih baik.

Kembali ke biara, kami lalu ke Kos Imelda yang ada di Kampung Bajawa untuk menyerahkan sepuluh paket bahan makanan kepada mahasiswa/i asal Timor Leste, Sumba, Rote dan Ende yang tidak bisa pulang ke kampung halaman karena terdampak Covid-19. Ditemani oleh OMK, penyerahan berlangsung meriah dan mereka yang mendapatkan bantuan tak henti-hentinya mengucap syukur juga meluapkan rasa terimakasih mereka. Inilah kebahagiaan sederhana yang didapat dari menolong sesama.



Selasa tanggal 12 Mei, aku bersama Kakak Rita berbelanja beberapa bahan yang kurang untuk paket bahan makanan yang akan dibagikan kepada mahasiswa/i yang tergabung dalam KMK St. Thomas Aquinas Undana. Kami terlebih dahulu membeli telur, lalu membeli mie instan. Saat kembali ke biara, kami menemukan Maxi bersama teman-teman kos-nya yang mengambil paket. Mereka sedang mengambil gambar di bawah pohon. Melihat kami yang kesusahan menurunkan gardus, mereka dengan sigap membantu. Telur dan dus-dus mie instan diletakkan di dalam kantor Unit Anti Perdagangan Manusia. Pengerjaan paket akan dilanjutkan oleh OMK yang akan datang pukul sebelas siang. Saat membungkus beras, telur, mie instan dan minyak ke dalam plastik, ternyata minyak goreng dan mie sintan habis. Kali ini kami ditemani OMK dengan menggunakan dua kendaraan beroda dua agar mempermudah membawa gardus minyak dan mie.

Saat tiba lagi di biara, sudah ada anak-anak KMK yang datang untuk mengambil paket. Mereka mendapatkan jatah 30 paket. Sayangnya yang datang hanya perwakilan dan menggunakan tiga motor sehingga agak sulit untuk membawanya. Akhirnya kami memutuskan untuk menyusun beberapa plastic berisi bahan makanan itu di dalam kardus, dengan mengeluarkan telurnya untuk diletakkan di dalam tas lain. Hal ini dilakukan agar mempermudah mereka membawanya, meskipun harus bolak-balik.

Akhirnya, pembagian paket bantuan sembako berhasil diselesaikan. 
Kantor dibersihkan, paket-paket disusun rapi. Bahan makanan yang tersisa pun disimpan dengan baik di sudut kantor. Tinggal menunggu mahasiswa/i yang datang mengambilnya dari biara. Semua ini tidak bisa kami lakukan seorang diri tanpa bantuan OMK, kehadiran mereka sungguh sangat membantu juga membawa ceria dibiara ini. Meskipun hanya sesaat. Bekerja bersama memudahkan pekerjaan tersulit sekalipun. Saat mereka berpamitan usai snack bersama, suster mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya dan mengalungkan Rosario kepada setiap orang. Mereka gembira dengan pemberian itu, meskipun hanya bercandaan tapi tidak dipungkiri bahwa suster mengharapkan salah satu dari mereka ada yang berniat menjadi seorang suster PI. Well, semua itu perlu didoakan.

Jika mengingat kembali dari proses awal sampai pada tahap akhir ini, sebagai manusia biasa tentu kami tidak mampu. Mengandalkan kemampuan diri adalah celaka, oleh karena itu tak putus-putusnya kami memohon rahmat dari Allah Bapa Surgawi melalui perantaraan Bunda Maria Maria yang terkandung tanpa noda melalui doa Rosario yg setiap malam.