Saturday, June 29, 2019

Agen Jenazah di Kupang


#Kisah-Kisah dari Program Eksposure Belarasa 2018 (24)

Hari ini, Minggu (26/8/2018) aku dan Suster Laurentina PI mengantar jenazah atas nama LN (54) asal Cibal Manggarai yang meninggal di Malaysia secara tiba-tiba karena sakit yang mendadak. Jenazah LN sudah tiba pada Jumat (24/8/2019) lalu di Kargo Bandara El Tari Kupang dan menginap di RSUD W.Z. Yohanes Kupang selama2 malam dan diberangkatkan pada hari ini melalui keberangkatan kargo. 

Namun saat sampai di kargo, ternyata yang kami temui bukan hanya peti dari LN, melainkan ada dua peti lagi yang berjejer disampingnya. Total semua jenazah ada 3 dalam kurun waktu yang sama termasuk jenazah LN.

Aku terkejut melihat ketiga deret peti tersebut. Ternyata dari 3 peti jenazah, ada satu yang bukan PMI dan meninggal karena sakit keras. Rencananya jenazah juga akan dikirim ke Maumere. Sementara satu jenazah lainnya merupakan PMI atas nama TN (43) yang meninggal karena infeksi pernapasan di Malaysia. Sehingga total jenazah yang telah kutangani terhitung April hingga Agustus 2018, sudah ada 31 jenazah PMI yang dipulangkan. 

Berdasarkan pengakuan sepupunya, Risna, jenazah atas nama TN sudah bekerja di Malaysia selama kurang lebih 17 tahun di sebuah kilang di Kuala Lumpur. Ia diketahui meninggal saat pagi hari di dalam kamarnya tanpa memiliki riwayat penyakit apapun. Dari pengakuan sepupunya, terdapat bekas biru dan memar di leher kirinya. Namun ketika polisi memeriksa keadaan jenazah, polisi mengaku tak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan yang dialami PMI. 

Dalam penjemputan jenazah kali ini, pihak keluarga tidak melaporkan pemulangan jenazah kepada BP3TKI, melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada agen mayat yang ada di Malaysia dan juga Kupang. 

Jenazah TN dan LN di Kargo Bandara El Tari Kupang
Menurut Risna, pihak PT sudah menyetor uang sebanyak Rp.30.000.000 untuk biaya pemulangan jenazah dari Malaysia menuju Kupang. Sementara untuk pemulangan jenazah dari Kupang ke daerah asal, Maumere, wajib ditanggung oleh keluarga sejumlah Rp.11.000.000. Uang itu akhirnya terkumpul juga meskipun merupakan hasil pinjaman dari beberapa anggota keluarga yang ada di kampung halaman, di Desa Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, NTT. 

Uang dengan nominal tersebut segera diberikan kepada agen mayat yang ada di Kupang melalui transfer bank atas nama Willem. Ternyata realita di lapangan tak seindah yang dibayangkan. Bukan malah mengurus jenazah dengan baik, pada saat jenazah tiba di Kupang, pada Jumat (24/8) siang, si calo yang berprofesi sebagai Dosen Hukum Universitas Cendana Kupang malah menghindar dengan berbagai alasan. 

Risna memperjuangkan pengurusan pemulangan jenazah melalui nomor handphone si calo yang diberikan dari agen mayat di Malaysia. 

Dengan berusaha tegar tanpa tangisan air mata, ia menelpon berapa kali si calo atas nama Wellem untuk segera datang ke kargo siang itu juga. Semua keluarga tampak bingung dan stres. Mereka sama sekali tak menyangka disaat detik-detik keberangkatan jenazah, justru jenazah belum terdaftar di kargo dan juga airlines apapun. Apalagi jenazah juga belum diperiksa oleh pihak karantina yang ada di bandara. 

Tak hanya itu, kemarahan keluarga semakin meningkat ketika mengingat kejadian yang sama yang dialami saudara sepupunya pada bulan Juli 2018 lalu. Jenazah atas nama AM yang masih ada hubungan saudara dengan TN juga dipulangkan dalam bentuk jenazah dan bermasalah di tangan calo yang sama, Willem. Pada saat itu, keluarga melaporkan kepada pihak polisi sehingga Willem mau tidak mau wajib mengurus pemulangan korban dan hal itu kembali terulang.  

Keluarga mengaku menyesal tak melapor pada BP3TKI. Tak beberapa lama kemudian, Willem datang dan membela diri dengan santai tanpa rasa bersalah sedikitpun. 

Ia segera menghadap pihak kargo dan hendak mengurus kepulangan jenazah. Tentu sangat sulit untuk mengirim jenazah dalam keadaan mendadak di hari yang sama, apalagi persyaratan pemulangan jenazah sama sekali belum di urus. 

Willem akhirnya memberikan pilihan lain yakni memulangkan jenazah menggunakan kapal laut. Tentu saja pihak keluarga tidak setuju karena mereka sudah membayar Rp.11.000.000 untuk tiket pesawat, bukan untuk tiket kapal.

Aku miris melihat realita yang ada. Kupandangi wajah si calo yang terlihat santai dengan kesepuluh jarinya mengenakan cincin batu akik dan penampilan rambut gondrongnya yang dikucir layaknya seorang Joko Tingkir (pahlawan dalam legenda). Tubuh kurus keringnya menambah kesan sangar sebagai seorang calo. 

Keluarga kembali berkomentar dan beradu mulut dengannya. Keluarga juga berani meminta kembali uang Rp.11.000.000 yang sudah diberikan. Tak mau melepas mangsa begitu saja, akhirnya komentar keluarga didengarkan. Willem mengusahakan untuk mengirim jenazah dengan pesawat ke Maumere tepat pukul 11.15 WITA. Sementara Rina yang mengawal kepulangan jenazah mulai dari Malaysia hingga ke kampung halaman akan berangkat pada pukul 13.00 WITA (itupun jika ada penumpang yang batal berangkat). 

"Tak apa, yang penting jenazah sudah aman dulu. Kalau saya menyusulpun tak masalah," ujarnya saat jenazah sudah berhasil masuk ke dalam X-Ray Kargo. 

Ya Tuhan, semakin nyata dan terbuka ternyata permainan calo saat ini. Mereka (sindikat) bahkan tak memiliki urat malu lagi saat semua orang tahu tentang profesinya sebagai calo jenazah PMI. Selama ini yang kutahu permainan calo terselubung dan tak berani muncul kepermukaan, namun kali ini aku dapat dengan jelas melihat pelakunya di depan mataku sendiri. 

Si calo (baju hitam) dengan rambut terkuncir dan cincin akik di keseluruhan jarinya saat berdebat dengan keluarga TN
Beberapa kali mata si calo Willem beradu pandang denganku ketika aku mengamati dari kejauhan. Sedikit was-was memang, tapi aku yakin Tuhan akan selalu menyertaiku kemanapun aku melangkah.

Semoga arwah TN dan LN yang sudah kami tangani dapat beristirahat dengan tenang dalam cahaya abadi bersama Bapa disurga dan keluarga tabah serta segera bangkit dari kedukaan. Amin
***