Wednesday, June 26, 2019

BP3TKI Tangani Jenazah PMI Ilegal

#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (22
 
Hari ini, Kamis (2/8/2018) aku menjemput dua jenazah atas nama BD dan RB yang merupakan jenazah ke-28 dan 29 yang kuterima semenjak menapakkan kaki di Negeri Cendana ini.

Aku sudah tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang pada pukul 12.00 WITA. Sesampainya di ruang jenazah, aku bertemu dengan anggota keluarga IKEF (Ikatan Keluarga Kabupaten Ende Flores Kupang) dan juga KOMIMAKU (Komunitas Lio Maumere Kupang) yang akan menjemput jenazah atas nama Bonisius. Meskipun mereka mengaku tidak mengenal jenazah yang akan mereka jemput, namun karena persaudaraan sekampung alias sedaerah asal, maka mereka tergerak hatinya untuk mengajak temannya yang lain untuk berpartisipasi dalam menjemput jenazah.

Menurut salah satu anggota IKEF yang hadir, Kanius keberadaan organisasinya sangat membantu dalam mempererat hubungan satu dengan yang lainnya. Ikatan yang dibentuk melalui organisasi ini sangat efektif menyatukan hubungan persaudaraan di Kupang baik dalam kondisi sukacita maupun dukacita atau berkaitan dengan kepentingan adat lainnya.

 
Salah seorang anggota keluarga jenazah BD diwawancarai oleh TVRI

Tak lama kemudian, seorang bapak tua datang mendekati kami. Ia menyalam dan mengaku sebagai om dari jenazah. Ketika aku mulai menanyakan tentang jenazah, dengan mata berkaca-kaca ia mengaku sangat kehilangan jenazah asal Fatamari, Ende Lio Timur ini.

“Sebelum meninggal, sehari sebelum kematiannya beberapa waktu lalu, jenazah telah menghubungi seluruh keluarga besarnya di kampung melalui telepon. Seakan-akan ia tahu bahwa ajalnya sudah dekat,” ujarnya tersedu.

Aku penasaran dengan kisah kali ini. Kucoba menggali lebih dalam lagi seputar pembicaraan mereka.

“Ia menanyakan kabar keluarga dan kerabatnya satu persatu. Ia juga sempat mengirimkan sebagian pakaiannya kepada isteri tercinta yang bekerja di Batam beberapa hari sebelum kecelakaan merenggut nyawanya,” tuturnya lagi.

Menurut informasi dari Omnya, semasa hidupnya, almarhum sudah bekerja di Malaysia sejak Oktober 2017.

“Sebelumnya, ia bersama sang isteri sama-sama bekerja di Batam untuk menghidupi 1 anaknya yang masih berumur 7 tahun. Namun karena ada tawaran bekerja di perkebunan sawit di Johor Baru, Malaysia, maka ia memutuskan untuk meninggalkan isteri dan anaknya di Batam demi mencari rupiah,” tuturnya.

Pada pukul 13.24 WITA jenazah dipindahkan dari kereta Kargo ke ambulans. Namun ketika jenazah masih di atas kereta kargo, ternyata ada satu lagi jenazah PMI asal Belu yang juga meninggal di Malaysia, atas nama RB asal Aitaman, Desa Manleten, Tasifeto Timur, Kab Belu, Atambua.

Kami segera berdoa bersama yang dipimpin secara katolik oleh pihak keluarga BD. Sebenarnya mama pendeta Ina sudah bersedia untuk memimpin doa, namun pihak keluarga ingin mendoakan jenazah menurut ajaran katolik. Setelah berdoa bersama, jenazah segera dibawa oleh pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah omnya di Liliba. Semua acara penjemputan jenazah diliput oleh media,TVRI.

Sementara jenazah atas nama RB ini masih menunggu di ruang tunggu jenazah sampai mobil ambulans BP3TKI selesai mengantar jenazah BD. Jenazah ini meninggal di Malaysia karena mengidap penyakit Gatrointestinal Hemorrhage With Coagulopathy (asma). Ia diketahui sudah bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga selama 2 tahun 3 bulan.

“Demi menafkahi hidup, ia terpaksa harus meninggalkan suami yang bekerja sebagai tukang bangunan dan 3 anaknya yang masih duduk di bangku SMA, SMP dan SD” terang salah satu kerabat yang menjemput jenazahnya. 

Pihak keluarga (iparnya) yang menjemput kedatangannya di Kargo Bandara El Tari Kupang awalnya menolak untuk dibantu oleh BP3TKI. Ia merasa bingung dan ketakutan jika dimintai biaya untuk pemulangan jenazah. Namun karena pihak BP3TKI menjelaskan dan mengatakan bersedia mengurus kepulangannya, akhirnya kakak ipar dari RB  ini mau dan percaya. Pihak BP3TKI akhirnya berkoordinasi dengan anggotanya yang ada di kantor untuk melengkapi seluruh administrasi. 
Jenazah RB menunggu mobil ambulans BP3TKI di ruang jenazah Kargo Bandara El Tari Kupang
Tuhan Allah sungguh Maha Baik, pihak keluarga RB diberikan kemudahan karena bisa dibantu oleh BP3TKI meskipun mendadak. Keluarga mengaku tidak tahu harus melaporkan kepada siapa sehingga semuanya diurus oleh keluarga dan juga majikan tempatnya bekerja. Namun untung saja biaya pengiriman jenazah dari Malaysia ke Kupang difasilitasi oleh PT.

Sebelumnya, keluarga sudah bertekad untuk menanggung biaya pemulangan jenazah dari Kupang menuju ke Atambua. Untung saja jenazah RB tiba bersamaan dengan jenazah BD sehingga bisa juga ditolong oleh BP3TKI sebagai pihak pemerintah.

Hatiku sedikit terhibur saat mengetahui bahwa ternyata masih ada pihak pemerintah (BP3TKI) yang peka dan mau melayani dengan sepenuh hati meskipun sudah diluar mandat dan tugas dari kantor. Mereka sebenarnya hanya mendapat tugas untuk menangani satu jenazah, namun ketika mengetahui ada jenazah PMI yang jua tiba di Kupang, suara Tuhan berbicara. Mereka digerakkan untuk bekerja maksimal, diluar jalur dan ketentuan yang sudah ditetapkan dari kantor. Mereka bahkan rela menunggu di kargo hingga mobil ambulans yang mengantarkan jenazah BD ke Liliba kembali lagi ke kargo untuk menjemput jenazah RB.

Namun ketika jam menunjukkan pukul 15.00 WITA, belum ada tanda-tanda kehadiran mobil ambulans, sementara itu mama pendeta Ina masih ada urusan yang lainnya. Kami akhirnya berdoa untuk keselamatan jiwa RB dan mengharapkan peneguhan Tuhan bagi keluarga yang berduka.

Usai berdoa, kami pamit dan menyalami pihak keluarga dan BP3TKI. Aku terenyuh dengan kejadian hari ini. Setidaknya dari  29 jenazah yang sudah kuterima selama di Kupang, ada satu jenazah yang kulihat dengan matakepalaku sendiri diperjuangkan oleh BP3TKI diluar jam kerja mereka secara spontan.

Terimakasih Tuhan, diantara banyaknya kepentingan di Kargo ternyata masih ada pihak-pihak yang melayani dengan tulus dan aku sungguh merasakannya hari ini. Semoga dengan peristiwa ini, keluarga yang berduka segera terhibur dan senantiasa berharap akan Engkau, sang Juru Selamat. AMIN.

***