Tuesday, June 4, 2019

Gubernur NTT Berikan Ucapan Duka

#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (5)
 

Hari ini, Jumat (18/5/2018) aku menjemput jenazah atas nama RDS yang berasal dari Desa Silawan Kabupaten Belu di Bandara El Tari Kupang. Jenazah keenam yang kujemput selama di Kupang ini dijadwalkan tiba pada pukul 12.30 WITA, maka 30 menit sebelum jenazah tiba, aku sudah menunggu di Kargo Bandara El Tari Kupang. 

Berbeda dengan penjemputan jenazah sebelumnya, hari ini Kargo sangat ramai. Aku terkejut karena dihari yang sama, terdapat 3 jenazah yang berada di dalam Kargo. Satu jenazah berasal dari Malaysia ke Belu (jenazah PMI yang akan kami sambut) sementara dua jenazah lainnya bukan PMI yakni jenazah dari Maumere ke Oebelo dan jenazah dari Kupang menuju ke Maumere. 

Meskipun Kargo sangat ramai, hingga jenazah dipindahkan dari kereta Kargo ke ambulans, kami tak menemukan satupun dari anggota keluarga PMI yang muncul kecuali perwakilan Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Kadis Nakertrans (Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) NTT, Darmawan yang mengirimkan ucapan duka untuk keluarga. Disamping ambulans juga ada perwakilan dari PT Putra Pertiwi Jaya Lestari, Christina yang turut menghantar jenazah dari negara penempatan ke kampung halaman. 

Nakertrans NTT mewakili Gubernur NTT menyampaikan ucapan turut berdukacita
Selang beberapa menit kemudian, pihak keluarga (bapak tua dan bapak kecil korban) menghampiri mobil jenazah dengan isak tangis yang tak terbendung. Mereka segera memeluk peti jenazah yang sudah dimasukkan kedalam mobil ambulans dan meraung tiada henti. Pendeta Emy segera memeluk dan menenangkan keluarga yang masih terpukul. Setelah suasana sedikit tenang, ia memimpin doa melepas kepergian jenazah sebelum diberangkatkan ke kampung halaman.

Bapak Tua memeluk peti jenazah RDS
Usai berdoa, pihak Kadis Nakertrans NTT, diwakilkan oleh Darmawan memberikan ucapan turut berduka sedalam-dalamnya kepada keluarga korban sebesar Rp. 2.500.000 dan karangan bunga sebagai tanda berduka dari Gubernur NTT.

Berdasarkan keterangan dari Nakertrans, almarhum PMI yang dipulangkan ke tanah air ini sebelumnya berangkat melalui jalur resmi dan terdaftar di PT Putra Pertiwi Jaya Lestari. Olehkarena itu, pihak dari PT secara khusus mendampingi jenazah dari Malaysia hingga ke kampung halaman untuk memastikan bahwa jenazah tiba dengan selamat dan dimakamkan secara layak. Pengurusan uang duka dari BP3TKI dan asuransi kerja dari PT masih dalam tahap pengurusan dan akan segera diberikan kepada pihak keluarga yang berduka.

Saat dikonfimasi, Christina mengungkapkan kronologi kematian jenazah yang sudah lama mengidap penyakit paru-paru akut. 

“Ketika kami melihat almarhum sesak nafas, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Dokter memvonis ia mengalami infeksi paru-paru akut yang sebenarnya sudah lama tidak ditangani. Selama kurang lebih 6 hari, ia mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit dan pada hari ke 7, ia tak bisa bertahan lagi lalu menghembuskan nafas terakhir,” terangnya.


Ia juga menambahkan bahwa jenazah merupakan anak kedua dari 7 bersaudara dan menghembuskan nafas terakhir diusianya yang ke 25 tahun. 

Pemberian uang duka oleh Nakertrans kepada keluarga korban
Setelah proses dokumentasi selesai, pintu ambulans segera ditutup dan sirene mulai dibunyikan untuk mengiringi perjalanan jenazah yang dapat ditempuh dengan jalur darat ke Belu. Sebelum pintu ditutup, aku melihat kedua bapak tua memeluk peti jenazah dan duduk disampingnya. 
 
Teman-teman koalisi Anti Human Trafficking mengapresiasi  perhatian dari Gubernur yang sudah mulai terbuka dan memberi perhatian atas jenazah PMI yang dipulangkan dari negara penempatan ke tanah air. Semoga mereka tak lagi MENUTUP MATA dan TELINGA terhadap semua kasus kemanusiaan serupa yang kerap menimpa NTT.

“Semoga saja.”
***