Monday, June 17, 2019

Jenazah ke-20

#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (15)
 
Aku dan Suster Laurentina PI mengikuti kegiatan pembuka NYD (Nusra Youth Day) khusus untuk OMK (Orang Muda Katolik) di Biara Penfui Nasipanaf pada Minggu (1/7/2018). Acara yang dihadiri orang muda se-provinsi NTT yang ditugaskan live in di lingkungan Kelompok Umat Basis dalam lingkup biara susteran Penyelenggaraan Ilahi Nasipanaf Penfui ini berlangsung selama kurang lebih satu hari. Sebagai tuan rumah, tentu kami dan para suster menyiapkan tempat yang nyaman bagi terlaksananya kegiatan dalam mendukung kaum muda.

Pada malam harinya, usai kegiatan, kami melanjutkan misi di penjemputan jenazah PMI. Ini merupakan jenazah yang datang di awal bulan Juli 2018 dan menempati urutan ke-20. Secara pribadi, miris melihat kondisi pemulangan jenazah yang marak beberapa waktu belakangan ini. Bayangkan saja dalam bulan Juni, terhitung sudah ada 11 jenazah PMI yang kami sambut di Kargo Bandara El Tari Kupang. 

Suster Laurentina PI mendoakan jenazah KK saat tiba di Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT
Kali ini kami menjemput jenazah atas nama KK yang berasal dari Ekateta, Fatului Barat. Sebenarnya jenazah dijadwalkan tiba pada pagi hari, namun akhirnya di tunda hingga malam hari pukul 23.07 WITA. Berdasarkan keterangan dari kelurga, KK sudah bekerja di PT Citra Lestari Malaysia pada tahun 2012. Setelah bekerja selama kurang lebih 6 tahun, ia membawa serta sang isterinya. Keduanya terpaksa harus menitipkan kedua putera mereka yang masih berumur 10 dan 7 tahun untuk diasuh oleh keluarga dari pihak isterinya di kampung halamannya.

Kasus seperti ini tentu tidak asing lagi. Sudah ada beberapa pasang PMI yang nekad bekerja di luar negeri dan meninggalkan anak mereka untuk diasuh oleh pihak keluarga di kampung halaman. Mereka berniat mengadu nasib di negeri orang untuk mencari keberuntungan, namun naas, ajal datang menjemput disaat yang tak terduga.  Diusianya yang masih muda yakni 27 tahun, PMI yang berprofesi sebagai supir di sebuah kebun sawit ini meninggal karena mengalami muntah darah. Anak bungsu dari enam bersaudara ini segera dilarikan ke rumah sakit namun tidak tertolong dan menghembuskan nafas terakhirnya.

“Begitu mendengar kabar duka ini, kami berusaha mempertanyakan pengurusan uang asuransi kerja jenazah dari PT yang bersangkutan, namun tidak ada keterangan apapun. Sepertinya PT tidak mengeluarkan apapun. Tidak bisa kita biarkan,” ujarnya lagi.

Berdasarkan pengakuan keluarga, jenazah dan isterinya bekerja di PT tersebut melalui jalur resmi dan memiliki dokumen yang lengkap. Keluarga ingin menuntut hak yang seharusnya di peroleh oleh jenazah KK setelah proses penguburan jenazah selesai.

Ketika jenazah KK tiba di kargo, isterinya yang dalam keadaan hamil diketahui masih dalam perjalanan dari Malaysia menuju ke tanah air.

“Kita mulai saja doanya. Isterinya masih dalam perjalanan, tidak tahu pasti jam berapa akan tiba dari Malaysia ke Kupang,” ujar salah satu keluarga.

Suster Laurentina PI segera mengajak pihak keluarga besar untuk mendoakan jenazah sehingga bisa beristirahat dengan tenang dalam pangkuan Allah Bapa dan keluarga diberikan penghiburan.

Setelah berdoa, keluarga membawa jenazah ke rumah duka menggunakan mobil ambulans dari BP3TKI. Ketika mobil jenazah berlalu, seperti biasa, Kargo mendadak sepi. Kami kembali ke biara ketika waktu menunjukkan pukul 23.45 WITA. Malam semakin larut dan sama mencekamnya seperti malam sebelumnya ketika kabar jenazah tersampaikan. Berita duka selalu membuat hari-hariku was-was. Semoga tidak ada duka di hari esok. Semoga.  

***